Akhlak

Teladan Pandanarang dalam Babad Demak

4 Mins read

Babad sebagai salah satu sastra lama, syarat akan cerita masa lampau, meskipun tidak dapat terlepas dari mitos. Kendati pun demikian, babad merupakan geschiedverhaal (cerita sejarah) yang berisikan tentang jaarboeken van een rijk (buku tahunan suatu kerajaan).

Dari sana, babad sebagai sumber sejarah dapat menjadi jendela awal untuk melihat ciri khas suatu kebudayaan, pandangan hidup, dan landasan falsafah sebuah daerah atau kerajaan. 

Selain penulisan kejadian, babad secara umum juga berisi asal-usul daerah, genealogi raja-raja. Terlebih jalinan peristiwa yang dilalui oleh tokoh-tokoh dalam babad, sering kali memiliki makna lebih dalam, sehingga dapat menjadi bahan pendidikan budi pekerti yang mulia. Dengan perilaku agung, seorang tokoh dalam babad bisa menjadi suri teladan dan refleksi bagi pembacanya.

Babad Demak

Tulisan ini terinspirasi ketika saya membaca sebuah tesis tentang Babad Demak sebagai bahan penelitiannya. Dengan ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa, serta berupa tetembangan macapat, Babad Demak mengandung kisah perjalanan seorang tokoh.

Naskah kuno ini juga menceritakan cerita bab lelakon sing wis kelakon tentang dakwah Islam. Adipati Pandanarang, salah satu tokoh yang ada dalam narasi cerita Babad Demak akan diulas dalam penelitian ini. Sosok nama Pandanarang juga tidak asing lagi di telinga masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Beberapa kisah penyebaran Islam di daerah Klaten dan sekitarnya, konon dilakukan oleh Pandanarang yang dulunya merupakan bupati Semarang yang melepas jabatannya untuk memeluk agama Islam.

Syahdan, pada babak ini diceritakan tentang adegan bertemunya Pandanarang yang sebelumnya memiliki penghidupan yang serba mewah, banyak istri, dan harta melimpah, dengan Sunan Kalijaga yang ingin mencoba kepribadiannya.

Asal Mula Salatiga

Sunan Kalijaga menyamar menjadi seorang pedagang alang-alang dan meletakkan bungkusan uang sebanyak dua puluh lima keteng, yang akan dijual pada Pandanarang. Saat mendapat bungkusan itu, Pandanarang pun senang karena menganggap itu adalah keberuntungannya.

Baca Juga  Bagaimana Akhlak Baik kepada Teman Sebaya?

Suatu hari, Sunan Kalijaga mendatangi Pandanarang lagi, dan kedatangan itu membuat Pandanarang terkejut karena tempat Sunan yang jauh, namun sampai di rumah Pandanarang dengan waktu yang singkat.

Di situlah, Sunan menunjukkan kesaktiannya dengan mencangkul tanah, kemudian muncul emas sebesar luku dari cangkulannya itu. Lantas, Pandanarang meminta maaf kepada Sunan karena merasa telah meremehkan dan menghina Sunan.

Mulailah Pandanarang berguru pada Sunan di gunung Jabalkat, tetapi dengan syarat beribadah seumur hidup, beriman, mengislamkan orang Semarang, merawat santri dan kiai, membuat beduk dan masjid, menunaikan zakat dengan ikhlas dan dibagikan untuk orang miskin.

Ketika hendak berangkat menuju gunung Jabalkat, istri tertuanya ingin menemani perjalanannya. Ia diizinkan oleh Pandanarang, tetapi dengan syarat tidak boleh membawa harta. Namun, diam-diam istrinya menyembunyikan beberapa harta di wuluh gadhing tongkatnya.

Hal tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh suaminya, tetapi Pandanarang pura-pura tidak tahu. Saat sampai di hutan Tarabatan, mereka bertemu dengan 3 perampok. Perampok itu lantas mengambil tongkat yang dibawa oleh istrinya, sang istri berteriak, “Kiai, minta tolong, ada tiga orang berhati jelek,” dari sinilah daerah itu disebut Salatiga (salahtiga), termaktub dalam cuplikan tembang:

Nyai Ageng nuli langkung/ tekene rinebat keni/ nyai geng sigra lumajar/ anangis nututi laki/ kiai nuwun tulung kula/ tiyang tri salah kang ati//

Dadi karan desanipun/ salah tiga ingkang nami/ …

Pangeran Tembayat dan Ki Seh Domba

Setelah beberapa saat melanjutkan perjalanan, seorang perampok lain bernama Sambangdalan berusaha untuk merampok tongkat yang dibawa oleh Pandanarang. Pandanarang berkata bahwa ia tidak membawa perhiasan layaknya istrinya yang telah dirampok tadi, tetapi Sambangdalan tetap bersikukuh dan mengancamnya.

Baca Juga  Imam Az-Zarnuji: Kiat Memilih Ilmu dan Guru

Kemudian, Pandanarang berkata, “Kurang ajar kau Ki, seperti kambing watakmu.” Berubahlah Sambangdalan menjadi wujud seekor kambing tetapi ia sendiri tidak sadar, ia tetap mengikuti jalannya Pandanarang. Barulah sadar ketika ia dan Pandanarang menyeberang sungai, Sambangdalan pun menangis pasrah pada Pandanarang dan ingin bertobat dengan mengabdi padanya.   

Tibalah Pandanarang di daerah Tembayat, ia menemukan padasan (tempat untuk mengambil air wudhu) yang kering. Sambangdalan kemudian diminta oleh Pandanarang untuk memenuhi padasan itu, dan tidak boleh tertidur sebelum penuh.

Waktu terus berganti, namun padasan tidak penuh-penuh jua. Beberapa waktu berlalu, Kanjeng Sunan datang dan menanyakan mengapa ada seekor kambing yang dapat berbicara layaknya manusia mengabdi pada Pandanarang, ia pun menceritakan kejadian lalu.

Akhirnya, Sambangdalan diminta bertobat dengan sepenuh hati pada Yang Maha Kuasa. Wujud Sambangdalan berubah kembali ke wujud manusia, dan padasan pun penuh dengan sendirinya.

Kemudian, oleh Kanjeng Sunan, Pandanarang diberikan nama Pangeran Tembayat dan Sambangdalan diberikan nama Ki Seh Domba. Pangeran Tembayat ditugaskan untuk mengislamkan orang Budha, menunggu masjid Jabalkat, menjadikannya tempat ibadah Jumat, dan mengurus para santri.

Kesaktian Pangeran Tembayat

Setelah waktu berlalu, Kanjeng Sunan meninggalkan Pangeran Tembayat bersama istrinya dan Seh Domba. Kemudian Pangeran Tembayat memulai menyebarkan Islam dengan menyamar menjadi seorang pekathik (pembantu) Ki Tasik di desa Wedhi.

Pangeran Tembayat diajak Ki Tasik untuk berjualan serabi di pasar. Karena banyaknya pembeli, Pangeran Tembayat diminta agar dengan cepat membuat serabi, maka ia gunakan tangannya untuk memasak.

Dimasukkanlah tangannya dalam tungku dan membaralah api, tetapi tangan Pangeran tidak sama sekali merasakan panas. Semakin ramailah pembeli di pasar itu dan melihat kesaktian sang Pangeran Tembayat.

Baca Juga  Akhlak Mulia: Cermin Karakter Autentik

Singkat cerita, Ki Tasik dan Nyi Tasik mulai mengabdi untuk Pangeran, begitu pula dengan orang-orang di Semarang mulai berguru padanya.

5 Nilai yang Dapat Diambil Sebagai Hikmah

Dari kisah keislaman Adipati Pandanarang, yang kemudian menyandang nama Pangeran Tembayat, pemberian Sunan Kalijaga, penulis tesis memberikan 5 nilai yang dapat diambil sebagai hikmah dari struktur naratif kisah perjalanan Pangeran Tembayat.

Pertama adalah hubbuddunya (situasi cerita/exposition orientation), di mana Pandanarang dulunya adalah seorang yang gila akan harta kekayaan, dibuktikan dengan mempunyai 8 istri dan anak yang tak terhitung.

Kedua, pengungkapan peristiwa (complication), dimulai saat Sunan Kalijaga mendatangi Pandanarang dan mencobanya, karena Sunan tahu bahwa Pandanarang mempunyai potensi kelak untuk menyebarkan Islam, berubahlah orientasi hidup Pandanarang untuk mementingkan akhirat (hubbulakhirah).

Ketiga, munculnya konflik (rising action). Kesungguhan Pandanarang dibuktikan olehnya dengan bersedia berguru pada Sunan dan meninggalkan harta benda yang ia miliki, guna berlaku prihatin (riyadhah), ia rela menempuh perjalanan menuju gunung Jabalkat dan dirampok di tengah jalan.

Keempat adalah puncak konflik (turning point/climax), Pandanarang memulai memperbaiki jiwanya (tazkiyyatunnufus), dengan melakukan amal saleh dan perbuatan yang bermanfaat, di sini pula Sunan Kalijaga mengajarkan ilmu sufi pada Pandanarang, meliputi penjabaran tentang kehidupan, kematian, surga, tentang Yang Maha Kuasa dan makhluk-Nya, dll.

Kelima (ending), Pandanarang atau Pangeran Tembayat mulai mengamalkan ilmu yang didapatkannya dari Sunan (iqtida’ bilmu’allim), dengan menyamar menjadi pembantu guna menyebarkan agama Islam.

Editor: Lely N

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds