Perspektif

Agar Ramadhan Kita Ramah Lingkungan

3 Mins read

Puasa Ramadhan: Bulan Suci Penuh Berkah

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi umat Muslim. Selama sebulan penuh, umat Islam menjalankan ibadah puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selain menahan diri dari makan dan minum, puasa juga menjadi momentum untuk meningkatkan ketakwaan, mengendalikan hawa nafsu, serta memperbanyak ibadah seperti shalat, sedekah, dan membaca Al-Qur’an. 

Di Indonesia, puasa Ramadhan bukan sekadar ritual ibadah, tetapi juga menjadi bagian dari budaya yang diwariskan turun-temurun. Salah satu tradisi yang khas selama Ramadhan adalah penyediaan takjil di masjid-masjid. Takjil merupakan makanan atau minuman ringan yang disediakan untuk berbuka puasa, biasanya berupa kurma, kolak, es buah, atau aneka gorengan.

Budaya Takjil di Masjid: Tradisi yang Mempererat Kebersamaan

Di berbagai daerah di Indonesia, banyak masjid yang menyediakan takjil gratis bagi jamaah. Tradisi ini menjadi bentuk kepedulian dan kebersamaan umat Muslim dalam berbagi rezeki. Sumber dana untuk takjil biasanya berasal dari donasi masyarakat, pengurus masjid, atau lembaga sosial. 

Budaya berbuka puasa bersama di masjid juga menciptakan suasana yang hangat dan penuh kebersamaan. Orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul, berbagi makanan, dan berdoa bersama sebelum melaksanakan shalat Maghrib. Selain memberikan manfaat spiritual, tradisi ini juga membantu mereka yang kurang mampu untuk mendapatkan makanan berbuka secara gratis. 

Fenomena Penyajian Takjil di Masjid

Dalam beberapa tahun terakhir, ada perubahan dalam cara penyajian takjil di masjid-masjid. Jika dahulu takjil disajikan dalam wadah-wadah besar seperti nampan atau baskom yang digunakan secara bersama-sama, kini banyak masjid beralih ke penggunaan kemasan sekali pakai seperti kotak nasi, styrofoam, atau plastik. 

Alasan utama perubahan ini adalah kepraktisan. Dengan kemasan sekali pakai, panitia tak perlu repot mencuci peralatan makan, sehingga persiapan menjadi lebih cepat dan efisien. Selain itu, jamaah juga bisa membawa pulang makanan mereka jika tidak sempat berbuka di masjid. 

Baca Juga  Masuk Surga dan Neraka karena Seekor Lalat

Namun, meskipun lebih praktis, penggunaan kemasan sekali pakai juga memiliki dampak negatif, terutama terhadap lingkungan. 

Kelebihan dan Kekurangan Penyajian Takjil dengan Kemasan Sekali Pakai

Kelebihan:

1. Praktis dan Efisien – Tidak perlu mencuci peralatan makan, sehingga lebih hemat waktu dan tenaga. 

2. Higienis – Kemasan sekali pakai bisa memastikan makanan tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi. 

3. Memudahkan Jamaah – Jika seseorang tidak bisa berbuka di masjid, mereka bisa membawa pulang takjil dengan mudah. 

Kekurangan: 

1. Meningkatkan Produksi Sampah – Sampah plastik dan styrofoam dari takjil akan menumpuk dan sulit terurai di alam. 

2. Biaya Tambahan – Kemasan sekali pakai memerlukan anggaran tambahan yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk hal lain. 

3. Kurang Ramah Lingkungan – Plastik dan styrofoam tidak mudah terurai dan dapat mencemari lingkungan dalam jangka panjang. 

Darurat Sampah Akibat Kemasan Sekali Pakai

Fenomena penggunaan kemasan sekali pakai dalam penyajian takjil menimbulkan persoalan lingkungan yang serius. Setiap hari selama bulan Ramadhan, ribuan masjid menyajikan takjil dengan kemasan plastik, styrofoam, dan kotak makanan sekali pakai. Jika dikalkulasikan, jumlah sampah yang dihasilkan bisa mencapai jutaan ton dalam sebulan. 

Sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, dan banyak di antaranya berakhir di lautan atau tempat pembuangan sampah tanpa dikelola dengan baik. Styrofoam bahkan lebih berbahaya karena mengandung bahan kimia beracun yang dapat mencemari tanah dan air. 

Jika masalah ini tidak ditangani, maka lingkungan akan semakin terbebani oleh limbah yang sulit terurai. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap kemasan sekali pakai. 

Solusi: Gunakan Alat Makan yang Bisa Dipakai Ulang

Sebagai solusi, masjid-masjid dapat mulai menerapkan sistem penyajian takjil yang lebih ramah lingkungan, seperti: 

Baca Juga  Pengalaman Asyik Work From Home

1. Menggunakan Piring dan Gelas yang Bisa Dicuci 

   – Alih-alih menggunakan kemasan sekali pakai, masjid dapat menyediakan piring, gelas, dan sendok yang bisa dicuci setelah digunakan. 

   – Memang membutuhkan tenaga lebih untuk membersihkan, tetapi bisa dikelola dengan sistem gotong royong atau jadwal piket panitia. 

2. Mengajak Jamaah Membawa Tumbler atau Wadah Sendiri

   – Jamaah bisa diajak untuk membawa tumbler atau tempat makan sendiri saat berbuka di masjid. 

   – Ini akan mengurangi sampah sekaligus membiasakan masyarakat untuk lebih sadar terhadap lingkungan. 

3. Menggunakan Daun atau Kertas Ramah Lingkungan 

   – Jika tetap ingin menggunakan wadah sekali pakai, pilihlah bahan yang mudah terurai seperti daun pisang atau kemasan berbasis kertas yang ramah lingkungan. 

4. Menyediakan Tempat Sampah dan Sistem Daur Ulang

   – Masjid bisa menyiapkan tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik, serta bekerja sama dengan bank sampah atau pengelola limbah untuk mendaur ulang sampah yang dihasilkan. 

Kesimpulan 

Puasa Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi momen untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Tradisi takjil di masjid memang sangat baik dalam membangun kebersamaan dan kepedulian sosial. Namun, kita juga harus mempertimbangkan dampak dari penyajian takjil yang menggunakan kemasan sekali pakai. 

Dengan menerapkan sistem penyajian yang lebih ramah lingkungan, seperti menggunakan alat makan yang bisa dicuci atau mengajak jamaah membawa tumbler sendiri, kita bisa mengurangi sampah dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Mari bersama-sama menjadikan Ramadhan tidak hanya sebagai bulan penuh berkah, tetapi juga bulan yang lebih hijau dan ramah lingkungan.

Editor: Soleh

Avatar
3 posts

About author
Dokter Muhammadiyah. Alumni IMM Pondok Internasional KH Mas Mansur Universitas Muhammadiyah Surakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Tiga Sikap Manusia Terhadap Al-Qur’an

5 Mins read
Hari-hari ini umat Islam sangat berharap untuk mendapatkan sebuah malam yang diyakini sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jika dikalkulasi,…
Perspektif

Makna al-Qadar dan Salam Menurut Quraish Shihab

3 Mins read
Sepuluh malam terakhir selalu dijadikan sebagai malam ‘special’ kaum muslimin baik untuk berburu pahala dengan meningkatkan kualitas ibadah, khataman al-Qur’an ataupun sebagai…
Perspektif

Zakat untuk Korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

4 Mins read
Di bulan Ramadan, ada dua kewajiban yang sepaket yaitu puasa dan zakat. Keduanya bisa dilaksanakan jika yang akan melaksanakannya istitha’ah (mampu secara…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *