Falsafah

Uang adalah Cerminan Manusia: Gagasan Yuval Noah Harari

3 Mins read

Ketika kita melihat selembar uang kertas atau angka di rekening bank, seringkali kita berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang nyata atau sesuatu yang memiliki nilai intrinsik. Namun, menurut Yuval Noah Harari, uang sejatinya bukanlah materi yang nyata, melainkan sebuah konstruksi mental yang diciptakan oleh manusia. Dalam buku Sapiens: A Brief History of Humankind, Harari memaparkan bagaimana uang berkembang dari alat barter menjadi sistem kompleks yang kita gunakan hari ini. Mari kita selami gagasan ini lebih jauh. 

Dari Barter ke Uang: Awal Mula Sebuah Sistem 

Pada masa awal peradaban, manusia memenuhi kebutuhan mereka melalui barter. Sistem ini terlihat sederhana, jika seseorang memiliki apel dan membutuhkan sepatu karena sepatunya telah rusak, ia akan mencari orang yang memiliki sepatu dan membutuhkan apel. Namun, praktik ini nampaknya memunculkan persoalan. Tidak selalu mudah menemukan orang yang memiliki kebutuhan sesuai pada waktu yang tepat. Seorang petani yang membutuhkan sepatu mungkin kesulitan menemukan pembuat sepatu yang menginginkan apel. Keterbatasan ini mendorong manusia untuk mencari solusi yang lebih praktis. 

Maka, muncul ide tentang uang sebagai alat tukar yang lebih fleksibel. Pada awalnya, barang-barang seperti kerang, logam mulia, atau biji-bijian tertentu digunakan sebagai uang. Barang-barang ini memiliki nilai karena disepakati bersama oleh komunitas. Inilah awal mula gagasan bahwa uang bukanlah nilai itu sendiri, melainkan simbol dari nilai. 

Harari: Uang Imajinasi Manusia

Menurut Harari, uang adalah salah satu contoh paling sukses dari imajinasi kolektif manusia. Uang hanya berfungsi jika semua orang percaya pada nilainya. Sebagai contoh, selembar uang kertas tidak lebih dari selembar kertas biasa jika tidak ada yang percaya bahwa kertas tersebut dapat digunakan untuk membeli barang atau jasa. Sistem kepercayaan ini begitu kuat sehingga melampaui batasan budaya, agama, dan politik. Tidak seperti hukum atau tradisi yang mungkin hanya berlaku di satu wilayah, uang diterima secara universal di hampir seluruh dunia. 

Baca Juga  Umat Islam Harus Keluar dari Keterpurukan

Keunikan uang sebagai sistem kepercayaan ini memungkinkan manusia untuk bekerja sama dalam skala yang jauh lebih besar dibandingkan sistem barter. Dengan uang, seorang petani tidak perlu lagi mencari pembuat sepatu yang membutuhkan apel. Ia cukup menjual apelnya kepada siapa saja yang membutuhkannya dan menggunakan uang hasil penjualan itu untuk membeli sepatu. Uang menjadi perantara yang menghilangkan hambatan dalam perdagangan. 

Dari Logam ke Kertas, Dari Kertas ke Sistem Elektronik

Pada tahap berikutnya, manusia mulai menggunakan logam seperti emas dan perak sebagai uang. Logam-logam ini memiliki nilai karena kelangkaannya dan daya tahannya. Namun, membawa logam dalam jumlah besar untuk perdagangan memiliki keterbatasan praktis. Untuk mengatasi masalah ini, muncul uang kertas yang mewakili nilai logam yang disimpan di tempat tertentu, seperti bank atau gudang. 

Hal ini merupakan langkah besar dalam evolusi uang. Dengan uang kertas, manusia tidak lagi bergantung pada nilai intrinsik dari bahan uang itu sendiri. Nilai uang kertas sepenuhnya bergantung pada kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang mengeluarkannya, seperti pemerintah atau bank sentral. Jika kepercayaan ini hilang, nilai uang kertas pun akan runtuh. 

Memasuki era modern, uang mengalami transformasi yang lebih radikal lagi. Kini, sebagian besar uang yang kita gunakan tidak memiliki bentuk fisik sama sekali. Uang elektronik, seperti saldo di rekening bank atau dompet digital, hanya berupa angka di layar. Transaksi dilakukan melalui kartu kredit, aplikasi pembayaran, atau transfer elektronik. Bahkan, muncul mata uang digital seperti Bitcoin yang tidak dikeluarkan oleh pemerintah atau bank, melainkan oleh sistem terdesentralisasi berbasis teknologi blockchain

Menurut Harari, evolusi ini semakin menegaskan bahwa uang adalah imajinasi kolektif. Uang elektronik dan mata uang digital tidak memiliki bentuk material, tetapi tetap memiliki nilai karena orang percaya bahwa nilai tersebut nyata. Kepercayaan ini diperkuat oleh sistem teknologi yang memungkinkan transaksi berlangsung dengan aman dan efisien. 

Baca Juga  Melanjutkan Perjuangan Plato dan Aristoteles Melawan Kaum Sofis 4.0

Transformasi ini menunjukkan betapa fleksibelnya konsep uang. Dari sesuatu yang berwujud seperti logam dan kertas, kini uang telah menjadi entitas yang sepenuhnya abstrak. Namun, terlepas dari bentuknya, fungsi utama uang tetap sama, yaitu menjadi alat tukar dan penyimpan nilai yang disepakati oleh masyarakat. Dengan pemahaman ini, kita bisa melihat bagaimana uang terus beradaptasi mengikuti kebutuhan zaman.

Dinamika Dampak Uang 

Sebagai konstruksi mental, uang memiliki dampak yang sangat besar pada cara manusia berpikir dan bertindak. Uang memungkinkan manusia untuk membangun ekonomi secara luas dan kompleks, tetapi juga menciptakan potensi ketimpangan sosial. Mereka yang memiliki lebih banyak uang memiliki akses ke lebih banyak sumber daya, sedangkan mereka yang tidak memiliki uang kerap terpinggirkan. 

Harari juga mencatat bahwa uang mengubah cara manusia memandang dunia. Dalam sistem barter, hubungan antar manusia lebih personal karena melibatkan interaksi langsung. Namun, dengan uang, transaksi menjadi impersonal dan berbasis angka. Ini memberikan efisiensi, tetapi juga menciptakan jarak emosional dalam hubungan ekonomi. 

Meski memiliki sisi negatif, Harari menegaskan bahwa uang adalah salah satu fondasi utama peradaban modern. Tanpa uang, kerja sama dalam skala besar tidak akan mungkin terjadi. Uang memungkinkan manusia untuk membangun kota, menjalankan pemerintahan, dan menciptakan teknologi canggih. Dalam banyak hal, uang adalah bahasa universal yang menghubungkan semua manusia, terlepas dari latar belakang mereka. 

Harari: Uang Menggerakkan Dunia 

Pada akhirnya, uang bukanlah tentang logam mulia, kertas, atau angka di layar. Uang adalah tentang kepercayaan dan imajinasi kolektif. Manusia menciptakan uang untuk mempermudah kehidupan mereka, dan gagasan ini terus berevolusi seiring perkembangan zaman. Dari barter hingga mata uang digital, perjalanan uang mencerminkan kemampuan luar biasa manusia untuk menciptakan realitas bersama melalui konstruksi mental. 

Baca Juga  Inilah Dua Akar Konflik Agama dan Filsafat!

Sebagaimana Harari tunjukkan, memahami uang bukan hanya persoalan tentang memahami ekonomi, tetapi juga memahami psikologi dan sejarah manusia. Uang merupakan simbol dari perkembangan diri manusia. Uang adalah cerminan dari siapa diri kita.

Naufal Robbiqis Dwi Asta
15 posts

About author
Mahasiswa S1 Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Falsafah

Pendidikan Progresif ala John Dewey

3 Mins read
Pendidikan progresif adalah sebuah konsep pendidikan yang berfokus pada perkembangan anak secara menyeluruh, baik dari sisi intelektual, emosional, maupun sosial. Konsep ini…
Falsafah

Cara Filsafat Memandang Seni

2 Mins read
Keindahan memang bukan inti dari seni, tetapi keindahan itu merupakan sesuatu yang begitu melekat pada seni. Sebab keindahan bukan hanya terletak pada…
Falsafah

Ivan Illich dan Kritik Terhadap Dekolonisasi Institusi

4 Mins read
Selayang tentang Ivan Illich Ivan Illich, filsuf dan teolog berkebangsaan Austria, lahir di Wina pada 4 September 1926. Ia memulai perjalanan akademisnya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *