Perspektif

Salat di Rumah Bukan Phobia Masjid!

2 Mins read

Jumlah kasus virus corona (COVID-19) di Indonesia, kian hari kian bertambah jumlahnya. Sebagaimana dilansir dari berbagai media online hingga Jumat, 20 maret 2020, jumlah penderita positif corona menjadi 369 orang.  Sementara pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 17 orang dan 32 orang dinyatakan meninggal dunia.

Penyebaran virus corona di Indonesia ini amat serius dan terbilang cepat. Hanya dalam waktu delapan belas hari saja sejak pertamakali diumumkan Presiden Jokowi pada Senin, 2 maret 2020 (dua kasus), jumlah pasien potisif corona di Indonesia mengalami kenaikan berkali-kali lipat.

Virus apapun namanya pada awalnya tercipta dari proses domestikasi hewan-hewan seperti ayam, kuda, anjing dan lainnya yang kemudian dimanfaatkan oleh manusia.  Harus diakui, sejak dahulu virus memang sudah ada dan selalu mengintai umat manusia. Bahkan tidak jarang, kemunculan virus menyebabkan jatuhnya sebuah rezim hingga mengubah kultur dan sosial masyarakat.

Dalam buku Guns, Germ and Stell (Bedil, Kuman dan baja) yang ditulis oleh seorang ilmuan dan pengarang Amerika, Jared Manosn Diamond mengatakan bahwa ketika wabah black death melanda Eropa di abad ke-14, orang-orang yang selamat menjadi lebih sekuler. Kepercayaan mereka terhadap otoritas gereja berkurang atau tidak seperti sebelumnya.

Bagaimana dengan Virus Corona di Indonesia?

Virus corona yang pertamakali menyebar di Kota Wuhan, China ini tidak hanya mengerogoti tubuh manusia dan ekonomi sebuah bangsa. Tetapi, virus corona juga menyerang dan ‘merobohkan’ sistem sosial dan keagamaan kita. Banyak dari para pemuka agama di berbagai negara mengimbau agar umatnya tidak hadir ke Gereja, Vihara, Pura, Sinagog, Klenteng dan Masjid untuk meminimalisir penyebaran virus.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan mengeluarkan imbauan kepada umat Islam yang di wilayahnya terdapat corona untuk salat berjamaah di dalam rumah saja. Tidak hanya itu, imbauan yang dikeluarkan melalui komisi Fatwa MUI itu juga mengimbau agar salat jumat diganti dengan shalat zuhur di dalam rumah.

Baca Juga  Suara Adzan Disorot Media Asing, Berikut Aturan Adzan dari Kemenag

Tentu saja adanya imbauan dari MUI ini ditanggapi dengan sikap yang bermacam-macam oleh masyarakat di Indonesia. Linimasa media sosial kita dipenuhi dengan perdebatan atas imbauan tersebut.

Ada yang mendukung dan ada yang menolak, dan bahkan ada yang secara ekstrem menilai kalau imbauan tersebut bentuk dari fobia masjid. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Jenderal TNI (Purn.) Gatot Nurmantyo dalam postingan instagram pribadinya. Gatot Nurmantyo dan orang-orang yang sependapat dengannya berargumen bahwa masjid adalah rumah tuhan yang suci lagi bersih, sudah pasti akan dijaga oleh pemiliknya dari bahay termasuk corona.

Masjid dan Fungsinya

Secara teori masjid memang bukan tempat penyebaran virus corona. Masjid sama halnya dengan bangunan-bangunan lainnya seperti mall, gedung perkantoran, hotel dan lain-lain. Tidak ada suatu zat ataupun bahan yang membuat Masjid menjadi daya tarik pemikat bagi virus corona untuk menempel. Tetapi, bukan di situ letak masalahnya.

Masjid menjadi masalah dan rentan corona karena dalam fungsinya akan mengundang banyak orang untuk berkumpul di satu tempat. Dan kondisi itu sebagaimana yang disampaikan oleh dunia medis menjadi rentan dan menjadi penyebab menyebarnya virus corona. Bayangkan, ratusan bahkan ribuan orang berkumpul dan menumpuk dalam satu ruangan yang akan memperbesar terjadinya penyebaran virus crona.

***

Sehingga,  yang menjadi titik permasalahan bukan terletak pada masjid itu sendiri melainkan pada aktifitas yang mengumpulkan banyak orang tersebut. Hal yang sama juga menjadi imbauan pemerintah agar orang-orang menunda untuk melakukan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. Bahkan kabar terakhir yang saya dengar bahwa acara Ijtima Dunia Zona Asia 2020 yang tadinya akan digelar di Gowa, Sulawesi Selatan juga ditunda.

Terakhir saya ingin menyampaikan sebuah kisah ketika Khalifah Umar bin Khattab dalam perjalanan menuju daerah Syam yang ternyata sedang dijangkiti wabah. Mendengar adanya wabah itu, Khalifah Umar kemudian membatalkan kunjungannya.

Baca Juga  Karikatur Sang Nabi di Bulan Kelahirannya

Salah seorang sahabat menegur Umar dan menanyakan apakah Umar akan lari dari taqdir Allah. Dengan tegas Khalifah Umar menjawab bahwa dirinya lari dari taqdir Allah (daerah wabah) dan menuju taqdir Allah lainnya (daerah aman).

Editor: Yahya FR
Avatar
1 posts

About author
Penulis Konten dan Pegiat Media Sosial
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *