Agama

Transcendent God, Rational World: Menyegarkan Teologi Maturidi di Era Modern

3 Mins read

Ramon Harvey, dosen Studi Islam di Yayasan Aziz, Cambridge Muslim College, melalui buku perdananya dalam seri Edinburgh Studies in Islamic Scripture and Theology berjudul Transcendent God, Rational World: A Māturīdī Theology (2021). Menunjukkan kejeniusan intelektualnya sebagai teolog Maturidi. Dalam karya ini, Harvey mengemas secara apik perpaduan filsafat analitis, filsafat agama, dan akidah Maturidiyyah, menghadirkan diskursus teologi-filosofis yang segar dan relevan. Buku ini menjadi kontribusi penting dalam meningkatkan minat terhadap filsafat dan kalām Islam. Khususnya akidah Māturīdiyyah, yang tengah berkembang pesat sebagai fokus kajian akademik dalam dua dekade terakhir.

Sebagai teolog yang berpijak pada tradisi Māturīdī sambil berkarya di ranah akademik Barat, Harvey berhasil menjembatani diskursus teologi modern dengan pendekatan analitik. Ia bergabung dengan deretan akademisi seperti Mustafa Ceric, Ulrich Rudolph, Angelika Brodersen, Ayedh Aldosari, dan Philip Dorroll, yang turut menggali warisan intelektual Abu Mansūr al-Māturīdī, teolog besar dari Samarkand.

Pendekatan Baru Teologi Maturidi

Buku ini menonjol karena pendekatan kalām jadīd yang digunakan Harvey sebagai respons terhadap kalām qadīm, dengan mengadopsi tradisi analitik Anglo-Amerika. Pendekatan ini berbeda dari teolog modern Timur Tengah seperti Abdul Jabbar al-Rifa’i, Hasan Yusufian, atau Hasan Hanafi. Harvey memanfaatkan filsafat analitik agama kontemporer untuk memperkaya wacana kalām, meskipun keabsahan kalām jadīd sebagai tandingan kalām qadīm masih perlu pengujian epistemik lebih lanjut.

Salah satu keunikan buku ini adalah penggabungan fenomenologi Edmund Husserl dengan pemikiran al-Māturīdī, diperkaya oleh kontribusi filsuf analitik seperti Alasdair MacIntyre, Alvin Plantinga, dan Nicholas Wolterstorff. Pendekatan ini memungkinkan Harvey menjembatani teologi Islam dengan filsafat Barat. Menghasilkan dialog lintas tradisi yang mencerahkan sekaligus memperluas cakrawala epistemik tentang dunia dan Yang Transenden.

Baca Juga  Pidato Pengukuhan Gus Pur: Relevansi Kausalitas al-Ghazali dan Fisika Kuantum

Harvey mendorong teolog Muslim untuk memanfaatkan alat-alat filsafat agama modern dalam diskursus kalam. Ia membuktikan gagasan ini dengan menggali akidah Māturīdiyyah menggunakan pendekatan analitik, menghadapi dua tantangan utama: memperluas ruang filsafat agama kontemporer untuk isu keislaman dan memanfaatkan metodologi modern dalam merumuskan doktrin Islam. Dalam hal ini, Harvey condong pada non-fondasionalisme. Memandang al-Māturīdī sebagai teolog yang terbuka terhadap dialog dan pengembangan, sebagaimana disebutkannya bahwa pendekatan ini membuat al-Maturidi “reseptif terhadap dialog dan pengembangan yang terbuka” (hal. 5).

Dalam membahas konsep Tuhan, Harvey menavigasi garis tipis antara antropomorfisme dan via negativa. Ia berpendapat bahwa hanya berpegang pada via negativa akan membatasi pemahaman tentang hakikat Tuhan, sementara antropomorfisme semata dapat mencampuradukkan Pencipta dengan ciptaan. Harvey menawarkan sintesis: “Ada berarti memiliki hakikat tertentu, dan memiliki hakikat tertentu berarti ada” (hal. 79). Ia juga menegaskan bahwa atribut Tuhan bersifat esensial dan abadi, tidak dapat diubah atau dihapus (hal. 157), sesuai dengan tradisi Māturīdī.

Sebelum mengintegrasikan pemikiran al-Maturidi ke dalam debat modern, Harvey dengan cermat menelusuri sumber-sumber asli, membahas beragam interpretasi, dan melacak perkembangan tradisi yang tidak selalu konsisten.

Review Buku

Bab 1: Tradisi dan Nalar

Bab ini membahas epistemologi dan menetapkan orientasi buku. Harvey menguraikan konteks perkembangan epistemologi al-Māturīdī, dengan periodisasi mazhab Māturīdiyyah: pembentukan awal (abad 4-5 H/10-11 M), artikulasi klasik (abad 5-8 H/11-14 M), rekonsiliasi klasik akhir (abad 8-13 H/14-19 M), hingga masa kini. Fokusnya terletak pada periode formatif, yang ia sebut sebagai “teologi terbuka” karena kemampuannya berdialog dengan tradisi teologi lain. Harvey menegaskan bahwa rasionalitas Maturidi tidak bertumpu pada logika Aristoteles, dalam perspektif studi melainkan dibentuk oleh tradisi penyelidikan teologis itu sendiri.

Baca Juga  Ini Doa dan Dzikir Setelah Shalat Witir
Bab 2: Realitas Rasional

Harvey mengeksplorasi ontologi Māturīdī, menegaskan bahwa al-Maturidi bukan atomis, melainkan menganut teori bundle dalam menjelaskan benda. Ia juga memperkenalkan konsep ṭabī’at (kodrat) sebagai aksiden yang menyusun benda dengan modus aktivitas tertentu.

Bab 3: Teologi Alamiah

Bab ini membahas argumen kosmologis kalām (KCA) versi al-Māturīdī dari Kitāb al-Tawhīd. Sekaligus menanggapi tantangan kontemporer dari tokoh seperti William Lane Craig. Harvey menjauhkan diri dari fondasionalisme dengan menegaskan bahwa premis KCA tidak bersifat deduktif. Melainkan mengandalkan reductio ad absurdum, yang menegaskan sifat non-fondasionalis al-Māturīdī.

Bab 4 dan 5

Harvey menegaskan transendensi Tuhan dalam tradisi Māturīdī, memastikan atribut Tuhan tetap kohesif dalam kerangka metafisika modern. Ia juga membahas pengetahuan Tuhan tentang masa depan, kehendak bebas makhluk, dan hikmah Tuhan dalam penciptaan.

Hikmah dan Catatan Kritis

Karya Harvey adalah upaya ijtihād intelektual yang menegaskan relevansi akidah Maturidiyyah dalam teologi Islam modern, terutama untuk dialog lintas tradisi dan filsafat global. Namun, buku ini mencoba merangkum terlalu banyak tema—eksegesis, sejarah intelektual, filsafat agama, dan argumen teologi. Sehingga rujukannya kadang terasa kurang koheren.

Bagi sejarawan kalām, karya ini menawarkan interpretasi baru tentang akidah Māturīdiyyah. Bagi peneliti Asy’ariyah, Harvey mendorong pengaitan teks klasik dengan isu filosofis modern, yang relevan bagi teolog Asy’ari di Indonesia. Bagi penganut Māturīdiyyah, buku ini menghadirkan perspektif segar yang kontras dengan memori sejarah mazhab mereka. Meski begitu, beberapa aspek perlu pengujian lebih lanjut untuk memastikan koherensi dan relevansi metodologinya.

Editor: Assalimi

Rizki Romdhoni
4 posts

About author
Alumni Teologi dan Filsafat Universitas Al Azhar I Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Internasional Indonesia
Articles
Related posts
Agama

Pramono Anung Hadiri Reuni 212 di Monas, Berdiri Sejajar dengan Habib Rizieq

1 Mins read
IBTimes.ID – Ribuan massa dari berbagai daerah memadati Reuni 212 yang digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Selasa (2/12/2025)….
Agama

Fatwa Munas XI MUI: Rumah dan Tanah yang Dihuni Tak Boleh Kena Pajak Berulang Kali

2 Mins read
IBTimes.ID – Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Fatwa pada Musyawarah Nasional (Munas) XI yang digelar di Jakarta menetapkan lima fatwa baru….
Agama

Rapat Syuriah PBNU, Rais Aam Meminta Gus Yahya Melepaskan Jabatan Ketua Umum

2 Mins read
IBTimes.ID — Sebuah risalah Rapat Harian Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tengah menjadi perbincangan luas. Dokumen tersebut memuat keputusan pimpinan Syuriah,…

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *