Tajdida

Teologi Al-Insyiroh: Prinsip Etos Kerja dan Inspirasinya dalam Pendidikan

4 Mins read

Teologi Al-Insyiroh – Situasi dua tahun terakhir akibat adanya pandemi Covid-19 telah merubah pola dan berdampak pada berbagai bidang kehidupan, seperti kesehatan, ekonomi, sosial, sampai pada bidang pendidikan pun tak luput dari perubahan. Pembelajaran daring, luring, bahkan hybrid di PTM sungguh terbatas dengan segala kekurangan dan kelebihannya mewarnai ikhtiar dunia pendidikan dalam rangka terhindar dari lost generation yang mengancam generasi muda.

Sekilas Permasalahan di Dunia Pendidikan

Bagi dunia pendidikan, situasi pandemi yang terjadi saat ini diakui memberikan tantangan yang tidak mudah. Adaptasi kebiasaan baru, terkait penggunaan teknologi sampai masalah jaringan menjadi obrolan harian seputar dunia pendidikan. Tidak kalah mengkhawatirkan, keluhan orang tua terkait karakter siswa menyangkut pola belajar online di rumah. Penggunaan gawai yang berlebihan, diakui telah mengikis karakter siswa yang terbangun di sekolah.

Hal ini bisa terjadi bila peran orang tua di rumah sebagai pendidik kurang optimal, dikarenakan banyak peran dari orang tua yang harus dilakukan. Salah satunya adalah sebagai pencari nafkah dan lain lainnya.

Meskipun demikian, harapan bangkit dan bergerak menuju kebaikan hidup dan penghidupan terbuka lebar. Sikap optimis dari seluruh stakeholder pendidikan perlu tumbuh dan bergerak menuju pendidikan yang berkualitas baik. Ini memerlukan upaya kerja keras yang berkesinambungan. Dalam mewujudkan hal tersebut, diperlukan prinsip etos kerja yang bisa digali dan diinspirasi. Salah satunya adalah teologi Al-Insyiroh.

Prinsip Etos kerja Teologi Al-Insyiroh

Sejenak kita refleksikan, dari kandungan surat Al-Insyiroh, Allah SWT berfirman: Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad) (1), dan kami pun telah menurunkan bebanmu darimu (2), yang memberatkan punggungmu (3), dan kami tinggikan sebutan(nama) mu bagimu (4), maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (5), sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (6), maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) (7), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (8).

Baca Juga  Dari Peradaban Iman Menuju Peradaban Ilmu

Kita bisa menggali inspirasi dari surat Al-Insyiroh. Kesulitan-kesulitan yang diderita nabi Muhammad ketika berdakwah tidak menyurutkan semangat beliau dalam menyampaikan risalah. Teologi Al-Insyiroh menjadi energi penyemangat untuk bangkit dari kesulitan-kesulitan yang ada.

Ayat 1-3 memberikan inspirasi terkait kebeningan hati. Menghadapi kesulitan pandemi, diperlukan hati yang lapang dan ikhlas menghadapi situasi. Berkeluh kesah, menggerutu dan mengeluh bukanlah pilihan yang bijak. Dengan hati tenang dan ikhlas, terbuka lebar peluang untuk refleksi segera keluar dari kesulitan yang ada.

Ayat ke 4 memberikan kita pelajaran tentang rekam jejak yang  baik. Pengalaman-pengalaman orang tua dan guru yang baik dalam mendidik putra-putrinya perlu direfleksikan. Situasi kebiasaan baru akibat pandemi perlu segera diadaptasi dan dikolaborasikan dengan pengalaman-pengalaman yang telah ada agar tercipta metode pembelajaran baru yang lebih efektif. Semangat membangun hal yang bermanfaat untuk kehidupan menjadi nilai amal sholeh, yang berpotensi menjadi amal jariyah.

***

Ayat ke 5-6 memberikan pelajaran pada kita untuk bersikap positif dan optimis terhadap kesulitan. Kesulitan akibat pandemi dalam dunia pendidikan dijadikan sebuah tantangan yang akan menimbulkan solusi-solusi kreatif. Penemuan hal-hal baru terkait perangkat pembelajaran dan metode akan memperkaya praktik-praktik pendidikan yang baik tentunya.

Ayat ke 7 memberikan pelajaran pada kita pentingnya kerja keras berkesinambungan. Ketegaran dan keluasan pikiran diperlukan dalam menghadapi tantangan pandemi. Colin Powell pernah berkata, “optimisme berkesinambungan adalah suatu pelipat ganda kekuatan”. Berpikir jauh ke depan dalam rangka membangun pendidikan unggul di tengah pandemi dan era teknologi informasi perlu dipersiapkan tanpa harus meninggalkan karakter khas budaya bangsa.

Ayat ke 8 mengingatkan kita untuk berserah kepada Allah. Setelah memiliki sikap positif, optimis, dan kerja keras berkesinambungan dalam masa pandemi, maka tawakal sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan perlu dilakukan. Tawakal merupakan tumpuan terakhir dalam suatu usaha dan perjuangan keluar dari kesulitan yang dihadapi.

Baca Juga  Kurban untuk Sedekah Korban Covid-19: Tinjauan Ushul Fikih

Belajar Mendidik dari Nyai Dahlan

Ada pelajaran yang menarik dari praktik pendidikan yang dilakukan oleh Nyai Ahmad Dahlan. Muhammad Yuanda Zara seorang sejarawan menuliskan tentang hal ini dalam sebuah artikel berjudul “Pendidikan Ala Nyai Ahmad Dahlan” di Majalah Suara Muhammadiyah (Agustus-2017).

Dalam mendidik kaum perempuan, Nyai Ahmad Dahlan menekankan tiga aspek penting, yaitu pengajaran, membesarkan hati dan memberi teladan. Kita tahu situasi pendidikan waktu itu juga menghadapi tantangan berupa kondisi perang dengan Belanda.

Bagi Nyai Ahmad Dahlan, pendidikan tidak hanya mengajari anak didik pengetahuan saja. Namun lebih dari itu, memberikan keteladanan dan membesarkan hati (menggembirakan) dipraktikan oleh Nyai Ahmad Dahlan kepada siswanya. Hal ini tergambar dari pengakuan saksi mata pada para siswa yang berhasil menamatkan pelajaran dan bersiap kembali ke daerah masing-masing. Mereka memiliki ilmu yang luas, ibadah yang kuat serta hati yang riang di tengah kondisi tantangan pada saat itu.

Catatan sejarah praktik pendidikan Nyai Ahmad Dahlan menjadi menarik jika kita konteks-kan dalam situasi pandemi ini. Membesarkan hati dan memberikan keteladanan kepada siswa sangat penting dilakukan oleh guru dan orang tua. Siswa merasakan juga dampak dari pandemi ini. Tidak bertemu dengan teman di sekolah, pembelajaran daring, pergerakan sosialisasi yang terbatas mereka alami juga.

Membesarkan hati dan menggembirakan siswa perlu dilakukan agar kondisi psikologis mereka tetap terjaga. Pun Keteladanan dalam penerapan prokes dari orang tua dan guru dibutuhkan oleh siswa pada situasi saat pandemi ini.

Inspirasi Perubahan dari Teologi Al-Insyiroh

Sementara itu, di beberapa kesempatan dalam kajian yang disampaikan Prof. Dr. Abdul Mu’ti (Sekretaris Umum PP Muhammadiyah) menyampaikan bahwa teologi Al-Insyiroh mulai dikembangkan oleh Muhammadiyah untuk membangun sikap optimisme menyelesaikan berbagai masalah yang muncul.

Baca Juga  Panic-gogy, Belajarlah dari Fabel Kancil Vs Siput!

Jalan keluar mengatasi kesulitan luar biasa terbuka, sehingga agama hadir bukan hanya memberikan ketenangan spiritual belaka. Lebih dari itu, menjadi harapan untuk bangkit dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Termasuk dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, menjadi penting rasanya sikap optimisme dan kerja keras yang berkesinambungan menghadapi pandemi dalam membangun sistem pendidikan yang baik. Wajah pendidikan bisa berubah drastis akibat pandemi covid-19, terlebih konsep “sekolah di rumah”  belum menjadi arus utama dalam wacana pendidikan nasional.

Pandemi ini menjadi momentum berharga untuk bergotong royong seluruh stakeholder pendidikan. Sebarkan sikap optimisme dan kerja keras berkesinambungan dalam pengelolaan pendidikan dan tinggalkan ego sektoral menuju keluasan berpikir, sesuai etos kerja dan inspirasi dari teologi Al-Insyiroh. Wallahu a’lam bish-shawab.

Editor: Saleh

Avatar
4 posts

About author
Litbang Perguruan Muh Kottabarat, Surakarta
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *