Perspektif

Islam Hadir untuk Menebar Kebaikan dan Kedamaian

5 Mins read

Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada para sahabat, dimana akan ada seseorang yang paling rugi di hari akhir. “Mereka bukanlah orang yang tidak punya harta, tetapi mereka adalah orang yang membawa pahala puasa, salat, dan zakat akan tetapi pahala itu hilang karena suka mencaci maki, menuduh, dan menzalimi orang lain.” (HR. Muslim).

Sebagai seorang Muslim, kita selalu berusaha untuk menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangannya. Berbagai ibadah kita lakukan, meski masih belum bisa sempurna. Namun, pernahkah kita memikirkan tentang makna Islam selama kita hidup menjadi seorang Muslim? dan sebagai seorang Muslim, tentu penting untuk mengetahui makna Islam. Dengan mengetahui dan memahami makna agama Islam, kita juga bisa semakin mengerti bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim yang baik dan benar.

Kebaikan dalam Islam

Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada Allah Swt. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain, tidak cukup selamat tetapi juga menyelamatkan.

Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Inti ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.

Jika seorang Muslim menjalankan ajaran Islam dengan baik, maka Allah akan menyelamatkannya baik di dunia maupun akhirat. Dalam Al-Qur’an sendiri, kata Islam sebagai agama disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 3, yang artinya “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat Aku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

***

Selain itu, surat Ali Imran ayat 9 juga menyebutkan agama Islam, yang artinya: “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” Disebutkan pula dalam surat Ali Imran ayat 85 yang artinya: “Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”

Islam datang ke bumi untuk membangun manusia dalam bingkai kedamaian dengan sikap kelembutan dan bertakwa secara total kepada Allah Swt. Seorang yang beragama Islam akan mengutamakan kedamaian pada diri sendiri maupun pada orang lain dan menjaga keselamatan diri sendiri maupun keselamatan orang lain.

Baca Juga  Menggaungkan Toleransi untuk Mencegah Konflik Perbedaan

Dalam sebuah hadits Nabi Saw bersabda, “Seorang muslim itu yang menyelamatkan muslim yang lain dari perkataannya, maupun dari perbuatan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari sesuatu yang dilarang Allah.” (HR. Nasa’i).

Islam merupakan salah satu agama terbesar di seluruh dunia saat ini. Agama Islam juga menjadi satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah Swt. Kita sebagai umat Muslim harus bersyukur karena tinggal di Indonesia, di mana mayoritas penduduknya beragama Islam. Agama Islam terus berkembang dan bisa diterima oleh banyak orang berkat usaha yang dilakukan oleh para Nabi, sahabat-sahabat dan juga para ulama-ulama kita.

Konsep Kedamaian dalam Islam

Dalam konsep Islam, hubungan antar individu dan bangsa-bangsa adalah hubungan perdamaian. Al-Qur’an mengajarkan bahwa tujuan Allah menciptakan umat manusia yang berbeda-beda suku dan bangsa agar saling mengenal dan berhubungan satu dengan yang lain dengan damai.

Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah Quran Surah Al-Hujurat: 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Kedamaian tidak akan terwujud bila manusia tidak saling mengenal antara satu dengan yang lain. Salah satu sarana yang menyampaikan manusia untuk saling kenal adalah pembentukan keluarga. Dalam sebuah keluarga, akan tumbuh rasa cinta dan kasih sayang yang akan melahirkan ketentraman dan kedamaian. Dengan terciptanya ketentraman dalam keluarga, maka kedamaian akan terwujud pula dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga halnya dengan kedamaian dunia akan terwujud bila individu dan masyarakat hidup dengan damai.

Sebagai makhluk sosial manusia, kita perlu berinteraksi dengan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ia juga memerlukan kedamaian yang dapat menjamin kehidupan sosialnya berjalan lancar tanpa gangguan apapun. Islam sebagai sistem kehidupan yang sempurna telah memberikan jalan untuk mewujudkan perdamaian kehidupan manusia di dunia. Islam membenci terjadinya permusuhan-permusuhan dan tindakan kezaliman diatas permukaan bumi, yang menyebabkan timbulnya perpecahan umat manusia. Ada tiga fase penting kedamaian.

Baca Juga  Merebut Tafsir Moderat: Agama Tak Ajarkan Cari-Cari Kesalahan

Kedamaian Hati

Allah menciptakan manusia dan memberikannya hati, setiap tingkah laku manusia baik dan buruk bersumber dari pancaran hati. Hati adalah sumber kedamaian, kedamaian hati manusia dapat merambah ke dalam kedamaian tatanan keluarga, masyarakat dan bangsa serta dalam lingkungan hidup manusia seluruh dunia. Kedamaian hati hanya diperoleh bila setiap manusia lebih mencintai Allah dibanding dengan yang lainnya. Allah zat yang maha suci yang mesti dicintai sepenuh jiwa dan hati.

Manusia diperintahkan untuk meletakkan cintanya yang paling tinggi kepada Allah, baru kemudian mencintai yang lainnya sebatas yang diperkenankannya. Apabila manusia mampu membersihkan hatinya dari kelam hawa nafsunya dan mampu menyelamatkan dirinya dari godaan-godaan dunia yang menghampirinya, hatinya menjadi bersih dan penuh kecintaan kepada Allah, maka dia akan merasakan kedamaian dan ketentraman dalam hidupnya dan orang-orang yang berada disampingnya turut merasakan kedamaian tersebut.

Perbuatan manusia jika dihiasi dengan hawa nafsu semata, maka dirinya akan menjadi gelap. Dia akan berbuat sesuka hati tanpa ada kendali sekalipun itu merugikan orang lain. Kedamaian hidup orang-orang yang hidup di sekitarnya akan terusik karena ulah yang dilakukannya.

Apabila manusia menghubungkan hatinya dengan Sang Pencipta dan selalu berusaha untuk dekat dengan-Nya, maka kedamaian akan selalu terpancar dalam hatinya. Seseorang akan sadar kelemahan dirinya apabila dirinya mengenal kekuatan Tuhannya. Bila ia mengenal kekuatan Tuhannya, maka tindakan kejahatan sangat sulit dilakukannya. Sehingga terciptalah dalam hati dan perbuatannya untuk selalu menciptakan kedamaian, baik sangka dan tidak membuat kerusakan di tengah-tengah lingkungan hidupnya dan orang lain.

Kedamaian Rumah Tangga

Rumah tangga adalah bagian dari masyarakat, sebuah masyarakat terbentuk dari rumah tangga, kedamaian rumah tangga sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Allah telah menggariskan dalam Al-Qur’an bahwa tujuan hidup rumah tangga adalah untuk membentuk cinta dan kasih sayang.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (QS. ar-Rum: 21).

Baca Juga  Menakar Efektivitas Perubahan Batas Usia Minimal Perkawinan

Terbinanya hubungan suami dan istri dalam sebuah rumah tangga berlandaskan atas kasih sayang diantara keduanya, maka akan menimbulkan kedamaian dalam rumah tersebut. Seseorang suami berusaha sekuat tenaga mencari nafkah untuk kepentingan keluarganya, disebabkan kecintaannya yang mendalam terhadap keluarganya. Demikian juga halnya seorang istri melayani suami dan mengurus anak-anak demi untuk mewujudkan kedamaian dalam keluarga.

Jika suami atau istri lalai dalam melaksanakan tugas rumah tangga maka kekacauan akan timbul dalam rumah tersebut, yang menyebabkan terjadinya pertengkaran dan keributan. Baik buruknya sebuah kehidupan masyarakat dipandang dari sudut hubungan pada hubungan yang terjalin dalam keluarga. Seseorang yang berhasil menciptakan kedamaian dalam rumah tangganya, maka kehidupannya di masyarakat pun akan menjurus kepada kedamaian.

Kedamaian Masyarakat

Masyarakat merupakan kumpulan individu-individu yang terhimpun dari beberapa keluarga. Ketika berkumpulnya individu-individu dalam sebuah masyarakat dari kalangan yang berbeda, maka bertambah banyak pula masalah-masalah yang timbul. Sebab masing-masing individu mempunyai karakter yang berbeda antara satu dengan tang lain. Kebanyakan dari masalah yang timbul dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor kesenjangan sosial, setiap individu mementingkan diri sendiri atau kelompoknya, sehingga menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya, dan pada akhirnya menimbulkan perpecahan, sehingga kedamaian sangat sulit diwujudkan dalam masyarakat tersebut.

Islam telah mengatur aturan-aturan tertentu untuk menghindari terjadinya perpecahan dalam masyarakat, mengajarkan cara-cara berinteraksi sosial dengan sesama masyarakat, sebagaimana dalam firman Allah; “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (QS. 31: 18-19).

Islam membenci jiwa yang sombong, kesombongan akan melahirkan kebanggaan dalam diri seseorang. Menganggap diri lebih baik dari orang lain, sehingga terjadinya saling olok-olok dan caci-maki dan merendahkan antar individu atau golongan yang lain. Bagaimana bisa terwujudnya sebuah kedamaian dalam masyarakat, sementara kehidupan mereka penuh dengan perpecahan. Islam tidak membenarkan satu golongan merendahkan golongan yang lain, memaki atau memancing kemarahan orang lain. Wallahu A’lam.

Editor: Soleh

Avatar
3 posts

About author
Alumni Fak Ushuluddin dan Study Islam UIN Sumatera Utara Medan
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *