Riset

Tarjih, Tajdid, dan Produksi Pengetahuan di Muhammadiyah

3 Mins read

Pengetahuan Muhammadiyah | Tarjih dan tajdid termasuk dua hal yang mewarnai produksi pengetahuan di Muhammadiyah. Hal ini nampak dari eksistensi Majelis Tarjih dan Tajdid sebagai jantungnya Muhammadiyah.

Lantas, apa makna tarjih dan tajdid khususnya bagi Muhammadiyah?

Secara umum tarjih bemakna menguatkan. Sebagaimana ar-Razi mendefinisikan tarjih sebagai aktivitas “menguatkan salah satu dalil atas yang lain, sehingga diketahui mana yang kuat lalu diamalkan yang lebih kuat itu dan ditinggalkan yang tidak kuat.” Dalam usul fikih, aktivitas tarjih meliputi upaya dalam menetapkan dalil yang paling rajih setelah sebelumnya melakukan penyelidikan terhadap dalil yang saling bertentangan, dan juga menetapkan pendapat ulama yang paling kuat berdasarkan pada sumber ajaran dan penggunaan kaedah usul fikih.

Kholidah dalam disertasinya berjudul Dinamika Tarjih Muhammadiyah dan Kontribusinya terhadap Perkembangan Hukum Islam di Indonesia menjelaskan bahwa,awalnya pemaknaan tarjih diMuhammadiyah masih lekat dengan makna umum, dipahami sebagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pendapat yang dipandang kuat dari sejumlah pendapat yang ada.

Hal ini sesuai dengan latar belakang lahirnya Majelis Tarjih di Muhammadiyah adalah untuk menghindari perselisihan dalam khilafiyah yang terdapat di kalangan anggota. Namun, dalam perkembangannya pengertian itu mengalami perluasan makna. (Kholidah, 2021: 53-54).

Muhammadiyah melihat tarjih bukan lagi sekadar aktivitas menentukan (menguatkan) dalil yang paling rajih di antara dalil-dalil yang telah ada, melainkan juga sebagai upaya melahirkan ketetapan hukum terhadap persoalan yang tidak disinggung Al-Qur’an dan as-Sunnah maupun dalam karya ulama klasik.

Ini sejalan dengan penjelasan Syamsul Anwar dalam Manhaj Tarjih Muhammadiyah bahwa, “…dalam lingkungan Muhammadiyah tarjih diartikan sebagai setiap aktivitas intelektual untuk merespons permasalahan sosial dan kemanusiaan dari sudut pandang agama Islam.” (Anwar, 2018: 3).

Baca Juga  Cak Nun: Kriteria Keberhasilan Pendidikan Indonesia

Jadi kegiatan ke-tarjih-an di Muhammadiyah menjadi semacam upaya dari ulama dan cendekiawan Muhammadiyah dalam merespon persoalan umat dengan kaca mata Islam. Hal ini membuat tarjih di lingkungan Muhammadiyah memiliki makna yang luas.

***

Aktivitas tarjih tidak sebatas untuk menguatkan suatu dalil atau pendapat di antara pendapat yang telah ada sebelumnya, namun juga bisa menjadi aktivitas penetapan hukum (pendapat) baru yang dilakukan oleh para ulama dan cendekiawan Muhammadiyah dengan menggunakan kaca mata Islam.

Perluasan makna tarjih agaknya turut dipengaruhioleh semangat tajdid (pembaharuan). Sebagai ormas yang mengedepankan semangat tajdid dalam gerakannya, Muhammadiyah terbuka dalam menetapkan metode untuk mencari jawaban baru terhadap persoalan keagamaan. Sehingga, tidak heran jika terjadi perluasan makna tarjih dari hanya memilih pendapat yang telah ada kepada makna menemukan yang sebelumnya tidak ada (ijtihad).

Muhammadiyah dikenal sebagai ormas Islam dengan gerakan pembaharu atau gerakan tajdid. Kholidah menjelaskan bahwa bagi Muhammadiyah salah satu karakter ajaran Islam adalah tajdid. Konsep tajdid di masa awal Muhammadiyah belum dirumuskan dengan rinci.

Kiai Ahmad Dahlan dalam gerakannya waktu itu fokus membasmi praktek keagamaan yang menyimpang dan berusaha mengembalikannya kepada ajaran Al-Qur’an dan as-Sunnah.

Pada tahun 1968, menjelang Muktamar ke-37, M. Djindar Tamimy menawarkan rumusan tajdid sebagai khittah Muhammadiyah. Dia menyatakan tajdid dengan arti pembaharuan mempunyai dua segi: pertama, tajdid berarti kembali kepada keaslian dan kemurnian.

Itu bila sasarannya adalah soal prinsip perjuangan yang sifatnya tetap dan tidak berubah-ubah. Dan kedua, tajdid berarti modernisasi, bila sasarannya masalah metode, sistem teknik, strategi, taktik perjuangan, dan lain-lain yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu.

Baca Juga  Benarkah Saintisme Menentang Keyakinan Agama?

Pada tahun 1989, dalam Muktamar Tarjih di Malang, konsep tajdid dibahas kembali dan menghasilkan rumusan resmi tajdid bagi warga Muhammadiyah. Adapun rumusan dimaksud adalah dari aspek etimologi tajdid bermakna pembaharuan, dan dari aspek terminologi tajdid mengandung dua makna: pertama pemurnian, dan kedua peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya.

***

Kholidah menjelaskan kalau dalam arti pemurnian, tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan as-Sunnah ash-Shohiha. Dalam arti peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya, tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah ash-Shohiha. (Kholidah, 2021: 55-56).

Sejalan dengan itu, Syamsul Anwar juga menerangkan kalau tajdid memiliki dua makna: pertama dalam akidah dan ibadah, tajdid bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dan kedua dalam bidang muamalat keduniaan, tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif sesuai tuntutan zaman. (Anwar, 2018: 7).

Karakter tarjih dan tajdid menjadi warna dalam produksi pengetahuan Muhammadiyah. Tarjih merupakan aktivitas Muhammadiyah dalam menjawab berbagai persoalan keagamaan, dan tajdid menjadi ruh dalam gerakan warga Muhammadiyah. Sehingga, tidak heran jika Lembaga Tarjih dan Tajdid menjadi salah satu lembaha istimewa dalam tubuh Muhammadiyah, bahkan dikatakan merupakan jantungnya Muhammadiyah.

Editor: Yahya FR

Moh. Rivaldi Abdul
6 posts

About author
Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo (2019), dan S2 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Islam Nusantara (2021). Sekarang, mahasiswa baru Program Doktoral S3 Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Studi Islam, Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam.
Articles
Related posts
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…
Riset

Pengorbanan Ismail, Kelahiran Ishaq, dan Kisah Kaum Sodom-Gomoroh

4 Mins read
Nabi Ibrahim as. yang tinggal Hebron mendapat berusaha menjenguk putra satu-satunya. Sebab pada waktu itu, Sarah sudah uzur dan belum juga hamil….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds