Perspektif

Talenta Muda dalam Gelombang Politik Kebangsaan

3 Mins read

Warisan utama gerakan pemikiran Islam KH. Ahmad Dahlan adalah Islam Berkemajuan. Di dalam membumikan nilai-nilai Islam itulah krisis Islam dan kebangsaan di zamannya diimplementasikan dalam kerangka gerakan Al-Maun dan spirit welas asih.

Beliau telah meletakkan risalah Islam Berkemajuan untuk menjawab masa depan Islam di Indonesia. Sampai dengan detik ini, gagasannya yang telah melembaga hampir 1 abad lebih mewarnai perjalanan Islam di Indonesia dengan praksis sosial yang mampu beradaptasi dengan Pancasila dan Kemajemukan yang unik.

Dalam perjalanan panjang bangsa ini, Muhammadiyah sebagai bagian dari Civil Religion, sedikit banyak membuktikan bahwa Islam dapat tumbuh dengan inklusif di tengah perbedaan dan latar belakang yang penuh warna. Bahkan, konsep politik keindonesiaan, menurut Buya Syafii Maarif, merupakan rumusan Pancasila itu sendiri yang harus dirawat dalam konteks kemanusiaan, kenegaraan dan keindonesiaan.

Hal penting di atas paling tidak sebagai landasan untuk membuka cakrawala dalam metode dan paradigma berbeda di kalangan generasi muda di tengah tantangan globalisasi yang semakin paradoks. Sesungguhnya generasi muda patut bersyukur, bahwa tangan-tangan globalisasi yang membayangi Indonesia tidak seburuk yang dialami negara-negara yang ada di dunia arab. Kendati umat Islam di Indonesia memiliki masalah yang belum terselesaikan, namun tetap harus optimis bahwa Islam di Indonesia dapat menjadi kiblat peradaban di masa depan (Ahmad Syafii Maarif, 2018).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam pidato pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta, dengan bernas menyampaikan bahwa Memajukan Bangsa dan Mencerahkan Semesta adalah kiprah Muhammadiyah yang akan dan terus dilakukan ke penjuru Indonesia, bahkan dunia. Muhammadiyah tiada henti melayani masyarakat.

Inilah bukti “kristalisasi keringat” Muhammadiyah dalam memajukan kehidupan bangsa, termasuk kiprahnya di luar negeri. Etos yang berkemajuan yang mencerahkan bangsa dari pusat hingga ranting adalah role model gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang komitmen di dalamnya bertumpu pada Islam rahmatan lil ‘alamin.

Haedar Nashir berpesan untuk belajar dari masa lalu, bahwa Islam Berkemajuan martabat dan kehormatannya berada dalam lintasan sejarah ideologi-ideologi dunia di mana kesadaran, moralitas dan kepemimpinan menentukan nasib demokrasi di Indonesia (Haedar Nashir, Indonesia, Ideologi dan Martabat Pemimpin Bangsa, 2022).

Baca Juga  Kisah Isolasi Para Ashabul Kahfi

Membangun Ekosistem Gerakan

Harus diakui bahwa demokrasi di antara sistem politik kenegaraan yang ada, masih dianggap sebagai yang terbaik. Tantangannya adalah kleptokrasi dan penyalahgunaan kekuasaan yang masih dapat ditemukan ketika sebagian yang lain berupaya mencintai Indonesia sepenuh hati. Belum lagi persoalan intoleransi yang terus membayangi baik di ruang nyata maupun ruang informasi digital kian membuat sesak realitas Islam di Indonesia menjelang kontestasi pemilu 2024.

Yang lebih miris adalah sebagian generasi muda menjadi bagian yang terpapar bahkan ikut menikmati kekisruhan itu dalam proses pencarian makna hidup. Sebuah keresahan yang perlu dipertanyakan oleh generasi muda saat ini. Mengingat generasi muda menjadi bagian dalam capaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu menyukseskan bonus demografi Indonesia pada 2030. Dalam situasi yang lain, ancaman gizi buruk bagi anak-anak balita, merupakan tantangan kesehatan di depan mata yang berwujud kerdil (stunting), dan tentu saja memengaruhi proses tumbuh kembang anak-anak menjadi gnerasi muda yang sehat dan akan menjadi batu sandungan bagi pencapaian pembangunan berkelanjutan.

Fakta lainnya adalah angka pengangguran di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2022, tingkat pengangguran terbuka penduduk yang tertinggi adalah kelompok umur muda (15-24 tahun). Meski pada tahun yang sama di bulan Februari 2022 angka tingkat pengangguran terbuka didominasi usia antara (15-29 tahun), dalam praktiknya lapangan kerja masih belum memberikan tempat yang tepat untuk memfasilitasi talenta tersembunyi generasi muda.

Berpijak dari uraian di atas, maka generasi muda dalam hal ini gerakan Pemuda Muhammadiyah yang sejak berdiri pada 1932, dan hadir hingga detik ini perlu melakukan langkah strategis dalam merespons risalah Islam Berkemajuan, dengan melakukan peningkatan kapasitas baik secara kelembagaan dan personal sehingga talenta kader dapat menumbuhkan ekosistem gerakan di ranah keagamaan, sosial-budaya, ekonomi dan politik.

Baca Juga  Pemuda Negarawan: Mitos atau Realitas?

Risalah Pemuda Berkemajuan

Sejatinya visi pendidikan dan agama dapat berjalan seiring dengan fakta-fakta tersebut untuk mencari tempat pencarian reflektif, namun realitas berkata lain bahwa teknologi informasi dengan kekuatan big data-nya lebih menggoda sebagian generasi muda untuk mencari dunia artifisial yang dangkal dari nilai-nilai kebenaran.

Sebagai jalan alternatif generasi muda, Pemuda Muhammadiyah yang mengantongi pesan rekomendasi Muhammadiyah dalam isu-isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan global dalam bingkai risalah Islam berkemajuan, maka keresahan sosial itu harus dijawab dengan gagasan sistem perkaderan yang terintegrasi. Di antaranya adalah dengan menyelenggarakan sistem perkaderan yang berorientasi pada etos sosial-tauhid.

Selain itu, kita perlu membuka jendela kesempatan bagi generasi muda Muhammadiyah melalui lumbung social entrpreneurship (kewirausahaan sosial) sehingga talenta-talenta kemandirian dapat tumbuh pada diri prmuda.

Terakhir, pemanfaatan teknologi informasi untuk mencari arah dan visi baru dalam membentuk ekosistem gerakan Pemuda Muhammadiyah yang mengintegrasikan spirit kemandirian dan sosial-keagamaan agar aktualisasi potensi pemuda dapat teraktualisasikan dengan tanpa menanggalkan nilai-nilai tauhid dan bekal pribadi yang hebat.

Karena itu, kisah generasi muda adalah kisah kepemimpinan. Estafet kepemimpinan yang akan mengisi politik kebangsaan yang dalam kurun waktu tertentu akan menghiasi generasi baru negarawan yang unggul dan kompetitif. Merekalah nahkoda bangsa yang berikutnya dan lahir dari proses perubahan sosial yang mengisi kehidupan komponen bangsa dalam gelombang politik kekinian.

Inilah yang dirindukan Buya Hamka, suatu generasi muda yang berkarakter. Dalam karyanya Pribadi Hebat (2020), salah satu pribadi muslim berkarakter adalah memiliki cara pandang yang terbuka, bijak bersikap dan berbicara, tahu diri, dan bergaul penuh percaya diri dengan tetap membawa bekal pandangan hidup tauhid sehingga tidak menjadi pribadi yang mudah patah arang.

Baca Juga  Siasat Erdogan di Balik Konversi Hagia Sophia

Dengan demikian dakwah risalah Islam berkemajuan Pemuda Muhammadiyah perlu menyasar tujuan yang tepat. Sehingga dapat menemukan pendekatannya yang lebih kompatibel untuk memaksimalkan semua potensi kader serta merangkul pemangku kepentingan (stakeholders) dengan pola kemitraan yang setara. Hal ini bertujuan untuk membumikan agenda gerakan praksisnya yang terpadu dan strategis menyongsong Muktamar Pemuda Muhammadiyah yang ke delapan belas tahun 2023.

Avatar
2 posts

About author
Ketua IKA Psikologi S-2 Unpad Pengurus PP Pemuda Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds