Perspektif

Indeks Kota Islami: Islam bukan Definisi, tapi Indikasi

2 Mins read

Apakah Islam itu? Rasulullah menjawab: Engkau mengucap syahadat (Beribadah dengan benar hanya kepada Allah dan bersaksi bahwa Muhammad sesungguhnya Rasul Allah). Mendirikan shalat. Menunaikan zakat. Mengerjakan puasa di bulan Ramadhan. Haji bila mampu. Ini indikasi, bukan definisi.

***

Indikator Islam ada puluhan, bahkan bisa ratusan. Belum pernah ada definisi rigid tentang Islam. Lantas, siapa yang berhak mendefinisikan Islam?

Bahkan Nabi SAW tak pernah mendefinisikan, meski ada ikhtiar dari para ulama setelahnya. Tiadanya definisi dan mengutamakan indikator menjadikan Islam tetap universal dari cakupan: Islam-mu, Islam-ku, Islam-kita atau Islam kalian. Mungkin ini maksudnya agar tidak ada yang merasa paling Islam karena telah menggenggam definisi.

Puluhan, ratusan, bahkan ribuan Indikasi Islam menandakan keluasan dan kesemestaan Islam. Agar terhindar dari reduksi dan pengerdilan. Indikasi Islam lebih lekat terhadap nilai-nilai humanitas yang universal, yang mengedepan (futuristik).

***

Pada mulanya Iman dan Islam kerap dipadankan. Keduanya juga sama dalam konteks indikasi, bukan definisi. Dalam berbagai kesempatan Nabi SAW juga memberi pemahaman tentang indikasi Iman dan Islam yang melekat dalam diri umat Islam.

Seorang Muslim adalah orang yang di sekitarnya selamat dari tangan dan lisannya. Keutamaan Islam seseorang…, adalah yang meninggalkan sesuatu yang tak bermanfaat. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir….,maka hormati tetangga … hormati tamu.”

Orang beriman itu bersaudara. Tidak berkata kasar. Diharamkan harta dan darah atasnya. Pun dengan ratusan indikasi lainya yang ada dalam panduan al-Quran dan as-Sunah: jujur, amanah, terpercaya, kompatibel, kompetitif (fastabiqul khairat), suka baca (iqra), suka berderma, santun, pemaaf, tidak mendendam, bekerja keras, hemat, hidup efisien sebab mubadzir lebih dekat dari perilaku setan, toleran, menyebar salam (inklusif), hidup bersih, menjaga lingkungan, dan ratusan indikasi lainnya.

Baca Juga  Kemerdekaan Indonesia dan Permasalahan Umat Islamnya

***

Pertanyaan besarnya adalah apakah deret Islamicity index tidak mengharuskan melahirkan hiararkhi? Saya bilang ‘ya’. Indikasi Islam yang pertama adalah sebagaimana jawaban Nabi SAW terhadap pertanyaan Jibril. Lima Islam index yang kemudian disebut rukun Islam adalah yang paling utama. Lima Indikasi Islam ini yang harus menjadi ruh dan panduan terhadap indikasi lainnya.

Kemudian, masing-masing Islamicity index saling terpasang dan terhubung, jadi tidak serta merta berdiri sendiri. Konsep keseluruhan Islam Ini yang kemudian melahirkan konsep ‘Islam kaffah’, yaitu keseluruhan yang mencakup. Lantas, bisakah disebut Islam jika seseorang telah melakukan index tertentu atau disebut keluar dari Islam setelah tidak melakukan index tertentu? Sampai di sini para ulama kemudian berikhtilaf dan kerap terjebak pada pola pikir parsial melawan keseluruhan (kaffah). Di sinilah pokok soalnya, memahami keseluruhan yang mencakup (kaffah) dalam keterbatasan yang absolut (parsial). Wallahu taala a’lam.

Editor: Arif

Related posts
Perspektif

Gelombang Protes dari Dunia Kampus Menguat, Akankah Terjadi 'American Spring'?

4 Mins read
Pada tahun 2010-2011 terjadi demonstrasi besar-besaran di sejumlah negara Arab. Protes tersebut menuntut pemerintahan segera diganti karena dianggap tidak lagi ‘pro-rakyat’. Protes…
Perspektif

Buat Akademisi, Stop Nyinyir Terhadap Artis!

3 Mins read
Sebagai seorang akademisi, saya cukup miris, heran, dan sekaligus terusik dengan sebagian rekan akademisi lain yang memandang rendah profesi artis. Ungkapan-ungkapan sinis…
Perspektif

Begini Kira-Kira Jika Buya Hamka Berbicara tentang Bola

3 Mins read
Kita harus menang! Tetapi di manakah letak kemenangan itu? Yaitu di balik perjuangan dan kepayahan. Di balik keringat, darah, dan air mata….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *