Oleh: Irvan Shaifullah
Sebagai bangsa yang sedang berkembang. Kita mendapat kabar bahagia, karena dalam kurun waktu 2020-2030, Indonesia dilimpahi bonus demografi. Tentunya bonus demografi ini adalah modal dasar bagi pembangunan. Perhitungan pemerintah yang tercatat dalam data proyeksi penduduk Indonesia dijadikan patokan dalam menyusun dan memformulasikan pembangunan ekonomi dan mengukur interval usia produktif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mematok interval proyeksi penduduk Indonesia (2010-2035) pada hasil sensus penduduk tahun 2010. Proyeksi ini dibuat dengan metode komponen berdasarkan asumsi tentang kecenderungan kelahiran, kematian, serta perpindahan penduduk antar provinsi yang paling mungkin terjadi selama periode 25 tahun akan datang.
Mengacu pada data BAPPENAS diproyeksikan pertambahan penduduk Indonesia sebesar 237.7 juta di tahun 2010 menuju 271 juta penduduk pada tahun 2020 dan secara fantastis jumlah penduduk Indonesia ditahun 2035 sebesar 305 juta.
***
Perubahan pada abad ke 21 jelas jauh akanlebih kompleks. Ada progress paradox, yaitu selalu muncul masalah masalah baru pada setiap kemajuan. Ada proponen yang mengagung agungkan kemajuan dan ada oponen yang memperbesar masalah. Dengan demikian, perubahan memerlukan lebih dari sekadar komunikasi, yaitu terobosan secepat kilat, aliansi kekuatan, endorsment, dan tentu saja nyali.
Tahun 2020-2030 merupakan tahun penting bagi indonesia untuk melakukan lompatan-lompatan perubahan dari bidang industri dan pengembangan sumber daya manusia. Sebab ditahun tahun itu, dominasi kaum millenials dalam mempelopori gerakan perubahan sudah akan sangat terasa perannya karena sudah memasuki usia produktif, baik dalam bekerja maupun dalam bermasyarakat.
Tentunya perubahan dan pergeseran itu akan mempunyai dampak yang signifikan juga terhadap perilaku bermasyarakat dan bersosial, terutama kecenderungan untuk mengedepankan ego daripada kepentingan sosial, mendahulukan kepentingan pribadi tanpa menyelaraskan norma dan akhlaq di masyarakat.
***
Revolusi Industri 4.0 dan Big Data bukanlah sebuah teknologi, teknik, maupun inisiatif yang berdiri sendiri. Big Data adalah suatu trend yang mencakup area yang luas dalam dunia bisnis dan teknologi dalam revolusi industri 4.0. Salah satu penjelasan paling mudah dimengerti tentang big data adalah pengumpulan dan penggunaan informasi dari berbagai sumber untuk membuat keputusan yang lebih baik. Big data bisa dibilang sebagai sebuah konsep tentang kemampuan kita untuk mengumpulkan, menganalisa, dan mengerti jumlah data yang cukup besar yang datang setiap harinya.
Menurut pakar manajemen terkemuka asal Amerika Serikat, Geoffrey Moore, mustahil bagi sebuah perusahaan atau organisasi besar bisa bertahan dan berkembang tanpa kesadaran untuk mengelola ‘big data’. Tanpa itu, menurut Moore, kita seperti berkendara di tengah jalan tol dalam keadaan buta dan tuli. Kita bisa terus berjalan memacu kendaraan, tetapi kita hanya bisa meraba-raba , dan tinggal menunggu waktu untuk tabrakan atau jatuh ke jurang
Teologi Al Ashr
Dilihat dari segi bahasa, wa al-‘ashr memiliki makna ‘demi waktu yang bergerak ke depan’, ‘ke masa depan’, ‘demi waktu yang bergerak maju’, ‘demi masa yang menuju masa depan’, atau ‘demi kehidupan yang senantiasa bergerak maju’, bukan waktu masa lampau (zaman dulu), dan berkemunduran.
Di sini Allah menggunakan kata al-‘Ashr untuk menjelaskan masa atau waktu. Selain bermakna waktu ashar, dalam beberapa Kamus Bahasa Arab, al-‘Ashr juga memiliki makna maju, baru, dan modern. Kata ‘ashara berartimemodernkan, membuat sesuatu menjadi baru, dan menjadikan modern. Dengan kata lain adalah “demi waktu yang berkemajuan”.
Surah al-‘Ashr itu sangat padat, mencakup kehidupan sejarah peradaban umat manusia keseluruhan. Transformasi teologi Surah Al-’Ashr dapat membawa manusia ke arah kehidupan akhirat yang baik dan kehidupan dunia yang berkemajuan dan berperadaban tinggi.
Dalam surah Al-Ashr ayat-ayatnya menggunakan bentuk jamak dalam meningkatkan kualitas hidup individu maupun masyarakat, yaitu kata-kata al-insan, amanu, amilu, dan tawashau, maka kualitas hidup lebih bersifatkolektif. Kehidupan kolektif biasanya lebih di sebut dengan ummah.
***
Dari surah al-‘Ashr dapat menjelaskan empat pilar untuk membangun sebuah peradaban yang berkemajuan. Pilar pertama, iman dalam konsep peradaban adalah paradigma ke-tauhidan. Tauhid sebagai pilar mendasar karena esensinya adalah menghadirkan Allah dalam kehidupan sehari-hari yang dipahami dari penggalan ayat âmanû.
Pilar kedua, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) yangdipahami dari penggalan ayat wa tawâshau bi al-haq; Al-haq di sini dipahami simbol dari ilmu, karena selain kebenaran mutlak ada kebenaran relatif, kebenaran relatif inilah ilmu pengetahuan teknologi dan sains. Selain itu secara historis, tidak ada kebudayaan atau peradaban yang maju tanpa ipteks yang maju. Ipteks menjadi lebih holistik: ilmu (kognitif), teknologi (skill/psikomotor), dan seni (afektif).
Pilar ketiga adalah kerja keras, produktif, mendapat pengakuan baik dari sesama manusia maupun ridha dari Allah SWT dipahami dari kata ‘amilû al-shâlihât yang melahirkan kreativitas masyarakat dan membentuk sebuahkebudayaan.
Pilar keempat adalah moralitas/akhlak yang dapat dipahami dari penggalan ayat wa tawâshau bi al-shabr. Kesabaran merupakan simbol dari moral tertinggi yang mengandung nilai-nilai keutamaan sebagai fondasi pembangunan masyarakat atau peradaban utama. Maka dari teologi al-’Ashr terdapat empat pilar atau prasyarat peradaban utama, yaitu paradigma tauhid, pengembangan ipteks (Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni), amal usaha: kerja-kerja peradaban, dan penguatan MEA (moral-etika-akhlak).
Sekarang, Millenial Movement think colaboration for community
Saat ini data BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk berusia 15-45 tahun berkisar 40-an persen dari total populasi penduduk. Artinya, setengah dari penduduk Indonesia bisa dikategorikan sebagai generasi milenial (atau paling tidak xenial). Masuk akal jika narasi-narasi besar yang mengendalikan spirit bangsa ini adalah segala hal yang disukai milenial, dengan media sosial sebagai ruang gerak utama sekaligus medan percakapannya.
Kualitas peradaban dan penguatan akhlaq sebagaimana dijelaskan dalam teologi Al Ashr diatas menjelaskan bahwa untuk menuju sebuah perdaban utama dibutuhkan kolektifitas dalam menuju kesana. Tidak bisa sendiri sendiri. Semua harus saling menguatkan satu sama lain untuk menuju empat pilar yang dijelaskan dalam surat Al Ashr yaitu tauhid, penguasaan ilmu pengetahuan, amal sholeh dan akhlaq/moralitas.
***
Bukan sekadar segalanya serba digital, terpenting adalah semangat yang menjadi fondasi bagi generasi zaman ini: Inovasi, kolaborasi, distribusi kuasa dan nilai (powers and values distribution). Islam dan Pendidikan perlu menggerakkan dakwahnya dengan spirit itu, terutama dalam hal strategi, pola dan pendekatan.
Jika demikian, pilihan yang tepat dan sangat efektif untuk mencapai paradigma berkemajuan dalam meningkatkan dan menguatkan akhlaq di era revolusi industri 4.0 adalah berkolaborasi dengan membentuk komunitas. Membentuk komunitas-komunitas untuk saling mengisi dan berkolaborasi dalam berbagai hal. Mengedepankan peran integrasi antar segala aspek untuk menciptakan ruang baru yang bisa dipahami oleh sesama dan masyarakat. Menciptakan ruang Toleransi antar keseteraan hak sebagai manusia tanpa merendahkan peran orang lain.