Perspektif

Yang Arogan itu Orangnya, Bukan Agamanya!

3 Mins read

Kembali kita dihadirkan oleh statement yang kontroversial dari seorang yang bisa dibilang lumayan dikenal di media, terutama media sosial. Ia mengatakan bahwa bahwa ‘Islam pendatang dari Arab yang arogan‘, begitu pembelaannya. Namun, tidak bermaksud untuk membahas kasus yang sedang didalami oleh pihak yang berwajib, tetapi bagaimana Islam dan seperti apa arogan itu. Yang di mana, dalam lanjutan cuitan pada 25 Januari 2021 yang berbunyi Isi “Islam memang agama pendatang dari Arab, agama asli Indonesia itu sunda wiwitan, kaharingan dll. dan memang arogan, mengharamkan tradisi asli, ritual orang dibubarkan, pake kebaya murtad, wayang kulit diharamkan. kalo tidak mau disebut arogan, jangan injak2 kearifan lokal.”, sekarang mari kita lihat dengan mata hati dan mata yang jernih.

Faktanya, Islam datang di Indonesia pada sekitar abad ke-7 M melalui pedagang dari Gujarat (Wikipedia), dan di Jawa melalui Wali Songo, kita kenal dengan arif dan bijaksana. Sehingga, tidak tepat ketika Islam dikaitkan serta dianggap menginjak kearifan lokal bangsa Indonesia, karena para Wali Songo sudah memberikan contoh nyata cara mereka menyampaikan ajaran Islam dengan baik-baik dan menarik.

Sunan Kalijaga misalnya, beliau berdakwah dengan kesenian wayang, dari tangan Raden Mas Syahid -nama kecil Sunan Kalijaga- Islam menunjukan keakraban dengan kultur lokal, sehingga mudah diterima masyarakat kala itu.

Agama Islam adalah agama yang mudah dan luas (al-islamu dinun yusrun wus’atun), sehingga dalam setiap syariatnya, terdapat berbagai macam kemudahan dalam ibadahnya (rukhsah). Rasulullah bersabda;

Islam Tak Pernah Arogan

  إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ  

Baca Juga  Islam Maju Karena Peradaban Ilmu

“Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi sekali, siang hari di kala waktu istirahat dan di awal malam,” (HR. al-Bukhari 39 dan Muslim 2816).

Senada dengan firman Allah Swt;

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ  

“Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan,” (Q.S. al-Baqarah: 185)

Serta banyak sekali dalil baik dari Al-Qur’an dan hadis yang menerangkan tentang kemudahan dalam beragama, sehingga Islam amat sangat jauh dari kata arogan, mau Islam yang ada di mana pun sama. Maka Islam merupakan agama yang sangat lembut nan memberikan ketenangan, sehingga orang Islam maupun non-Islam merasakan kedamaian akan hadirnya Islam (rahmatan lil ‘alamin). Jadi, ajaran yang ada didalam agama Islam di mana dan darimana pun sama, karena bersumber dari Al-Qur’an dan sunah, yakni Islam yang memberikan rasa aman dan nyaman, serta memberikan rahmat bagi siapapun, termasuk alam.

Arogan itu Sifat Manusia Bukan Agama

Arogan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) sombong; congkak; angkuh; (2) mempunyai perasaan superioritas yang dimanifestasikan dalam sikap suka memaksa atau pongah: yang di mana, semuanya terdapat dalam sifat manusia. Sedangkan, Islam jauh dari sifat arogan, kesombongan, dan keangkuhan.

Maka, anggapan Islam yang disebut darimana pun datangnya tidak ada serta tidak terdapat kearoganan tersebut, namun berbeda dengan manusia. Manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan, jadi tak sedikit pula orang yang memiliki sifat arogan. Tetapi, mari kita lihat dari keberadaan Islam, yang mengikis sifat arogansi pada diri manusia.

Sebelum hadirnya Islam, masyarakat Jahiliyah (pra-Islam) memiliki ketidaktahuan akan adab. Sehingga,  banyak sifat yang arogan dan memaksakan kehendak. Kita mungkin sudah sering atau pernah mendengar kisah-kisah zaman dahulu, terutama di Arab. Sehingga hadirlah Rasulullah dengan membawa ajaran Islam yang mengikis sifat arogansi dari Abu Lahab, serta yang lainnya. Jadi, begitulah Islam, membawa sebuah kedamaian dan tanpa memaksakan. Begitu pula, Islam datang serta hadir di Nusantara memberikan sebuah kebaikan bagi negeri.

Baca Juga  Inilah Doa Sebelum dan Setelah Jadi Muallaf

Orang Islam tidak Mungkin Arogan

Antara Islam dan sifat arogan amat sangatlah jauh, kenapa? Karena sejatinya agama Islam mempunyai berbagai macam kemudahan dan mempunyai sifat rahmatan lil ‘alamin. Arogansi merupakan sifat yang tiada manfaat, sedangkan orang mukmin (yang beriman) pastinya menjauhi perbuatan yang sia-sia. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda;

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ‎

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976.)

Allah Ta’ala pun berfirman:

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ‎

“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia.” (Q.S. Al-Mukminun: 3).

***

Jadi, anggapan agama Islam mau dari mana pun atau siapa pun, selama masih bersumber serta berpatokan pada Al-Qur’an dan hadis tidak mungkin memiliki sikap serta sifat arogan. Lalu bagaimana dengan orangnya? Sesungguhnya arogansi itu ada pada orang yang tidak memiliki rasa keimanan dan berasal dari sifat manusianya itu sendiri. Maka tidak tepat dan salah besar ketika mengaitkan Islam dengan sifat arogan. Karena pada kenyataannya, terutama fakta sejarah yang ada, Islam hadir dengan kesantunan dan tetap menghargai kearifan lokal yang ada, terutama di Indonesia.

Namun, Islam memberikan pencerahan ketika ada hal-hal yang mengandung kesyirikan, sehingga untuk mengatasinya, Islam memberikan dakwah dengan baik dan tanpa kekerasan. Islam memberikan solusi dan menggantikan sesuatu yang bertentangan dengan ketauhidan dengan cara yang ramah, maka itulah yang membuat Islam mudah diterima di Indonesia. Sifat moderat (wasathiyah) Islam membuatnya semakin berkembang di Indonesia hingga kini, sehingga Islam mampu diterima serta memberikan banyak sumbangsih dan memajukan Indonesia.

Baca Juga  Islam Sebagai Din al-Hadarah dan Agama Pemikiran

Editor: Yahya FR

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds