Sejak dulu hingga sekarang, corak berkeislaman masyarakat Indonesia memang tidaklah monolitik, artinya Islam yang dianut di Indonesia memiliki banyak wajah dan cara bagaimana mengamalkannya. Syariat Islam memang hanya satu, tetapi bagaimana cara menerapkannya bisa berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya tergantung bagaimana syariat itu dipahami dan bagaimana latar belakang penganutnya.
Dalam tradisi Islam Indonesia, syariat dipahami dengan berbagai cara; misalnya, orang-orang Jawa dulu mengamalkan ajaran Islam disesuaikan dengan ajaran kejawaannya. Ketika Islam telah menjadi hati nurani bagi orang-orang Jawa, maka antara Islam dan Jawa melebur menjadi satu kesatuan utuh yang kemudian kita kenal sekarang dengan istilah Islam Jawa.
Syariat Islam lalu ditafsirkan secara beragam tergantung bagaimana kecocokan penganutnya dalam menyelami nilai-nilai Islam. Tidak bisa dipungkiri bahwa watak dan karakter seseorang sangat mempengaruhi cara mereka dalam memahami agama. Sehingga penganut Islam bisa menyesuaikan ajaran-ajaran agamanya sesuai dengan kecocokan hatinya. Ini tidak berarti bahwa syariat dipahami hanya melalui rasa suka-suka atau selera hati saja, tetapi juga terkait dengan bagaimana agama dipahami dan dihayati.
Karena syariat ini dipahami secara beragam dan bertingkat-tingkat, maka syariat melahirkan berbagai cabang keilmuan yang kemudian juga menjadi tradisi yang berkembang di masyarakat Islam. Misalnya ilmu tasawuf, bidang keilmuwan ini sebenarnya adalah tafsir dari syariat agama, yang kemudian memilih berdiri sendiri sebagai bidang keilmuan yang independen di mana ia hanya fokus pada masalah-masalah moral dan hubungannya dengan Tuhan.
Dari ilmu tasawuf inilah lahir apa yang kita kenal sekarang dengan istilah tarekat. Bila tasawuf adalah ilmunya, maka tarekat adalah pengamalannya. Seperti hanya antara etika dan moralitas, keduanya saling berkesinambungan.
Tarekat dan Tirakat di Indonesia
Tulisan ini tidaklah hendak menjelaskan secara luas dan panjang lebar tentang masalah tarekat dan tirakat, penulis hanya ingin menyinggung sedikit soal tarekat dan tirakat yang ada di Indonesia, di mana tradisi tarekat dan tirakat menjadi salah satu model wajah Islam di Indonesia.
Secara bahasa, tarekat bermakna jalan, yakni jalan menuju Tuhan. Namun secara istilah, tarekat bisa bermakna macam-macam, sebab syariat sendiri juga merupakan jalan menuju Tuhan. Biasanya, istilah tarekat merujuk para organisasi sufi di mana orang-orang yang gandrung dengan ilmu tasawuf membuat sebuah perkumpulan organisasi paguyuban yang di dalamnya terdapat amalan-amalan dzikir yang dibaca oleh setiap pengikutnya, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri.
Misalnya saja tarekat Naqsabandiyah dan Qodiriyah, kedua tarekat ini merupakan sebuah perkumpulan organisasi sufi di mana orang-orang yang ada di dalamnya dianjurkan untuk mengikuti amalan-amalan yang sudah ditetapkan, lalu dibaca sesuai perintah Mursyid atau guru besar.
***
Tarekat sejatinya adalah representasi dari syariat agama, sebab di dalamnya mengandung ajaran-ajaran yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kendati tarekat ini secara praktiknya tidak ditemukan dalam Alquran dan sunnah Nabi, tetapi nilai-nilainya diambil langsung dari Alquran dan sunnah. Sehingga apa yang diajarkan dalam tarekat sejatinya adalah cara bagaimana seseorang menyelami agamanya.
Di Indonesia sendiri, tarekat memiliki banyak sekali macamnya; misalnya seperti yang disebutkan di atas, yang merupakan tarekat paling maenstrem dan banyak dianut di Indonesia. Selain itu, ada pula tarekat-tarekat tidak maenstrem, seperti Sattariyah, Ghazaliyah, dll. Intinya, tarekat-tarekat ini bukan berasal dari agama murni, tetapi merupakan inovasi yang dilakukan oleh para ulama terdahulu untuk mengamalkan ajaran Islam secara lebih mendalam.
Terlepas dari sisi kontrovesi tentang sah tidaknya tarekat sebagai suatu amaliyah dalam agama, tarekat sudah menjadi budaya yang dipelihara bukan saja di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
Biasanya, para penganut tarekat berasal dari kalangan Islam tradisional, yakni masyarakat yang ada di kampung-kampung di mana mereka sangat suka dengan sisi kebatinan dalam agama. Motif utamanya tentu adalah mengamalkan ajaran Islam secara kaffah dengan sedikit modifikasi yang diambil dari syariat Islam; seperti dzikir, membaca shalawat, melantunkan ayat-ayat suci Alquran, dsb.
***
Selain tarekat, ada pula yang disebut dengan tirakat. Tarekat dan tirakat adalah dua hal yang berbeda, tetapi keduanya saling melengkapi dan menunjang dalam praktik peribadatannya. Bila tarekat adalah perkumpulan organisasi sufi yang di dalamnya para penganutnya dianjurkan untuk mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan oleh Murysid, maka tirakat lebih bersifat individual.
Tirakat merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui jalan menahan hawa nafsu yang dipraktikan langsung dalam bentuk tindakan yang agak ekstrem; seperti puasa sunnah, puasa ngrowot dengan durasi tahunan di mana pelakunya hanya memakan makanan-makanan khusus, seperti sesuatu yang tidak bernyawa, menghindari makan nasi, kemudian ada pula yang menjadi musafir, mengasingkan diri ke tempat yang sunyi, dsb.
Tirakat biasanya dilakukan secara perorangan, para pelakunya mengasah sisi kebatinannya dengan cara beribadah secara berlebih agar supaya pikiran dan hati semakin kuat untuk selalu terjaga dalam urusan-urusan agama.
Tidak semua yang melakukan tirakat mengikuti tarekat, artinya tidak mengikatkan diri pada salah satu organisasi kesufian. Tetapi mayoritas pengikut tarekat biasanya melakukan tirakat; sebab dalam tarekat, biasanya sudah terdapat amalan-amalan yang mengajurkan pengikutnya untuk melaksanakan laku tirakat. Tujuannya agar semakin yakin dan kokoh keimanannya.
Boleh dibilang, tarekat dan tirakat sudah menjadi tradisi yang mendarah gading dan diamalkan oleh sebagian umat Islam Indonesia. Orang-orang yang menjalani laku tarekat dan tirakat meyakini bahwa ada banyak cara menuju Tuhan. Tarekat dan tirakat ini merupakan salah satu jalan yang dianggap pamungkas untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan secara cepat dan tepat.
Editor: Soleh