Fikih

Sya’ban: Bulan Semua Amal Diangkat

3 Mins read

Bulan Sya’ban

Bulan Syaban adalah bulan ke-8 pada Kalender Hijriyah. Bulan Sya’ban, bulan ini terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Disebut bulan Sya’ban karena pada bulan tersebut ”yatasya’abuna” (mereka berpencar) untuk mencari air. Atau dalam bulan itu pula mereka tasya’ub (berpisah-pisah) di gua. Pada bulan ini, ada amal yang disyariatkan dan tidak disyariatkan.

Diceritakan, Usamah bin Zain datang menemui Nabi Muhammad dan bertanya: “Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat Engkau berpuasa di bulan-bulan lain sebanyak engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Ada apa gerangan?” Mendengar pertanyaan cucunya itu, Rasulullah menjawab bulan ini (Sya’ban) merupakan bulan semua amalan diangkat ke sisi Allah SWT. Dan Rasulullah sangat senang saat amalnya diangkat Allah SWT sedang dalam keadaan berpuasa.

Bulan Sya’ban adalah salah satu bulan haram yang sangat mulia. Keutamaan bulan Sya’ban bisa dilihat dari hadis berikut:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَب وَرَمَضَانَ وَ هُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

 “Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasa’i)

Ibadah Khusus Sya’ban yang Dicontohkan Rasulullah

Amalan yang sudah jelas dilaksanakan oleh Rasulullah pada bulan Sya’ban adalah adalah berpuasa. Rasulullah melakukan banyak puasa, tetapi tidak seluruh bulan. Tata cara puasa sunah Sya’ban tidak berbeda dengan puasa lainnya, yaitu niat dan menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa. Dari mulai terbitnya fajar, sampai terbenamnya matahari.

حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا

Baca Juga  Delapan Manfaat Berwudu Bagi Kesehatan Manusia

“Telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Fadhalah telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah bahwa ‘Aisyah radliallahu ‘anha menceritakan kepadanya, katanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melaksanakan shaum lebih banyak dalam sebulan selain bulan Sya’ban, yang Beliau melaksanakan shaum bulan Sya’ban seluruhnya. Beliau bersabda: “Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal) “. Dan shalat yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa melaksanakan shalat (sunnat) beliau menjaga kesinambungannya”. (HSR Bukhari nomor 1834)

Berpuasa Dua Hari pada Pertengahan Bulan Sya’ban

Dalam hadis muslim berikut ini, Rasulullah berpuasa pada pertengahan bulan Sya’ban

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ أَوْ لِآخَرَ أَصُمْتَ مِنْ سُرَرِ شَعْبَانَ قَالَ لَا قَالَ فَإِذَا أَفْطَرْتَ فَصُمْ يَوْمَيْنِ

Dari Imran bin Husain RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bertanya kepadanya atau kepada orang lain, “Apakah kamu berpuasa pada pertengahan’ bulan Sya’ban? Dia menjawab, “Tidak.” Rasul berkata, “Jika kamu terlanjur tidak berpuasa, maka puasalah dua hari!” {Muslim 3/168}.

عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Seperti dinarasikan Aisyah, “Rasulullah SAW sempat puasa beberapa hari hingga kami berpikir dia akan terus melakukannya. Kemudian, Rasulullah SAW tidak puasa selama beberapa hari dan kami mengira dia tidak akan puasa lagi. Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyelesaikan puasa hingga satu bulan kecuali saat Ramadhan, dan aku tidak pernah melihatnya berpuasa sebanyak di bulan Sya’ban.” (Hadis Riwayat Abu Daud).

Shalat Nisyfu Sa’ban

Nishfu Sya’ban, secara harfiah berarti pertengahan bulan Sya’ban. Yang dalam keyakinan sebagian umat Islam, di dalamnya terdapat beberapa keistimewaan. Hadis-hadis tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban yang selama ini digunakan, kebanyakan hadis-hadis dhaif (lemah).

Baca Juga  Teknologi Makin Maju, Masih Bolehkah Seseorang Mengambil Rukhsah Puasa Saat Safar?

Rasulullah menganjurkan kita untuk banyak beramal sesuai dengan kesanggupan kita, di antaranya adalah amalan shalat. Amalan shalat yang belaiau cintai adalah shalat sunah yang dijaga kesinambungannya.

وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا

Beliau bersabda: “Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal) “. Dan shalat yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa melaksanakan shalat (sunnat) beliau menjaga kesinambungannya”. (HSR Bukhari nomor 1834)

Amalan yang lain

Hadis HSR Bukhari nomor 1834 juga menganjurkan kita untuk melakukan amalan lain, seperti tadarus Al-Qur’an, kegiatan pengajian, pengajian, ngaji bareng, dan lain-lain. Semua kegiatan ibadah baik yang mahdhoh maupun ghairu mahdhoh, akan mendatangkan ampunan Allah, kecuali musyrik dan orang yang bermusuhan.

يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُلِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ  مُشَاحِن

 “Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Thabrani dan al Baihaqi)

Kesimpulan:

Ibadah bulan Sya’ban yang dianjurkan Rasulullah adalah puasa dan shalat sunah. Puasa Sya’ban secara khusus tidak ada, apalagi sampai ditentukan mulai tanggal-tanggal tertentu. Amalan yang dilarang Rasulullah, yaitu amalan musyrika (menyekutukan Allah), bermusuhan, dan pembunuhan.

Editor: Yahya FR

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Fikih

Hukum Memakai Kawat Gigi dalam Islam

3 Mins read
Memakai kawat gigi atau behel adalah proses merapikan gigi dengan bantuan kawat yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik. Biasanya, behel digunakan…
Fikih

Hukum Musik Menurut Yusuf al-Qaradawi

4 Mins read
Beberapa bulan lalu, kita dihebohkan oleh polemik besar mengenai hukum musik dalam Islam. Berawal yang perbedaan pendapat antara dua ustadz ternama tanah…
Fikih

Hukum Isbal Tidak Mutlak Haram!

3 Mins read
Gaya berpakaian generasi muda dewasa ini semakin tidak teratur. Sebagian bertaqlid kepada trend barat yang bertujuan pamer bentuk sekaligus kemolekan tubuh, fenomena…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds