Perspektif

Sumpah Pemuda: Momen Perubahan ala Pemuda Muslim

5 Mins read

Merujuk pada catatan peristiwa sejarah masa lalu, bahwa kaum muda memiliki tugas pokok, fungsi dan peranan penting untuk melakukan sebuah perubahan besar pada suatu agama, bangsa dan negara. Dalam sejarah nasional, terutama terkait Sumpah Pemuda, banyak sekali organisasi atau perkumpulan para pemuda yang melakukan suatu pergerakan sosial untuk membangun agama, bangsa, dan negaranya sendiri.

Maka, pada masa revolusi Indonesia banyak sekali lahir organisasi kepemudaan, baik di daerah maupun di nasional. Salah satunya ada organisasi Jong Islamieten Bond (JIB) yang mengikuti Kongres Pemuda I di Jakarta pada 1-2 Mei 1926 M dan Kongres Pemuda II, pada 27-28 Oktober 1928.

Sumpah Pemuda dan Pemuda Islam

Pada saat itu Jong Islamieten Bond telah memiliki 1000 anggota di 7 cabang, kehadiran JIB sangat dinantikan oleh kalangan pemuda yang mengharapkan bangkitnya organisasi pemuda Islam modern. Sehingga, kelahiran JIB di awal 1925 meruapakan cikal-bakal lahir dan berdirinya tiga butir Sumpah Pemuda, pada hari kedua Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 M bertepatan dengan Ahad Wage, 13 Jumadil Awwal 1347 H. Ketiga butir Sumpah Pemuda adalah:

Pertama         : Kami poetra dan Poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, Tanah Indonesia
Kedua             : Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, bangsa Indonesia
Ketiga             : Kami poetra dan poetri indonesia mendjoendjoeng Bahasa persatoean, bahasa Indonesia

Gagasan tiga janji Sumpah Pemuda di atas sebenarnya banyak diprakarsai oleh kalangan kaum pemuda Islam yang menginginkan persatuan Indonesia. Akan tetapi, memang ada upaya deislamisasi yang di lakukan oleh pemerintah kolonial terhadap kaum muda Islam. Inilah yang harus diluruskan oleh kita semua sebagai generasi muda muslim, sehingga fakta dan data sejarah benar-benar objektif dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Terlepas dari itu semua, yang jelas kaum muda memiliki tugas pokok dan fungsi serta peranan yang begitu besar terhadap perubahan sosial, baik dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan daerah-daerah lain dari Sabang sampai Merauke. Oleh sebab itu, dari masa ke masa pemuda harus melakukan pergerakan untuk membangun daerahnya sendiri dengan gagasan konsepsi ide teori dan aplikatif yang membumi untuk mengatasi persoalan kemanusiaan.

Baca Juga  Dunia Islam Perlu Belajar Demokrasi dari Indonesia

Pemuda Muslim dalam Al-Quran

Kemudian juga, dalam catatan sejarah Al-Qur’an banyak sekali kisah anak-anak muda atau pemuda yang melakukan gerakan dan perubahan besar di negerinya sendiri untuk menentang tirani kedzaliman penguasa yang rusak.

Salah satu contohnya adalah pelajaran kisah sejarah pemuda Ashabul Kahfi yang Allah gambarkan di dalam surat Al-Kahfi yang berbunyi :

“Ingatlah tatkala pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa : Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-MU dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini”. (Surat Al-kahfi ayat 10)

Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian kami bangunkan mereka. Agar kami mengetahui manakah diantara golongan itu yang lebih tepat dlaam menghitung berapa lamanya mereka tinggal dalam gua itu”. ( Surat Al-kahfi ayat18 : 11, 12)

Menurut riwayat yang masyhur sekelompok pemuda Ashabul Kahfi hidup pada masa penindasan raja yang dzalim penyembah berhala dan patung dari agama nenek moyang yang kejam. Dia membunuh siapa saja yang tidak taat kepadanya dan tidak mau mengikuti ajarannya dengan sadis. Tidak ada seorangpun yang luput dari cengkramannya kecuali dipaksa untuk mengikuti agamanya.

Semangat kaum muda Ashabul Kahfi bereaksi keras menolak segala bentuk perbuatan syirik, peribadatan kepada selain Allah dan raja yang dzalim. Dalam situasi inilah Allah mengilhami mereka untuk mengasingkan diri dan ber-itizal ke gua (Al-Kahfi). Surat Al-Kahfi ini tidak hanya memuat cerita Ashabul Kahfi saja, namun masih ada cerita sejarah yang lain, salah satunya kisah pemilik dua kebun.

“Apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka  lihatlah  pemudanya  hari  ini.”

Yusuf Qardhawi, Ulama Besar Mesir

Hikmah dari Surah Al-Kahfi

Nabi Musa dan seorang hamba yang shaleh (Khidir a.s)  dan Dzulkarnin.  Menurut Sayyid Abul Hasan An-Nadwi dalam kitabnya Ta’amulat Fi surat Al-Kahfi, semua cerita tersebut adalah pertentangan antara iman dan materialisme atau penguasaan mutlak alam ini, yaitu Allah SWT.

Baca Juga  Galang Dana Palestina, Ustadz Adi Hidayat Kena Fitnah

Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Dzilalil Qur’an menyatakan bahwa tema-tema pokok yang terdapat dalam surat Al-Kahfi ini adalah perbaikan akidah dan nilai-nilai akidah serta perbaikan pola pikir dan pandangan manusia secara utuh menyeluruh.  Secara komprehensif keutamaan dan hikmah yang di dapat kita ambil dari surat Al-Kahfi sangat banyak, di antaranya : ilmu keimanan, dakwah, jihad, akidah-akhlak, politik-ekonomi, sosial-kemasyarakatan, sejarah, geografi, pendidikan, spiritual, hingga intelektual.

Dari kisah kaum muda Ashabul Kahfi di atas, kaum muda harus memiliki spirit besar perubahan sosial, anak-anak muda harus menanamkan nilai-nilai akidah dan tauhid yang benar dalam jiwa-jiwa pribadi karakter para pemuda. Melalui penanaman akidah akhlak yang benar, maka akan melahirkan kualitas pemuda yang beriman serta memiliki nilai-nilai integritas yang berkualitas, baik itu dimensi spiritualitas-intelektualitas maupun sosial humanitas.

Karena hakikat perubahan sosial itu dimulai dari individu-individu anak-anak muda yang beriman dan bertakwa, sehingga melahirkan kelompok tatanan baru sosial masyarakat madani yang benar dan berintegritas baik. Kaum muda yang beriman tersebut ini merupakan suatu kelompok masyarakat ideal yang senantiasa mengajak manusia kepada jalan kebaikan.

Jalan kebaikan yang dimaksud yaitu mengajak manusia untuk senantiasa mengikuti perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Oleh karena itu, tugas kaum muda tersebut selalu melakukan upaya perubahan melalui jalan jihad dan dakwah perbaikan terhadap masyarakatnya yang rusak, yang disebabkan oleh nilai-nilai hedonis, individualis, materialis, sekuleris, bahkan seperti Iblis.

Selain dari pada sisi spiritual dan intelektual yang dibangun oleh kaum muda di atas, maka kaum muda harus melakukan misi sosial-kemasyaraktan dengan konsepsi pembangunan sosialisme Islam. Misi pembangunan sosialisme ini merupakan suatu perwujudan untuk mengatasi perbaikan kehidupan disparitas kesenjangan antara si kaya dan miskin.

Nabi Muhammad dan Pemuda Muslim

Kemudian, tugas pokok dan fungsi kaum muda bisa memberikan motivasi semangat juang hidup bagi kaum lemah tertindas (mustadh’afin) dan saling membantu serta tolong menolong satu sama lainnya. Baik terhadap anak yatim piatu, fakir miskin, janda tua dan anak jalanan. Sehingga persolan-persoalan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang terjadi di Indonesia bisa diatas secara cepat dan tepat.

Baca Juga  Covid-19 dan Perihal Sampah (Medis) yang Tak Boleh Terabaikan

Bahkan orang yang pertama masuk Islam adalah anak muda, sebagaimana di dalam buku Tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa mayoritas orang-orang yang merespon baik seruan nabi adalah kalangan muda. Mereka diantaranya adalah Shabat Abu Bakar yang masuk Islam pada Usia 38 tahun, Sahabat Umar masuk Islam pada umur 28 tahun dan Sayyidina Ali yang masuk Islam kurang dari umur 10 tahun dan masih banyak yang lainnya yang masuk Islam kisaran berumur 12, 13, 14 dan 15 Tahun.

Selanjutnya, konsepsi pembangunan sosialisme sesungguhnya telah di bangun pula oleh Muhammad saw beserta para sahabatnya, yang di mulai dari Mekkah dan Madinah Al-Munawarah. Di dalam buku Islam dan sosialisme karya HOS Cokroaminoto dijelaskan bahwasnya Nabi Muhammad saw telah melakukan gerakan sosial Islam bersama para sahabatnya melalui konsep zakat, infak, dan shadaqah (ZIS).

Kemudian, Muhammad saw juga selalu melakukan gerakan tolong menolong di antara umatnya  baik yang kuat dan lemah, kaya dan miskin, tua dan muda serta yatim piatu di antara sesama umatnya di kota Madinah Al-Munawarah. Maka dari itu semua, kita sebagai  mayoritas umat Islam Indonesia, harus meneladani sikap hidup dan kehidupan Nabi Muhammad secara totalitas (Kaffah).

***

Pesan Rasululllah untuk para pemuda dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim).

Semoga kaum muda bisa bersatu dan bangkit untuk melakukan perubahan sosial dengan amal saleh nyata. Selamat Hari Sumpah Pemuda. Pemuda bisa berbuat untuk agama, bangsa dan negara.

Editor: Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Akademisi Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds