Dalam kesempatan silaturahmi daring webinar bertajuk “Meningkatkan Daya Saing Pekerja Migran Indonesia di masa Pandemi & Era Disruptif”, Sandiaga Salahuddin Uno, pembicara utama memotivasi para peserta justru dari value yang dimiliki oleh teman-teman Pekerja Migran Indonesia (PMI).
“Kerja teman-teman PMI sangat luar biasa. Mereka menggunakan ilmu yang mereka dapat selama di luar negeri khususnya tentang etos kerja. Mereka kulturnya berubah menjadi lebih proaktif, profesional, kerja keras, inovatif, berani mengambil resiko, dan lain sebagainya,” terang Sandi. “…dan membuka Warung Soto Lamongan di Kuala Lumpur ini keren banget dan ini branding-nya kita butuhkan.” Tandas ‘papa online’, sebutan Sandi, pada Ahad 19 September lalu.
Menurutnya, branding kulinari Warung Soto Lamongan bisa terus memperlebar dan menginspirasi semangat entrepreneurship warga Indonesia di Malaysia dan negara lainnya. “Jadi tidak hanya makanan Thailand di Indonesia, kita punya peluang besar kulinari nusantara kita kenalkan di negara-negara lain. Dan Bank Infaq siap turut mendukung dan mengambil tanggung jawab (dalam pendanaan)” ungkap pembina Bank Infaq yang juga termasuk pengusaha muda sukses versi Forbes ini.
Krisis yang disebabkan wabah pandemi global ini memang sangat besar berdampak di semua bidang. Kecepatan untuk beradaptasi adalah salah satu kunci untuk bisa bertahan dalam menggerakkan perekonomian. Hal ini diungkap oleh pemateri berikutnya setelah Sandiaga, Agastya, pengurus PCI Muhammadiyah Malaysia dan MES Malaysia.
“Agar terus bertahan, justru kuncinya adalah menyesuaikan dengan perubahan itu (beradaptasi). Dari sisi bisnis yaitu dengan meningkatkan kualitas produk, kualitas branding/ packaging, digitalisasi baik marketing maupun manajemen pelanggan loyal, dan tentunya dukungan pembiayaan plus financial planning yang baik” terang Agastya.
“Kemudian, dari sisi SDM dengan bermental dan mindset yang benar. Yaitu bahwa berniaga/ entrepreneur adalah salah satu cara terbaik dalam memperindah dan menyempurnakan ibadah untuk menggapai ridaNya. Kemudian diikuti sunnatullah lainnya yaitu peningkatan skill yang dibutuhkan di era digital ini” kata Agastya yang juga pernah menjadi duta pemuda Indonesia di Malaysia ini.
Webinar yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DKI, PCIM Malaysia, Bank Infaq dan MES Malaysia ini diikuti oleh berbagai kalangan baik pekerja migran maupun aktivis sosial dan berbagai organisasi. Misi utama acara ini adalah motivasi dan edukasi peluang untuk membuka lapangan usaha baru yang kreatif dan inovatif, mengingat krisis yang ada di ambang mata telah menyebabkan ratusan ribu bahkan jutaan masyarakat kehilangan pekerjaan.
“Melalui Bank Infaq, insya Allah bisa dijadikan alternatif masyarakat untuk pendanaan ide bisnisnya. Sebab Bank infaq juga memiliki misi utama memerangi riba, yang mana banyak menjerat rakyat melalui pinjaman-pinjaman yang berbunga tinggi”, terang Reza Artha ketua Bank Infaq.
Menurutnya, UMKM di Indonesia baru 22% saja yang mendapatkan pendanaan. Sisanya masih kesulitan pendanaan. Dan mereka yang mendapatkan pinjaman itu terjerat bunga tinggi. Di sinilah peran Bank Infaq untuk membantu dan mendorong tumbuhnya UMKM atau bisnis rumahan dengan pinjaman yang mudah.
Ketua PCI Muhammadiyah Malaysia, Prof. Dr. Sonny Zulhuda, menyambut baik inisiatif ini. Bahwa perlu banyak upaya untuk mendukung gerakan pemulihan perekonomian masyarakat.
“Kami mendukung penuh ide dan terobosan yang dikomandoi Bang Sandi dkk. Semoga menjadi jalan yang memudahkan pulihnya perekonomian masyarakat kita” ujar dosen IIUM yang juga menjadi Dewan Pembina MES Malaysia ini.
Webinar ini didukung oleh Visi Peradaban Foundation, Warung Soto Lamongan, Kopi Segaleh, dan media partner Antara Biro Kuala Lumpur.
Reporter: Agastya Harjunadhi
Editor: Aunillah Ahmad
Proofreader: Yahya FR