Respon masyarakat cukup positif setelah Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan (PS HW) dan liga sepakbola di Muhammadiyah dihidupkan kembali. Perkambangan positif ini perlu didukung dengan data seputar sejarah PS HW dan bintang-bintang pemain sepakbola Muhammadiyah yang pernah bersinar di Tim Nasional agar dapat menjadi motivasi bagi para pengelola liga. Salah satu di antaranya ialah Djamiaat Dahlar, pemain PS HW yang bersinar setelah bergabung dengan Tim Nasional Indonesia yang pada tahun 1950-an bersama Ramang, San Liong, dan lain-lain.
Djamiaat Dalhar
Muhammad Djamiaat Dalhar adalah putra KH Dalhar BKN, anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Penasehat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis Tarjih. Ia seorang putra kelahiran Kauman, Yogyakarta. Bakatnya diturunkan dari sang ayah, Dahlar BKN, yang tidak lain adalah salah satu bintang pemain sepakbola PS HW pada awal pembentukan tim ini. Permainan sepakbola memang sudah menjadi hobi Djamiaat sejak kecil hingga memasuki akhir hayatnya.
Djamiaat lahir dari lingkungan dan keluarga Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta. Pendidikannya dimulai dari Standaardschool Muhammadiyah, Schakelschool Muhammadiyah (sekolah sambungan), dan SMP Muhammadiyah. Pendidikan terakhirnya di Sekolah Asisten Apoteker di Yogyakarta.
Mula-mula Djamiaat Dalhar masuk PS JOR Junior, lalu PS HW, sampai kemudian menjadi peman inti PSIM Yogyakarta. Pernah pula menjadi pemain PORSI di Semarang. Setelah pindah ke Jakarta, teknik permainan sepakbola Djamiaat terus berkembang. Mula-mula dia masuk klub UMS, lalu menjadi pemain Persija, dan terakhir masuk PSSI. Di PSSI, Djamiaat dilatih oleh pelatih sepakbola dari Yugoslavia, Tonny Pogaknik. Dia menjadi pemain idola dan kesayangan pelatih.
Mengharumkan Indonesia
Pada tahun 1950-an, Djamiaat bersama Ramang, San Liong, Witarsa, Sidhi dan kawan-kawan membawa nama harum PSSI di dalam dan di luar negeri. Djamiaat, Ramang, dan San Liong sebagai pemain penyerang PSSI merupakan trio yang dinilai belum ada gantinya sampai sekarang.
Dalam sebuah pertandingan sepakbola antar negara, Djamiaat pernah membobol gawang Timnas Yugoslavia yang digawangi oleh Beara, penjaga gawang kaliber dunia. Trio Djamiaat, Ramang, dan San Liong juga dikenang ketika timnas Indonesia berhadapan dengan Timnas Uni Soviet pada Olimpiade di Melbourne, Australia.
Djamiaat masih tetap aktif di dunia sepakbola, sekalipun tidak lagi menjadi pemain timnas. Dia mendapat kepercayaan sebagai pelatih PSSI setelah mendapat pendidikan sebagai pelatih di Jerman Barat. Djamiaat mulai sakit-sakitan setelah pensiun dari Timnas. Dia menderita penyakit lever dan gejala penyakit kuning. Pada hari Jumat tanggal 23 Maret 1979, Djamiaat Dalhar meninggal dunia di RSU Ciptomangunkusumo, Jakarta. Djamiaat Dalhar memiliki 5 saudara kandung. Mereka adalah: Siti Hadiefah Zuharon BA (sekretari PP Aisyiyah), DR. Dawiesah (istri Prof. Dr. Ismadi, dosen Fakultas Kedokteran UGM), Ir. Azron (dosen IPB), Ir. Bariqurrahman (bekerja di Jakarta), dan Djaad Siddiq (suami dr. Latifah Hanum).
Editor: Yahya FR