IBTimes.ID – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyebut bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan di lembaga pendidikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah pemahaman agama, relasi kuasa, dan visi tentang pendidikan.
Menurutnya, ada orang-orang yang menganggap bahwa kekerasan diperbolehkan oleh ajaran Islam. Sikap tersebut didasari oleh sebuah hadis populer yang menyebut bahwa orang tua harus memukul anaknya yang berusia sepuluh tahun dan tidak mau mendirikan salat.
“Sebagian orang tersebut menafsirkan kata ‘memukul’ secara tekstual. Padahal, ada tafsir atau pengertian lain dari kata ‘memukul’ itu. Ini tidak boleh dipahami secara tekstual begitu saja,” ujar Mu’ti dalam Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jumat (16/9/2022).
Sementara itu, sebagian kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan disebabkan oleh adanya relasi kuasa. Relasi kuasa melibatkan dua orang atau dua pihak yang memiliki perbedaan kekuasaan. Sebagian besar kekerasan dilakukan oleh orang-orang yang punya power dan otoritas kepada orang-orang yang dianggap lebih lemah.
“Berbagai kasus kekerasan di lembaga pendidikan seperti bullying terjadi karena power relation itu tadi. Sebagian dilakukan oleh guru atau pendidik pada peserta didik. Sebagian dilakukan oleh peserta didik itu sendiri kepada peserta didik lain yang dianggap lebih lemah. Terutama perempuan dan anak-anak dengan kondisi fisik tertentu,” ujar Mu’ti.
Sebagian lagi, imbuhnya, berasal dari visi atau pandangan tentang pendidikan. Sebagian kekerasan terjadi sebagai hukuman terhadap kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik. Hal ini sering dipengaruhi oleh aliran yang meyakini harus adanya reward and punishment dalam bentuk fisik. Hukuman ini sebenarnya dimaksudkan agar peserta didik bisa menjadi lebih baik.
Mu’ti berharap Muhammadiyah dapat menjadi pelopor untuk mengembangkan layanan pendidikan yang ramah anak yang membuat anak-anak merasa nyaman dan aman dalam belajar.
“Semoga semakin banyak layanan pendidikan yang ramah anak, menyenangkan, dan dengannya kita bisa mendidik generasi bangsa menjadi generasi yang knowledgeable, yang banyak tahu, capable, skillfull, dan humble,” imbuhnya.
Reporter: RH