Report

Tren Bapak Rumah Tangga: Suami Mengurus Rumah, Istri Mencari Nafkah

2 Mins read

IBTimes.ID – Komisioner Komnas Perempuan Alimatul Qibtiyah menyebut bahwa belakangan mulai muncul tren bapak rumah tangga. Tren ini meningkat di Indonesia selama 30 tahun terakhir.

Tren tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain peningkatan kesejahteraan guru yang didominasi oleh perempuan, peningkatan kesadaran gender di masyarakat, adanya kesempatan bekerja berdasarkan perbedaan gender, adanya data-data lulusan terbaik tercepat perempuan, dan lain-lain.

Bapak rumah tangga adalah bapak yang meluangkan waktu dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap urusan domestik dan pengasuhan rumah tangga di dalam keluarga. Biasanya, bapak rumah tangga memiliki penghasilan lebih sedikit dari istri atau bahkan tidak punya penghasilan sama sekali.

Menurutnya, hal ini disinyalir menjadi penyebab perceraian. Belakangan, angka gugat cerai (istri menceraikan suami) naik hingga 75% pada tahun 2020, dibandingkan dengan cerai talak (suami menceraikan istri) yang hanya 25%.

“Tren bapak rumah tangga menyebabkan krisis maskulinitas dan adanya perempuan yang mendominasi suaminya. Krisis maskulinitas itu ketika laki-laki tidak merasa menjadi laki-laki karena pandangan patriarki atau penafsiran agama tertentu,” ujarnya dalam Ceramah Ramadan Inklusif 2022, Sabtu (16/4/2022).

Pada tahun 2012, jumlah bapak rumah tangga di Amerika Serikat meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 1989. Alim menyebut bahwa tren tersebut telah terjadi di negara maju jauh sebelum terjadi di negara berkembang.

Ia menyebut bahwa kesenjangan atau gesekan akan muncul ketika istri mulai mendominasi dan suami merasakan krisis maskulinitas. Maka, untuk mengembalikan nilai-nilai maskulinitas, suami melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

“Budaya masyarakat ini kadang merugikan perempuan. Perempuan menjadi serba salah. Ketika istri tidak punya penghasilan, ia direndahkan. Sementara ketika memiliki penghasilan yang besar, ia mendapatkan perlakuan KDRT karena suami ingin mengembalikan sifat maskulinitasnya,” imbuhnya.

Baca Juga  Bagaimana Posisi Perempuan dalam Ruang Politik Kita?

Peningkatan penghasilan perempuan dan tren bapak rumah tangga belakangan, jika tidak dibarengi dengan solusi yang komprehensif, maka akan menjadi masalah baru di Indonesia. Maka, penting untuk melakukan kajian dan perubahan cara berpikir.

Menurutnya, istilah bapak rumah tangga, kendati sudah marak, tidak ada di dalam berbagai kebijakan negara. Sementara, negara maju seperti Finlandia memiliki program work father award untuk mengapresiasi keterlibatan bapak menjemput anak sekolah, memasak, berbelanja urusan dapur, dan mendampingi anak yang sakit.

Dalam mengatasi tren itu, ia memberikan beberapa poin yang harus dipahami oleh masyarakat dan negara. Antara lain:

  • Mengingat kembali bahwa pernikahan adalah perjanjian yang kokoh, berpasangan, saling memberikan kebahagiaan, musyawarah, dan saling meridoi.
  • Mengukur peran dan nilai penghargaan pada anggota keluarga tiadk berbasis kapitalis, namun pada peran reproduksi dan bagaimana meringankan tugas reproduksi yang berat dan melelahkan.
  • Peran-peran produksi, reproduksi, publik, dan domestik adalah tanggung jawab bersama dan bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi keluarga masing-masing.
  • Keterlibatan suami dalam tugas pengasuhan dan domestik bukan dalam rangka membantu tugas istri, tetapi merupakan tanggung jawab bersama.
  • Tidak ada persoalan suami mempunyai penghasilan lebih rendah dari istri. Tidak ada larangan istri memiliki penghasilan lebih tinggi dari suami. Yang dilarang adalah saling mendominasi dan merendahkan salah satu anggota keluarga.

Reporter: Yusuf

Avatar
1347 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

UAH: Musik Tidak Selalu Haram

1 Mins read
IBTimes.ID – Ustadz Adi Hidayat (UAH), Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah menyebutkan bahwa musik tidak selalu haram. Islam itu tidak anti…
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *