Sebenarnya saya ingin menanggapi tulisan terkait isu “Muhammadiyah Struktural dan Muhammadiyah Oposisi” yang sangat erat berkaitan dengan peristiwa, narasi dan kejadian sebelum dan sesudah pemilu 2019, bahkan mungkin sebelum pemilu dan pilpres 2014 silam. Akan tetapi saya teringat hadits Nabi Muhammad SAW :
” يكون في أمتي فتن لا ينجو منها إلا من أحياه الله بالعلم.”
(رواه الترمذي)
“Akan ada di dalam tubuh umatku fitnah-fitnah tidak akan selamat darinya kecuali yang dihidupkan oleh Allah Ta’ala dengan ilmu.” (HR. At Tirmidzi)
Saya khawatir, kita tidak akan letih memperjuangkan tujuan cita-cita Persyarikatan Muhammadiyah yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, akan tetapi sibuk dalam kubangan fitnah-fitnah dan saling caci-maki antar kader, sehingga waktu dan energi besar Persyarikatan Muhammadiyah akan terkuras secara mubadzir. Ini lah makna hakiki bahwa fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Karena kita menguras tenaga dengan sia-sia hampa hanya untuk memuaskan nafsu emosi dan amarah, hanya karena kekalahan perhelatan politik.
KH Ahmad Dahlan memahami betul hadits tersebut, bahwa Nabi Muhammad SAW berpesan sejak empat belas abad silam, siapapun yang berjalan dalam garis ilmu dan pendidikan, akan selamat dari fitnah. Kita sering membaca fitnah-fitnah yang terjadi, bahkan pada saat sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Fitnah nabi palsu, fitnah kemegahan dunia dan fitnah politik kekuasaan yang berakhir pada serangkaian peperangan dan pembantaian.
Alhamdulillah, patut kita syukur masih banyak para Sahabat RA yang konsisten di garis ilmu dan menyampaikan risalah-risalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sebut saja Abdullah bin Abbas RA, Abdullah bin Umar RA dan Abdullah bin Mas’ud RA. Hasilnya, kita masih menikmati ilmu-ilmu dan nilai-nilai agama Islam yang murni, tanpa ada balutan kepentingan politik kekuasaan.
Keilmuan Islam yang diemban oleh para ulama dan cendekiawan tersebut, merupakan dasar dan pondasi kemenangan-kemenangan Umat Islam melawan berbagai serangan dari musuh-musuhnya. Bahkan, tidak hanya itu. Umat Islam mampu membangun peradaban dan juga melangsungkan peradaban umat manusia.
Tentunya, belajar dari fitnah-fitnah yang berkembang pada zamannya, dan bahkan pada zaman kita saat ini, KH Ahmad Dahlan yang mengganti namanya karena terinspirasi dengan gurunya, mengamalkan pesan gurunya Syaikh Ahmad Zaini Dahlan yaitu :
“عليكم بصحبة الفقراء.”
“Wajib bagi kalian untuk mendampingi kaum fakir miskin.”
Tentunya, tugas ini lebih mulia bagi kita yang telah dibuktikan oleh Persyarikatan Muhammadiyah sejak lebih dari satu abad silam, dari pada mengejar kekuasaan politis. Sudah dibuktikan, bahkan tanpa Persyarikatan Muhammadiyah berkuasa atau memiliki jabatan setingkat menteri atau atasannya, Persyarikatan Muhammadiyah mampu melaksanakan tugas yang diembankan oleh guru pendirinya.
Persyarikatan Muhammadiyah telah memiliki ratusan ribu amal usaha dalam bentuk sekolah, panti asuhan dan rumah sakit, bahkan unit-unit usaha yang mampu melebihi kemampuan Pemerintah, dalam upaya mensejahterahkan rakyat. Contoh saja dalam kisah Laskar Pelangi karya Andera Hirata. Ketidakmampuan membayar sekolah bahkan sekolah negeri sekalipun, sekolah Muhammadiyah mampu memberikan layanan bantuan pendidikan.
Kita memiliki contoh KH AR Fakhruddin, yang dengan keikhlasan memimpin Persyarikatan Muhammadiyah selama 23 tahun, dan selalu melancarkan kritik kepada Pemerintah dengan cara yang sangat elegan. Contoh kasus adalah adanya larangan rangkap jabatan bagi ASN yang dilarang menjabat sebagai pengurus ormas, akan tetapi dengan kepiawaian KH AR Fakhruddin, kader-kader yang merupakan ASN, tetap aktif menjalankan roda organisasi, tanpa memiliki jabatan keorganisasian struktural. Amar ma’ruf nahi munkar tetap berjalan, dakwah al khair tetap berjalan.
Kita Lupa: Dakwah Kebaikan (al-Khair)
Kita mengungkapkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar bertujuan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Seringnya, kita hanya mendengungkan amar ma’ruf nahi munkar, akan tetapi melupakan kalimat sebelumnya pada ayat 104 surat Ali Imran :
“يدعون إلى الخير”
“Menyerukan kepada kesejahteraan.”
Arti kata ‘Al Khair’ tentunya tidak hanya lebih baik dan kebajikan akan tetapi juga kesejahteraan yang oleh KH Ahmad Dahlan dan para muridnya dijewantahkan dalam bentuk sekolah, bantuan sosial, panti asuhan dan rumah sakit. Apa hasilnya ? Bangsa Indonesia siap dan mampu merdeka. Kita mimiliki mendiang Jendral Besar Sudirman yang mampu mempertahankan harkat dan martabat Negara Indonesia, dari gempuran fisik, bahkan saat perseteruan ideologis.
Tentunya, dakwah untuk kesejahteraan umat dan bangsa, jauh lebih utama dari pada berebut kekuasaan politik. Kita perlu mencontoh sikap Buya HAMKA yang memahami keberadaan kader Persyarikatan Muhammadiyah dalam kekuasaan politik. Bahkan, Buya HAMKA berkenan turut mendirikan dan memimpin Majelis Ulama Indonesia berkat dukungan mendiang Presiden Jendral Besar Suharto, yang juga mengaku sebagai kader Muhammadiyah.
Kedepannya, tentu melalui sarana pendidikan, kita didik kader-kader Persyarikatan Muhammadiyah, agar dapat mengisi institusi-institusi kenegaraan. Sehingga jalan langkah bernegara dapat selaras dengan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah, yang berlandaskan Al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
*Pengajar di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta