Falsafah

Akibat Hukum: Kebaikan dan Keburukan

2 Mins read

Oleh: Prof Dr Mr Kasman Singodimedjo

Di ayat 177 Surat al-Baqarah itu saja sedikitnya terdapat lima belas macam kebaikan yang pasti akan diganjar Allah apabila dilakukan. Dan yang tidak mengamalkannya, pasti akan ditindak oleh Allah. Kebaikan maupun keburukan adalah akibat dari hukum.

***

Di situ disebut sebagai kebaikan sebagai akibat hukum antara lain percaya/beriman kepada Mikail karena Malaikat, percaya kepada Musa dan Isa karena Nabi, beriman kepada Injil, Taurat dan Zabur karena kitab-kitab (tentunya waktu masih berada di dalam keadaan suci murni dulu-dulunya). Pun juga kebaikan namanya memberi sesuatu keperluan kepada kerabat, kepada orang miskin, musafir, yatim, kepada budak untuk pembebasan diri dan lain-lain. Kebaikan adalah pula bershalat, berzakat/bersadaqah, bersabar, dan berjanji yang dipenuhi.

Di samping Allah di dalam Quran tegas-tegas/positif menunjukan yang baik-baik, adakalanya pula sebagai contoh, Allah secara tegas-tegas positif menunjukan hal yang pasti tidak baik atau akibat hukum. Dan oleh karena itu, pelakunya akan ditindak oleh Allah, dihukum. Silahkan baca Quran Surat al-Hujarat ayat 11. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan (menertawakan) kumpulan laki-laki yang lain. Boleh jadi (yang ditertawakan itu) lebih baik dari mereka (yang menertawakan). Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan perempuan yang lain. Boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah kamu suka mencela bangsamu, dan janganlah memanggilkan (seseorang) dengan gelar (yang mengadung ejekan)! Jahat sesudah beriman itulah nama yang amat buruk! Siapa yang tidak kembali (bertaubat), itulah orang-orang yang aniaya.”

Ayat 12 artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba sangka itu dosa! Dan janganlah mencari keburukan orang dan janganlah mempergunjingkan satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Kamu tidak menyukai! Dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah itu penerima taubat dan penyayang.”

Baca Juga  Filsafat Pendidikan Progresif Buya HAMKA

***

Memang, di samping stelsel positif untuk menganjurkan segala yang baik-baik, Allah di dalam Quran juga sering mempergunakan sistim negatif untuk mencegah barang/tindakan yang diharamkan, seperti yang sebagai sekedar contoh dapat dibaca dalam Surat al-An’aam ayat 151. Artinya: ”Katakanlah: Marilah! Aku hendak membacakan kepada kamu apa-apa yang diharamkan Allah untuk kamu, yaitu dengan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, dan buatlah kebaikan kepada ibu-bapa, janganlah kamu bunuh anak-anakmu karena takut kelaparan/kemiskinan, karena Kami memberikan rezeki kepada kamu dan kepada mereka, janganlah kamu dekati perbuatan keji, yang terang dan yang tersembunyi, dan janganlah kamu bunuh jiwa yang dilarang oleh Allah (membunuhnya), kecuali karena tuntutan keadilan (kebenaran). Demikianlah yang diperintahkan Allah kepada kamu, supaya kamu mengerti.”

Selanjutnya, Allah menunjuk kepada petunjuk-Nya. Dan petunjuk-Nya (al-Quran) itulah yang dianggapnya benar, sembari menyindir kepada kaum Yahudi dan Kristen yang dengan giatnya hingga sekarang ini terus-menerus melakukan berturut-turut Zionisme dan Kristenisasi. Seperti tersebut dalam Quran Surat al-Baqarah ayat 120 dan 121. Artinya: ”Orang Yahudi dan Kristen tidak akan senang kepada engkau, kecuali (mereka baru senang) apabila engkau mengikuti agama mereka. Katakan: Sesungguhnya petunjuk Allah (Quran) itulah petunjuk yang benar. Dan kalau engkau turut kemauan mereka sesudah datang pengetahuan kepadamu, tentulah Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu.”

Sumber: artikel “Hal Kedaulatan” ditulis oleh Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo dimuat di SM no. 8/Th. Ke-58/1978. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id secara berseri dengan penyuntingan

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds