IBTimes.ID, Surakarta – Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (FAI-UMS) sebagai fakultas pencetak kader dakwah berusaha ikut serta dalam usaha pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) melalui penguatan SDM di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kartasura.
PCM Kartasura merupakan salah satu PCM yang memiliki TPA dan masjid terbanyak di Sukoharjo. Walaupun demikian, dengan terbatasnya SDM dan kesibukan para pengurusnya, membuat TPA dan Masjid pemanfaatannya kurang bisa dimaksimalkan.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam memiliki visi mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Menurut Sudibyo Markus, salah seorang cendekiawan Muhammadiyah, masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah mereka yang secara personal memiliki karakteristik bertuhan, beribadah, dan tunduk hanya kepada Allah SWT serta menjunjung tinggi hukum Allah SWT.
Secara komunal, mereka merupakan masyarakat yang mempunyai karakteristik hidup dalam kesejahteraan, baik atas jaminan negara atau dari pengolahan ketersediaan alam, demokratis, kondusif dan menjadikan hukum Allah sebagai landasan dan pijakan dalam bermuamalah.
Adapun untuk mengejewantahkan visi Muhammadiyah tersebut, usaha dan ikhtiar Muhammadiyah telah berlangsung hingga saat ini dengan wujud implementasi berbeda, namun dengan tujuan yang sama. Salah satu wujud implementasi dari visi Muhammadiyah ialah turut memajukan pendidikan tinggi di Indonesia.
Kontribusi UMS Melalui Program Pengabdian Masyarakat
Sejalan dengan pesatnya perkembangan pendidikan Islam yang ada di perkotaan, tentu kita tidak mengesampingkan pula persoalan-persoalan pendidikan Islam yang ada di desa. Nyatanya, masih banyak masyarakat desa yang membutuhkan uluran tangan di bidang pendidikan Qurani, terlebih anak-anak yang sulit mengakses bahan bacaan, pendidikan, remaja putus sekolah, tingkat buta aksara yang tinggi, kemiskinan, kenakalan remaja, dan sebagainya.
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), merupakan salah satu wujud implementasi visi Muhammadiyah dari bidang pendidikan. UMS sebagai lembaga pendidikan tinggi berfungsi sebagai pencetak sarjana, cendekiawan dan ilmuan, yang bertugas untuk mencerdaskan dan memecahkan berbagai masalah yang ada di masyarakat.
Oleh karena itu, Kuntowijoyo salah seorang cendekiawan Muslim mengutarakan ketidaksepakatannya terhadap ilmuan dan cendekiawan yang hanya berdiam diri dan melihat realitas sosial masyarakat hanya dengan teori tanpa aksi. Baginya, ilmu pengetahuan berhulu akhir kepada aksi transformatif di masyarakat, sehingga visi mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dapat terealisasikan.
UMS sebagai lembaga milik Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, tentu memiliki gagasan dan ide yang sejalan dengan organisasi Muhammadiyah. Salah satunya adalah pemberdayaan kegiatan keislaman dan keagamaan di masjid dan TPA.
***
Melalui kegiatan Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) dan Penguatan SDM di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kartasura yang didukung oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat dan Pengembangan Persyarikatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (LPMPP -UMS). Program Pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan oleh Nur Rizqi Febriandika, S.Sy., MBA., M.SEI., selaku ketua tim pengabdian masyarakat. Kegiatan ini juga bekerja sama dengan para Dai mahasiswa seperti IMM dan Mahasantri Pondok Shabran.
Pemberdayaan sebagai proses menurut Edi Suharto, memiliki lima dimensi yaitu: Pertama, enabling yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Kedua, empowering adalah penguatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ketiga, protecting yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok- kelompok kuat dan dominan, menghindari persaingan yang tidak seimbang, mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap yang lemah. Keempat, supporting yaitu pemberian bimbingan dan dukungan kepada masyarakat lemah agar mampu menjalankan peran dan fungsi kehidupannya. Dan kelima, fostering yaitu memelihara kondisi kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok masyarakat. (Suharto, 2004).
Model Pelaksanaan Program
Dalam melaksanakan progam ini menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut yaitu: 1) Inkulturasi (Perkenalan Program) ke TPA dan Masjid di PCM Kartasura; 2) Discovery (Mengungkapkan Informasi Program) TPA dan Masjid di PCM Kartasura bertujuan menggali masing-masing permasalahan di unit masing-masing sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan SDM/DAI yang sesuai; 3) Open recruitment DAI, akan dibuka open recruitment para Dai di UMS yang bekerjasama dengan lembaga mentoring dan perkaderan lainnya untuk memilih SDM yang mau ditempatkan di TPA dan Msjid; 4) Monitoring kegiatan Dai; 5) Evaluasi kegiatan; 6) Pembuatan laporan kegiatan dan luaran.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan potensi TPA dan masjid di PCM Kartasura sehingga mereka bisa mengoptimalkan sumberdaya untuk mengembangkan dakwah di lingkup PCM Kartasura.
Metode Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pendampingan ini ditujukan bagi PCM Kartasura dalam mendorong kaderisasi SDM TPA dan masjid–masjid Muhammadiyah yang berkemajuan serta pemberdayaan yang terintegrasi dan interkoneksi terhadap semua elemen di masyarakat dalam membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya baik lingkup Muhammadiyah di Kartasura dan sekitarnya.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah SDM Kader Muhammadiyah yang aktif memberdayakan masjid–masjid dan hadir serta berperan di dalam masyarakat.
(Soleh)