Suara Hati Allah– Suara hati atau dalam Bahasa Inggris disebut conscience – adalah suara yang sering kita dengar dalam hati. Ia biasanya akan membisikkan kita pada saat ingin memutuskan sesuatu. Suara hati adalah kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab sebagai manusia dalam situasi konkret.
Franz Magnis – Suseno menjelaskan dalam Menalar Tuhan, bahwa: Suara hati – kalau kita mengikutinya – membawa kita menjadi manusia yang lebih bernilai dan rela untuk menyerah.
Suara hati memiliki ciri, yang menjadi kekhasannya adalah ia tidak dapat ditawar-tawar. Ia tidak dapat dilihat hanya demi untung-rugi, enak-tidak enak, tapi suara hati pasti akan mengarahkan kepada suatu tindakan yang mutlak – meskipun belum tentu tepat pada saat itu.
Mungkin saja seseorang mengikuti suara hatinya yang akan membawanya ke tindakan kebaikan, namun ternyata tindakan itu sebenarnya kurang tepat.
Suara hati pun bersifat memanggil dan menuntut yang terhadapnya kita dapat merasa malu. Kita dapat merasa malu atau bersalah jika tidak menjalankan apa yang suara hati sampaikan. Misalnya kita menolak suara hati, berusaha membenarkan tindakan kita yang bertentangan dengan suara hati, pada akhirnya kita tetap akan merasa ada sesuatu yang salah.
Suara hati juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya, manusia adalah makhluk bermoral. Tidak seperti makhluk lain, misalnya binatang, yang hanya mengandalkan insting dan kebiasaan saja dalam hidup. Binatang tidak memiliki suara hati.
Mereka tidak bisa membedakan mana tindakan baik, bermoral, dan tindakan buruk. Mereka hanya mengikuti insting belaka. Oleh karena itu suara hati bercirikan rasional, tindakan yang dapat dinalar. Ia bukan sekadar tindakan spontan, namun adanya pertimbangan akal budi.
Suara hati bercirikan universal. Artinya, suara hati – terkait dengan keputusan yang sama, terjadi kapanpun dan di manapun – ia akan mengatakan pendapat sama. Sehingga manusia akan melakukan tindakan yang sama pula.
Suara Hati: Bukti Adanya Allah
Karena manusia adalah makhluk bermoral, secara sadar ia mutlak untuk melakukan tindakan yang benar. Lalu, dari mana asalnya kesadaran akan moral tersebut berasal?
Ia berasal dari realitas yang ada di luar diri manusia. Realitas tersebut adalah realitas yang transenden. Sehingga suara hati itu melampaui apapun. Ia tidak dapat digoyahkan oleh apapun.
Penegasan suara hati mendasarkan pada pengetahuan tentang hukum moral yang bukan ciptaan manusia. Melainkan suatu hukum yang diciptakan oleh suatu sosok. Kesadaran moral yang lahir dari suara hati ini – yang transenden, mutlak dan personal – sekaligus menyatakan bahwa adanya sesuatu yang ‘lebih’ dari kita sebagai manusia. Itulah yang kita sebut dengan Allah. Suara hati adalah bentuk komunikasi asali dengan Ilahi. Meskipun tidak dapat serta merta kita katakan bahwa suara hati adalah suara Allah. Karena suara hati dapat salah, sedangkan Allah tidak mungkin salah.
Editor: Yahya FR