Tajdida

Teruntuk Sahabat Seperjuangan Pemuda Muhammadiyah

4 Mins read

Jauh-jauh hari seorang sahabat, yang juga seorang tokoh gerakan Pemuda Muhammadiyah David Krisna Alka mengingatkan saya untuk memberikan sebuah pandangan di hari jadi Pemuda Muhammadiyah ke-88. Tentu ini sebuah kehormatan khusus bagi saya dengan diberikan sedikit ruang untuk turut suka-ria merayakan harlah sahabat seperjuangan saya, gerakan Pemuda Muhammadiyah.

“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja”

Buya Hamka


Catatan untuk Sahabat Seperjuangan

Mungkin lebih tepatnya ini adalah sebuah catatan kecil saya kepada sahabat seperjuangan Pemuda Muhammadiyah. Rasanya pasti sudah banyak tokoh-tokoh pemuda lain yang memberikan narasi utama perjuangan gerakan pemuda secara garis besar, maupun Pemuda Muhammadiyah secara khusus.

Catatan ini adalah sebuah rangakaian proses pengalaman bersahabat, dalam mengisi agenda kebangsaan yang selama ini saya alami bersama sahabat seperjuangan dan para tokoh Pemuda Muhammadiyah.

Sebagai seorang kultural Nahdliyin, harus saya akui pergaulan saya dengan para tokoh Pemuda Muhammadiyah cukup terbatas. Terbatas bukan karena adanya segregasi sebuah perbedaan atau problem pilihan politik. Karena mungkin alam menunggu waktu yang tepat, untuk tibalah saatnya saya bisa bergaul lebih intim dengan teman-teman Pemuda Muhammadiyah.

Kiprah organisasi Pemuda Muhammadiyah telah teruji oleh ruang dan waktu seraya proses kebangsaan. Pemuda Muhammadiyah sebagai mana juga Gerakan Pemuda Ansor, adalah pilar-pilar kaderisasi bangsa yang eksis jauh sebelum Republik ini dideklarasikan.

Oleh karenanya, saya meyakini bahwa semua sahabat-sahabat seperjuangan saya yang tumbuh besar dalam pengkaderan organisasi Pemuda Muhammadiyah memiliki visi dan misi kebangsaan yang tidak jauh berbeda. Mereka ingin menyongsong tahun-tahun gemilang Indonesia yang jauh lebih baik dari hari ini.

Kita perlu berfikir dewasa dalam memaknai dialektika politik gerakan Pemuda Muhammadiyah, baik secara internal kedalam, maupun eksternal keluar. Saya menganggap apa yang dilakukan Dahnil Azhar misalnya sebagai demisioner Pemuda Muhammadiyah, yang acap kali berupaya mencitrakan bahwa dirinya masih memiliki pengaruh di dalam Pemuda Muhammadiyah adalah sebuah kelumrahan. Meski sebenarnya kepemimpinan organisasional kini dipimpin penuh oleh Sunanto sebagai lokomotif utama Pemuda Muhammadiyah hari ini.

Baca Juga  Bahaya Paham Qutbisme dan Cara Membendungnya

Sepak Terjang Dahnil Anzar

Saya melihat, pola-pola pendekatan politik seperti itu bukanlah sebuah halangan dalam membesarkan organisasi. Justru dengan dinamika seperti itu, organisasi bisa tumbuh dengan sebuah pendewasaan politik yang matang.

Kita semua mengerti, bahwa tiket utama Dahnil Azhar bisa masuk dalam lingkaran Prabowo salah satu yang menentukan adalah karena dirinya pernah menjadi Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah. Apakah itu sebuah hal yang salah? Saya rasa itu bisa dimaknai sebagai sebuah kekuatan organisasi Pemuda Muhammadiyah dalam menyongsong agenda kebangsaan.

Meskipun dalam pandangan politik, boleh jadi saya banyak tidak sepaham dengan pikiran Dahnil. Tetapi saya, sebagai kaum muda diluar lingkungan Muhammadiyah, harus menghormati segala pencapaian politik yang sudah dicapai Dahnil. Tetapi Dahnil adalah masa lalu dari rangkaian perjuangan sahabat-sahabat Pemuda Muhammadiyah.

Masa depan Pemuda Muhammadiyah kini dinakhodai oleh Sunanto, dikalangan teman-teman dia akrab disapa Cak Nanto. Sebagaimana sebuah organisasi, tentulah setiap kepempinan yang baru adalah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Selain Cak Nanto sosok yang lebih baik dari Dahnil Azhar, Cak Nanto juga dianggap simbol pertemuan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Magnet utama dari Cak Nanto adalah anak asli Madura, dimana boleh dibilang Madura adalah salah satu basis utama pesantren NU. Juga banyak orang mengakui kesederhanan Cak Nanto yang jauh lebih baik dari Ketua Umum sebelumnya.

Masa Depan Bersama Cak Nanto

Hari-hari ini bukanlah momentum yang mudah bagi Cak Nanto untuk bergerak cepat membawa gerbong perubahan yang diawakinya. Saya mencatat ada tiga hal penting yang menjadi hambatan eksternal.

Pertama, polarisasi masyarakat yang masih begitu rentan dibawah bayang-bayang Pilpres 2019. Sehingga sebuah organisasi kaliber Pemuda Pancasila kerap diasosiasikan dengan agenda politik elektoral. Jika mengkritisi pemerintah, dianggap oposan. Begitupun sebaliknya, jika mendukung dianggap cari jabatan. Tentu teman-teman itu menghadapi situasi dilematis begini.

Baca Juga  Sudahlah, Akhiri Caci-Maki: Kembali ke Muhammadiyah!

Kedua, menurunya iklim berorganisasi kaum muda (atau generasi milenial). Tidak mudah sebagai sebuah organisasi kader berbasis keagamaan untuk cepat beradaptasi dengan keinginan generasi milenial. Tentu ini butuh sebuah penyesuaian yang tepat, mengikuti zaman namun juga bukan berarti melonggarkan nilai-nilai organisasi.

Terakhir, adalah dengan menghadapi situasi krisi pandemi Covid-19. Kita percaya, kepengurusan teman-teman Pemuda Muhammadiyah pasti tidak berdiam tangan dalam menghadapi situasi ini. Justru, ini bisa dijadikan ladang bakti kepada negri dan bangsa. Setidaknya ini menjadi catatan hambatan eksternal yang mau tidak mau Cak Nanto bersama rekan-rekan pengurus perlu mencari jalan alternativnya.

Saya percaya, bahwa Cak Nanto adalah sosok kepemimpinan yang lebih segar dari sebelumnya. Saya juga melihat, Cak Nanto sedang bekerja keras untuk memperkuat normalisasi gerakan organisasi secara internal. Gerakan politik elektoral yang mungkin selama ini dilancarkan Dahnil, harus kembali ditarik kedalam sebagai satu upaya reflektif organisasi. Itu memang menjadi hukum keseimbangan penguatan organisasi non-partai.

Kira-kira begini, ketika Ketua Umum sebelumnya meletakkan poros organisasi di luar koridor induk organisai. Maka, menjadi satu kelaziman Ketua Umum berikutnya menarik semua potensi yang selama ini berada diluar kedalam sebagai upaya konsolidasi yang solid.

Dengan begitu Cak Nanto perlu bekerja ekstra kuat dan hati-hati untuk tetap menjadi nilai-nilai dan persatuan organisasi. Jika boleh berpendapat, saya optimis dibawah kepemimpinan Cak Nanto yang lebih sering turun kebasis, ketimbang naik kepanggung Pemuda Muhammadiyah akan menjadi sebuah organisasi pemuda yang semakin mandiri dan diperhitungkan dalam tatanan berbangsa dan bernegara.

Pemuda Muhammadiyah Kini

Satu hal yang begitu membahagiakan hati saya, dengan perjuangan sahabat-sahabat Pemuda Muhammdiyah kini. Ada pada dua hal; kembali memperkuat kajian-kajian ilmiah akademis serta memiliki keberpihakan yang utuh tidak setengah-setengah atas keberagaman umat beragama.

Baca Juga  Mau Sampai Kapan Islam Tertidur dan Bermimpi Soal Kejayaan Islam?

Dan sangat baik sekali bagi saya, jika sedari awal membiasakan berfikir terbuka dan saintidik di kalangan teman-teman Pemuda Muhammadiyah. Karena suka ataupun tidak, generasi kita akan menjadi penerus dari setiap perjuangan para pendahulu kita. Hal lain yang juga menjadi kebanggaan kita adalah keseriusan sahabat seperjuangan Pemuda Muhammadiyah dalam menjaga isu kebebasan beragama. Ini perlu menjadi kerja kita bersama, karena keberagaman dan toleransi adalah sebuah nilai warisan nenek moyang yang perlu kita lestarikan dan perjuangkan.

Saya berharap, dalam Harlah ke-88 Pemuda Muhammadiyah kedepan menjadi satu kesatuan gerakan bersama membangun bangsa. Di bawah kepemimpinan Cak Narto, Pemuda Muhammadiyah bukan saja menjadi satu pilar kaderisasi kebangsaan, namun juga menjadi salah satu konsolidator gerakan anak-anak muda.

Dengan begitu sisa kepemimpinan yang ada bisa dijadikan sebagai ajang konsolidasi internal yang tidak mudah tergiur dengan agenda-agenda politik yang bersifat periodik. Kita melihat bahwa 2024 akan terjadi regenerasi kepemimpinan politik secara Nasional. Mulai dari sekarang kader-kader Pemuda Muhammadiyah bersama ormas-ormas pemuda lainnya perlu bersatu, dalam rangka meminimalisisasi konflik segregatif terbuka.

Saya rasa, tren pergaulan antar ormas kepemudaan kedepan harus semakin erat. Belajar dari kontestasi politik 5 tahun belakangan ini. Begitu letih energi kita terserap dengan agenda politik elektoral. Sehingga paska lantik jabatan, residu dari persaingan itu belum bersih 100%.

Hal-hal seperti inilah yang perlu menjadi catatan utama teman-teman Pemuda Muhammadiyah dalam menyongsong hari lahir ke-88. Kita berharap, semua cita-cita luhur para pendiri bangsa bisa terus bersemai subur dikalangan kader-kader bangsa Pemuda Muhammadiyah.

*) Sumber: https://islam-detik.com/teruntuk-kawan-seperjuangan-pemuda-muhammadiyah/ dengan penyuntingan

Editor: Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Pendiri Said Aqil Siroj Institute. Sekjen Pergerakan Indonesia. Pendiri PKP Berdikari
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds