Pertanyaan Kontroversial KPK
Masih hangat pembahasan tentang pertanyaan-pertanyaan kontroversial pada tes pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dimana beberapa soal yang terdapat dalam Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dinilai janggal dan menuai banyak reaksi dari masyarakat. Dari soal memilih Pancasila atau Al-Qur’an, hingga salat memakai qunut atau tidak.
Namun terlepas dari kontroversi serta permasalahan yang ada, nampaknya kita sebagai warga Muhammadiyah rasanya perlu mengikuti TWK, TWK yang di maksud adalah Tes Wawasan Kemuhammadiyahan.
Karena mungkin tidak semua warga Muhammadiyah memahami seperti apa Persyarikatan, selain itu dapat menambah literasi dan edukasi bagi warga Persyarikatan mengenai Kemuhammadiyahan.
Materi tentang Tes Wawasan Kemuhammadiyahan
Di Muhammadiyah sendiri sesungguhnya banyak sekali kegiatan ataupun penyampaian materi mengenai wawasan Kemuhammadiyahan, di antaranya pada kegiatan perkaderan seperti Baitul Arqom, Darul Arqom, ataupun Taruna Melati serta yang lainnya.
Pada dunia pendidikannya, ada mata pelajaran ISMUBA (Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab) atau AIK atau KMD.
Namun, mungkin tidak semua warga atau simpatisan mengalami proses itu atau memiliki pengalaman yang didalamnya. Bisa juga masih di rasa kurang, mengingat ucapan Arif Jamali Muis, Wakil Ketua LPB PP Muhammadiyah di ibtimes.id,
“Mapel AIK hanya berorientasi pada kognitif. Tak ada bedanya dengan mata pelajaran yang lain, seperti matematika dan sejarah. Akibatnya, siswa hanya mengenal Muhammadiyah sebagai pengetahuan belaka, tidak sebagai nilai dan etos bermuhammadiyah. Seharusnya, Mapel AIK dihapus, dan diganti pendidikan karekter. Pendidikan karakter dengan membangun budaya dengan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan”.
Maka, mungkin kita perlu ikut serta jika ada Tes Wawasan Kemuhammadiyahan, sebagai sarana menambah ilmu tentang Muhammadiyah.
Tes Wawasan Kemuhammadiyahan di Amal Usaha Muhammadiyah
Sebagaimana Tes Wawasan Kebangsaan sebagai prasyarat bekerja atau menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara), maka Tes Wawasan Kemuhammadiyahan pun sama, sebagai prasyarat masuk ke dalam Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Kita mengetahui dan sering menemui, banyak pegawai, karyawan, ataupun tenaga lainnya di AUM berasal dari orang diluar Muhammadiyah.
Atau jika warga Muhammadiyah, maka TWK (Tes Wawasan Kemuhammadiyahan) akan menjadi sarana edukasi bagi mereka yang memang kebetulan dari orang Persyarikatan sendiri. Karena tak banyak dari kita kapan Muhammadiyah didirikan, dari tanggalnya, tempatnya, bahkan mungkin latar belakang berdirinya.
Ditambah lagi, ketika TWK ala Muhammadiyah ada, bisa menambah pengetahuan tentang Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) seperti apa, serta pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjadi penambah wawasan tentang Muhammadiyah.
Maka jika kita tidak merasakan masa-masa perkaderan, TWK Muhammadiyah akan menjadi sarana edukatif bagi warga atau simpatisan Muhammadiyah.
Apabila peserta berasal dari latarbelakang bukan warga Persyarikatan, akan dapat memberikan pemahaman seperti apa Persyarikatan Muhammadiyah itu. Sehingga, akan memahami dan mengerti Muhammadiyah secara kaffah, tidak berdasarkan persepsi individu ataupun kelompok tertentu yang bisa saja tidak sesuai dengan jati diri Muhammadiyah.
Materi Soal Test Wawasan Kemuhammadiyahan ala Muhammadiyah
Seperti Tes Wawasan Kebangsaan yang diujikan bersamaan dengan Tes Karakteristik Pribadi (TKP) dan Tes Intelegensia Umum (TIU), mungkin jika ada, TWK ala Muhammadiyah mencakup TKP dan TIU yang tentunya seputar Kemuhammadiyahan.
Ketiganya berisi materi tentang Muhammadiyah, semisal ada pertanyaan mengenai berapa banyak AUM yang ada di Indonesia, siapa nama orangtua dari KH. Ahmad Dahlan, Ketua Umum PP Muhammadiyah sudah berapa banyak, Muktamar ke-30 diselenggarakan di mana, dan seterusnya. Ditambah dengan gambar atau foto-foto yang akan menjadi ujian tersendiri bagi peserta, karena mungkin tidak semua kita hafal dan mengetahui hal-hal yang seperti itu.
Belum lagi, soal karakteristik, yang nantinya dapat menjadi pertimbangan bagi AUM yang akan menerima calon tenaga atau karyawan baru. Tentunya, hal ini menarik dan dapat menjadi referensi bagi AUM-AUM yang ada, karena melalui soal TWK, TKP, dan TIU ala Muhammadiyah bukan hanya sekadar tes, tapi juga sebagai sarana edukasi guna memperkaya wawasan dan pengetahuan mengenai Persyarikatan Muhammadiyah.
Namun, soal-soal yang ada haruslah logis, edukatif, dan tidak dilematis, tidak membenturkan antara nilai-nilai spiritual dengan Keindonesiaan. Sehingga, tidak membuat peserta seakan dilema dalam memilih soal.
Maka nantinya, AUM ketika membuka lowongan, akan ada prasyarat mengikuti TWK (Tes Wawasan Kemuhammadiyahan) selain syarat-syarat biasanya, seperti beragama Islam, berpendidikan yang sesuai di bidangnya (profesionalitas), dan lebih mengutamakan kader yang sesungguhnya banyak yang memiliki kapasitas dan kualitas mumpuni diberbagai sektor.
Ataupun, jika pelamar bukan dari warga atau kader Muhammadiyah, mereka memahami ruh perjuangan Muhammadiyah, serta mengetahui seperti apa Persyarikatan Muhammadiyah mulai dari kenapa KH. Ahmad Dahlan memberi nama Persyarikatan ini dengan nama Muhammadiyah dan seterusnya.
***
Oleh karena itu, mungkin nantinya Tes Wawasan Kemuhammadiyahan rasanya pas jika ada atau diadakan. Entah sebagai tes seleksi masuk AUM, atau sekadar sebagai sarana edukasi bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah.
Sehingga pergerakan dan gerakan dakwah Muhammadiyah, tidak hanya dilaksanakan, namun juga memahami apa yang menjadi landasan. Bukan hanya tau nama Muhammadiyah saja, tapi juga kapan lahirnya, siapa saja Ketua Umumnya dari pertama kali dirikan hingga kini, seperti apa AD/ARTnya, dan sebagainya.
Kira-kira perlu tidak diadakan Tes Wawasan Kemuhammadiyahan? Jika ada, ingin mengikuti tidak? Tentunya tulisan ini hanya gambaran dari penulis semata, sekiranya ada dan menjadi inspirasi untuk diadakannya atau tidak. Semua tergantung pada yang mempunyai kepemimpinan dan kewenangan atas itu, sehingga nantinya jika ada akan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Muhammadiyah.
Editor: Yahya FR