Tasawuf

Sejarah Geografi Zaman Yunani dan Eropa

2 Mins read

Banyak dasar-dasar ilmu dan pengetahuan kita sekarang ini tak terkecuali geografi telah mulai dipikirkan dan ditulis orang sejak Zaman Yunani Kuno, beberapa abad sebelum permulaan Masehi. Pengetahuan yang semula hanya bersifat empirik kemudian berkembang pesat. Karena orang tidak lagi bersikap menerima begitu saja adanya kenyataan macam-macam fenomena yang dijumpai dalam kehidupannya di bumi. Melainkan disertai dengan sikap ingin tahu lebih lanjut sebab musabab dan proses yang telah memungkinkan terwujudnya aneka macam fenomena itu.

Sikap atau semangat menyelidik melatar belakangi tumbuhnya ilmu sejak 600 tahun sebelum Masehi. Sampai sekarang masih dipandang sebagai salah satu ciri yang sangat penting dalam mengembangkan ilmu masa kini dan masa mendatang.

Geografi Zaman Yunani Kuno

Sejarah pertumbuhan geografi telah dimulai pada masa-masa Yunani Kuno sekitar awal abad Masehi. Erastothenes (276- 196 SM) adalah tokoh yang pertama kali menyebut dirinya sebagai ahli geografi dan menampilkan suatu cara atau metode yang memungkinkan para ahli geografi menentukan lokasi tempat-tempat dengan keseksamaan yang cukup memadahi (Albler ed.al, 1972).

Para ahli geografi memandang Erastosthenes sebagai bapak geografi, karena ia telah memberikan pada ilmu suatu metode yang memungkinkan didapatkannya jawaban atas pertanyaan “di mana” atau tentang “letak sesuatu” secara memuaskan. Untuk kurun waktu yang cukup lama sejak masa pertumbuhan geografi sekitar awal abad Masehi, lokasi tempat dan kegiatan pemetaan merupakan cici-ciri esensial geografi, sampai-sampai kemudian muncul pandangan yang menyatakan bahwa suatu deskripsi tanpa dilengkapi peta adalah hal yang kurang layak disebut sebagai uraian atau karya kartografi.

Erastothenes juga dipandang sebagai tokoh pertama yang memperkenalkan istilah geografi, karena buku yang ditulisnya berjudul Geographika meliputi hal-hal sekitar pengetahuan geografi fisik (perubahan hubungan darat, laut dan arus laut). Dilanjutkan oleh Posidonius yang dilakukan 100 tahun kemudian yang dikutip dalam Buku Ptolomaeus yang berjudul Geographi merupakan sumber utama pengetahuan geografi dan perpetaan Zaman Yunani. Itulah yang kelak turut membantu Columbus berani berlayar ke arah barat dalam upaya mendapatkan India sebagai daerah asal rempah-rempah. Ketika mencapai daratan Amerika, Columbus mengira telah sampai di India sehingga penduduk asli benua baru itu dikenal sebagai orang Indian sampai sekarang.

Baca Juga  Mungkinkah Tasawuf Berkembang di Muhammadiyah?

Strabo (66 SM – 24 M) yang menulis Geographika dicatat sebagai ahli yang memberi corak kecenderungan baru, yaitu dalam hal perhatiannya terhadap isi yang berbeda-beda pada tempat-tempat di muka bumi, khususnya yang menyangkut variasi kultural dalam ruang (Abler ed.al, 1972). Claudius Ptolomaeus (87-150 M) merupakan tokoh yang tidak kecil sumbangannya dalam pertumbuhan geografi. Dia berjasa dalam usaha menyempurnakan cara menentukan lokasi tempat-tempat di muka bumi, yaitu dengan penggunaan sistem garis lintang dan garis bujur.

Abad Pertengahan Eropa

Di Eropa, pertumbuhan geografi mengalami kemunduran setelah Ptolomaeus meninggal. Kurun waktu tahun 200 hingga 1200 merupakan Zaman kegelapan bagi pertumbuhan geografi dan pengetahuan perpetaan. Keadaan yang demikian itu bertalian erat dengan perjalanan sejarah Eropa setelah runtuhnya kekaisaran Romawi, Eropa praktis menjadi terpecah-pecah atas satuan-satuan sosial dan politik yang tertutup.

Kesempatan untuk mengadakan perjalanan menjadi terbatas dan rasa ingin tahu atau kuroitas terhadap apa-apa yang terletak di luar batas cakrawala sukar dikembangkan. Sementara itu peranan agama dalam berbagai segi kehidupan menjadi demikian dominan. Ajaran dan pandangan agama (gereja Katolik Romawi) telah mengganti kedudukan ilmu dalam hal cara menerangkan tata keteraturan dunia. Segala pandangan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan gereja dilarang dan mendapat sanksi hukum.

Dengan keadaan yang demikian pula, abad pertengahan Galileo Galilei (1564-1642) yang membenar dan pandangan Copernicus (bahwa bumilah yang berputar dan beredar mengelilingi matahari) ditentang keras oleh gereja, ditangkap dan dituduh sebagai orang yang murtad. Karena pandangan yang demikian itu berlawanan dengan pendapat gereja yang mendasarkan pada Sabda Yozua dalam Injil yang berbunyi “Matahari, berhenti di Gibeon, dan kamu, bulan di lembah Ajalon” (Khoe Soe Khiam,– dalam Suharyono, 1990).

Editor: Nabhan

Baca Juga  Gerhana Matahari dalam Khazanah Islam
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds