Ayat ke-32 dari surat Al-Fathir ini berbicara tentang tiga macam atau tiga golongan umat Islam dalam menjalankan ajaran Islam. Tiga golongan ini memiliki ciri dan konsekuensinya masing-masing. Berikut ayat dan terjemah dari surat Al-Fathir [35] ayat 32:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Surat Al-Fathir [35]: 32)
Tiga Golongan Umat Islam
Ayat 32 dari surat Al-Fathir di atas menjelaskan bahwa umat Islam dalam menjalankan ajaran Islam terbagi menjadi tiga golongan:
Pertama, golongan Dhalimun Linafsihi (ظَالِمٌ لِنَفْسِه), yaitu golongan orang-orang yang “menganiaya dirinya sendiri”. Siapakah mereka? Mereka dalah orang-orang yang lebih banyak melakukan kesalahannya daripada kebaikannya.
Para ulama menyebutkan bahwa orang yang termasuk golongan ini adalah orang yang hanya menjalankan sebagian kewajiban dari perintah agama dan banyak mengerjakan hal-hal yang diharamkan agama.
Contohnya, jika seseorang melakukan kebaikan tiga kali, dia juga mengerjakan keburukan sebanyak 7 kali. Jadi, keburukannya jauh lebih banyak dari pada kebaikannya. Orang ini memang shalat, namun ia lalai dalam shalatnya (shalatnya bolong-bolong).
Misalnya, shalatnya dalam sehari semalam hanya maghrib saja, padahal dia puasa Ramadan. Ia puasa seharian, namun banyak shalat wajib yang ia tinggalkan. Oleh Allah golongan yang pertama ini disebut golongan Dhalimun Linafsihi (ظَالِمٌ لِنَفْسِه).
Kedua, golongan Muqtashid (مُقْتَصِد), yaitu golongan “Pertengahan”. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang kebaikannya sebanding dengan kesalahannya. Para ulama juga menyebutkan bahwa golongan ini adalah orang-orang yang menunaikan hal-hal yang diwajibkan agama atas dirinya dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.
Namun, ada kalanya golongan ini meninggalkan sebagian dari hal-hal yang disunahkan dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang dimakruhkan.
Contohnya, seseorang yang selalu mengerjakan shalat lima waktu, namun disisi lain ia tidak pernah mengerjakan shalat-shalat sunnah seperti shalat sunnah qabliyah (shalat sunnah sebelum shalat wajib) dan ba’diyah (shalat sunnah setelah shalat wajib), shalat tarawih, shalat tahajud (qiyamullail), shalat dhuha dan lain-lainnya.
Baik dan Menganiaya Diri Sendiri
Contoh lainnya, seseorang yang menjalankan puasa Ramadhan, namun ia tidak puasa syawal. Ia hanya mengerjakan yang wajibnya saja, yang sunnah ia tinggalkan, bahkan terkdang yang dimakhruhkan dalam agama masih ia kerjakan. Golongan ini disebut golongan Muqtashid (مُقْتَصِد).
Ketiga, golongan Sabiqum Bilkhairat (سَابِقٌ بِالْخَيْرَات), yaitu golongan orang-orang yang “cepat dalam berbuat kebaikan”. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang kebaikannya sangat banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan.
Menurut para ulama orang-orang yang masuk golongan ini adalah mereka yang mengerjakan semua kewajiban dan hal-hal yang disunahkan dalam agama. Namun disisi lain mereka juga meninggalkan semua hal yang diharamkan, yang dimakruhkan, dan bahkan mereka juga meninggalkan hal-hal yang mubah (diperbolehkan) dalam agama.
Contonya, seseorang yang selalu mengerjakan shalat lima waktu dan tidak pernah meninggalkan shalat sunnah yang mengirinya. Bahkan, jauh sebelum azan dikumandangkan ia sudah bersiap-siap, ia sudah mengambil wudhu dan menunggu-nunggu datangnya waktu shalat. Ia sudah berada di dalam masjid jauh sebelum azan dikumandangkan.
Jika ia bekerja, baginya pekerjaan yang ia lakukan adalah mengisi waktu luang saja sambil menunggu datangnya waktu shalat yang dinanti-nantikan. Orang yang masuk geolongan ini sangat istimewa dan pilihan, karena jangankan yang haram, yang mubah saja tidak ia kerjakan. Inilah golongan yang disebut Sabiqum Bilkhairat (سَابِقٌ بِالْخَيْرَات)
Berkenaan dengan kandungan ayat tersebut di atas, dalam suatu hadis Rasulullah bersabda bahwa orang-orang yang masuk golongan yang cepat dalam berbuat kebaikan (Sabiqum Bilkhairat/سَابِقٌ بِالْخَيْرَات), mereka adalah orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab; dan orang-orang yang pertengahan (Muqtashid/مُقْتَصِد) mereka adalah orang-orang yang mengalami hisab, tetapi hisab yang ringan.
Sedangkan orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri (Dhalimun Linafsihi/ظَالِمٌ لِنَفْسِه) adalah orang-orang yang ditahan di sepanjang Padang Mahsyar menunggu syafaat dari Nabi Muhammad saw. Kemudian setelah waktu yang sekian lama, Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya.
Sabiqum Bilkhairat: Mengubah Bangsa Indonesia
Jika semua umat Islam di Indonesia termasuk pada golongan yang ketiga (Sabiqum Bilkhairat/سَابِقٌ بِالْخَيْرَات), maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang masuk dalam golongan Sabiqum Bilkhairat/سَابِقٌ بِالْخَيْرَات hanya orang-orang terbaik dan pilihan.
Jika dia seorang pemimpin atau pejabat, ia sangat amanah, ia tidak akan pernah korupsi atau curang; jika ia tenaga medis, maka ia menjadi tenaga medis yang ikhlas; jika ia seroang karyawan, ia tidak pernah telat datang ke kantor; jika ia seorang dosen atau guru, dia bukan hanya datang tepat waktu, namun dia akan datang lebih awal dari jadwal yang telah ditentukan; jika ia seorang mahasiswa atau pelajar, maka ia tidak akan pernah berbuat curang saat ujian; jika ia seorang pedagang, maka ia pedangang yang jujur; jika ia ayah atau ibu, maka ia adalah orang tua teladan; jika ia seorang anak, maka ia adalah anak shalih yang berbakti.
Dengan Sabiqum Bilkhairat/سَابِقٌ بِالْخَيْرَات bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang tebaik dan unggul dibandingkan denganbangsa-bangsa lain. Jika saat ini kita masih di golongan Dhalimun Linafsihi/ظَالِمٌ لِنَفْسِه, maka berusahalah untuk naik menjadi golongan (Muqtashid/مُقْتَصِد). Dan jika saat ini kita termasuk golongan (Muqtashid/مُقْتَصِد), maka berusahalah untuk menjadi golongan Sabiqum Bilkhairat/سَابِقٌ بِالْخَيْرَات.
Jika saat ini kita sudah termasuk golongan Sabiqum Bilkhairat/سَابِقٌ بِالْخَيْرَات, maka istiqamahlah. Jadikan Ramdahan sebagai momentum terbaik bagi kita untuk meningkatkan kualitas diri untuk menjadi hamba yang lebih baik lagi.
Editor: Nabhan