Falsafah

Thomas Aquinas, Filsuf yang Membuktikan Adanya Tuhan

3 Mins read

Bagaimana bisa kita menjadi manusia beradab jika tidak mengenal apa itu peradaban? Mungkinkah mengetahui sebuah genealogi ilmu pengetahuan jika kita harus menegasikan tokoh yang telah melahirkan gagasan besar? Sebuah simbiosis mutualisme, semuanya menjadi bagian satu sama lain yang tak terpisahkan ketika kita membincang sebuah ilmu pengetahun.

Thomas Aquinas, tokoh dari Negri Lombardy, Italia, yang dilahirkan sekitar tahun 1225 M, juga merupakan ilmuan besar Eropa yang pemikirannya sangat penting terutama di bidang filsafat. Pengaruhnya pun pada abad pertengahan begitu kuat. Pada saat itu pula, pemikirannya menjadi landasan bagi ajaran agama gereja dan ajaran-ajaran lainnya (Russell, 2007:601).

Secara hierarki pengetahuan, Thomas Aquinas tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pemikiran para tokoh sebelumnya seperti Plato, Aristoles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, dan pemikir lainnya. Kendati hasil dari gagasan Thomas Aquinas sendiri adalah sebuah transfomasi dan rekonstruksi saja (A.Sulaiman, 2016: 62-63).

Hal itu karena beberapa gagasannya yang direpresentasikan oleh Thomas Aquinas hampir tidak jauh berbeda dan banyak kemiripan seperti pembuktian adanya Tuhan dengan berbasis pada kesaksian realitas seperti argumentasi Kosmologis.

Lantas bagaimana Thomas Aquinas berjabat dengan ide tentang adanya tuhan lewat argumentasi kosmologisnya? Apa yang mendasari atas lahirnya argumentasi kosmologisnya? Dan hingga pada akhirnya, ia mampu mempertahankan dan menjadikan basis dasar atas keyakinan pribadinya prihal kebenaran adanya tuhan.

Salah satu pemikir yang mempunyai pengaruh besar terhadap gagasan Thomas Aquinas adalah tokoh dari Yunani bernama Aristoteles yang pemikirannya juga sangat sentral bagi kehidupan pada saat itu dan generasi-generasi setelahnya. Pengaruhnya terhadap Thomas Aquinas yaitu dalam bidang logika yang kemudian melahirkan gagasan tentang kosmologi.

Selanjutnya, argumentasi kosmologi Thomas Aquinas akan kita ketahui dan pahami melalui ajaran teologinya yang mengurai eksistensi Tuhan. Tiga pokok gagasan dasar kosmologi yang sampai saat ini menjadi kajian maupun literatur tentang ketuhanan di antaranya; argumen gerak atau perubahan, argumen kausalitas, dan argumen kontigensi atau kemungkinan (Wardani, 2015: 49).

Baca Juga  Charles J. Adams: Tiga Pendekatan dalam Memahami Islam

Bukti-Bukti Adanya Tuhan Menurut Thomas Aquinas

Mari kita mengenal lebih dekat dengan gagasan di atas tentang bagaimana Thomas Aquinas bersikukuh membuktikan keberadaan Tuhan:

Yang pertama, tentang gerak. Argumentasi ini mendasarkan bahwa semua yang ada di bumi baik itu benda mati maupun hidup tidak ada yang benar-benar stagnan dan pasif berada di suatu tempat. Karena, semuanya berpotensi berubah dan bergerak dari satu wilayah menuju wilayah atau ruang yang lain.

Adapun gerak ini akan selalu bertransformasi menuju terhadap penggerak pertama. Kemudian,  siapa penggerak pertama dari yang menggerakan? Dan di mana akan tiba geraknya sesuatu tersebut? Ia adalah tuhan.

Yang kedua, kausalitas. Yaitu, argumen meniscayakan terjadinya sesuatu pasti ada hukum perantaranya atau sebab musababnya misal; bagaimana mungkin kita bisa sampai ke angkasa jika tanpa alat New Shepard, Crew Dragon, Dream Chaser? Mungkin juga kita mengetahui virus dengan ukuran kecil seperti corona tanpa sebab bantuan dokter dengan alat bernama GeNose dan hukum kausalitas lainnya.

Dari hukum kausalitas di atas, kita akan mengetahui secara konsekuensi logis bahwa hampir tidak mungkin sesuatu bisa terjadi dengan sendirinya tanpa melalui sebab awal yang mendahuluinya, karena potensi dari terjadinya sesuatu maupun kejadian itu faktor dari adanya sebab sebelumnya.

Begitu juga dengan adanya kehidupan. Fakta adanya kehidupan tidak berangkat dari ruang kosong dan tanpa adanya sebab. Adapun hukum daripada kausalitas tersebut adalah bukti nyata adanya Tuhan dan Tuhan merupakan sebab pertama yang menjadikan sesutu bisa terjadi maupun bermula.

Yang ketiga kontigensi. Gagasan ini mendasarkan bahwa karena segala sesuatu ada dan kemudian tidak ada secara pasti dan niscaya. Maka, adanya sesuatu tersebut adalah kemungkinan yang masih ada ketergantungan terhadap di luar dirinya.

Baca Juga  Matarantai Filsafat Pendidikan Islam yang Terputus

Jika sesuatu atau ciptaan masih mempunyai nilai ketidakpastian, ketiadaan, dan ketergantungan, logikanya, siapa yang benar-benar mempunyai sifat niscaya dan mustahil bagi-Nya ketiadaan? Maka konsekuensi logisnya adalah dia Tuhan dengan segala keniscayaanya.

***

Kontegensi ini melihat bagaimana keber-ada-an sesuatu atau ciptaan harus ada yang menciptakan, dan pencipta adalah niscaya dan harus ada untuk menjustifikasi adanya alam, manusia hewan, dan semua ciptaannya. Karenanya, maka wajib ada sesuatu yang mutlak dan tidak disebabkan oleh sesuatu di luar dirinya yaitu tuhan sendiri (Andri F.G, 2016: 49).

Menelaah argumentasi di atas ada sebuah petanda dari alasan Thomas Aquinas mempertahankan keyakinannya akan bukti adanya Tuhan. Tidak menjadi alasan kalaupun secara indrawi manusia tidak menyaksikan dengan nyata eksistensi Tuhannya.

Sebab, Thomas Aquinas selalu meyakini dan memberikan argumentasi yang rasional bahwa manusia secara potensi akal yang dimilikinya mampu mengetahui tuhan. Pun pembuktian kebenaran tidak selalu dan melulu dengan hal yang fisik dan tampak secara kasat mata.

Tidak heran, jika jalan menuju kebenaran tentang tuhan oleh Aquinas sangat kuat karena pengaruh dari beberapa tokoh seperti Aristoles, Ibnu Sina, dan tokoh lainnya. Yang jika ditarik pada kontekstualisasi era sekarang masih terasa relevansinya, seperti hukum kausalitas sekalipun ada dari sebagian argumentasi lainnya masih banyak menuai kritik dan mempunyai titik lemah.

Sebagai sebuah pemikiran, tentu keterbatasan dan kelemahan menjadi lumrah dan pasti akan hadir dalam ruang diskursus ilmu pengetahuan, misal ketika argumentasi Aquinas membuktikan adanya tuhan melalui teori gerak.

Pertanyannya adalah apakah benar sesuatu selalu bersama dengan potensi geraknya? Kalau jawabannya “IYA”, bagaimana kita akan mampu membuktikan daripada geraknya waktu, ruang, dan gerak metafisik lainnya?

Baca Juga  Hasan Hanafi: Tiga Agenda Besar Oksidentalisme

Sebagai tokoh besar di dunia dan sumbangsih pemikirannya dalam hal teologi dan ilmu humaniora lainnya, patut kita berikan apresiasi yang sebasar-besarnya terhadap Thomas Aquinas. Karena, berkat beliau, kita mampu mengenal lebih luas diskursus ilmu pengetahuan dan rahmat dalam sebuah perbedaan pemikiran. Wallahua’lam.

Editor: Yahya FR

Sareadi
2 posts

About author
Mahasiswa Theology and Philosophy UIN Walisongo
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds