Perspektif

Iman kepada Alam: Mandat Tuhan untuk Manusia

4 Mins read

Mencintai alam haruslah diselaraskan dengan sikap menghormati alam. Motto Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin hendaknya tidak boleh sampai disitu. Sudah menjadi keharusan bahwa motto tersebut diusahakan, begitu pula dalam hal mencintai alam. Jadi, sudah sewajarnya Islam kemudian menjadi pelopor pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Menjaga kelangsungan ekosistem adalah manifestasinya, mencakup berbagai hal termasuk tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lainya. Mencintai alam adalah dengan mengerahkan sepenuhnya tenaga dan perhatian untuk merawatnya.

Di sekitar kehidupan kita, trend hijrah cukup popular. Semua kalangan ikut berpartisipasi didalamnya, baik orang dewasa, remaja bahkan orang tua. Hal ini karena dipengaruhi oleh munculnya berbagai varian baru dalam berbusana. Ditengah suasana seperti, semua orang pun menjadi ramai berbicara tentang style.

Namun satu hal mereka lupakan, yakni setelah semua bahan pakaian yang mereka kenakan kusam dan tak layak pakai kemana akan mereka simpan. Mungkinkah mereka membawa tumpukan pakaian tersebut ke tempat penampungan sampah untuk didaur ulang, dan cukup bersyukur apabila didonasikan pada mereka yang membutuhkan. Jika tidak, maka hanya akan menambah kejelakan suasana lingkungan.

Pada sisi lain, tingkat ekonomi yang sekarang lumayan naik membuat setiap orang punya rasa untuk memiliki. Dari yang dulunya lahan luas, persawahan dan sebagainya kini menjelma gedung tinggi menjulang, tempat hiburan, alfamart, indomaret dan bangunan lainya.

Bangunan yang berhimpitan tentu menjadi sebuah masalah tersendiri. Selain pada persoalan tingkat lokal, permasalahan global yang perlu ditanggapi serius adalah penggunaan sumber daya secara besar-besaran oleh para pemuja ekonomi. Mirisnya sumber daya tersebut berasal dari hutan, seperi kayu, rotan dan lainya.

***

Apabila kekayaan hutan dimanfaatkan secara besar-besaran dibarengi dengan pengerusakan ekosistem tanpa ada sedikitpun upaya untuk melindungi, maka sudah sewajarnya alam marah pada sifat kebengisan seperti ini. Alam tempat menggantungkan hidup, apabila telah rusak sama saja dengan perlahan  membunuh diri sendiri. Juga menyimpangi tugas mulia manusia sebagai makhluk yang diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk merawat alam.

Baca Juga  Manusia: Sang Penjaga yang Hobi Merusak

Makna khalifah adalah sebagai pengatur, pengelola dan perawat. Sebab makna kata tersebut tidak bolah hanya berhenti pada pemaknaan pemimpin saja. Ruang lingkup yang cukup luan menjadi sau hal yang unik perlu diperhatikan oleh manusia sebagai khalifah dimuka bumi.

Kerusakan ekosistem sungguh sangat memprihatinkan. Membangun pemahaman akan kepedulian pada lingkungan tidak boleh sifatnya sekali jalan, namun harus terus berlanjut serta didampingi secara berkala. Bagaimanapun juga lingkungan dan tempat tinggal yang sehat akan mempengaruhi keberlanjutan hidup kita sebagai manusia. Semakin alam tidak dirawat, bencana akan lebih dekat.

Apabila kita flashback sejenak, mengingat masa-masa kecil dulu. Begiu indahnya alam yang asri, arus sungai lancar, menjadi tempat pemandian bahkan bisa diminum. Hutan gundul, sungai kotor, persawahan tergantikan oleh  bangunan membuat keindahan alam kita semakin perlahan pudar. Itulah gambaranya. Alam, sudah menjadi kewajiban sosial untuk menjaga dan mewariskanya kepada generasi selanjutnya.

Iman Kepada Allah

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. [al-A’râf/7:56].

Penulis tidak bermaksud menambah lagi poin rukun iman dalam bagian rukun iman yang enam. Pikiran ini kemudian memaksa penulis untuk menghadirkan satu bentuk keyakinan lagi, walaupun hal itu telah diatur dalam kitab suci yang diperinci oleh as-sunnah. Potongan ayat tersebut adalah satu gambaran iman yang jelas, sifatnya larangan, bentuknya perintah dan nuansanya menghindari dan tujuanya menolak.

Artinya, ayat tersebut melarang sekaligus memerintahkan kita agar tidak melakukan serangkaian perbuatan yang dapat merusak keindahan alam guna menghindari berbagai macam bentuk bencana alam yang tidak lain semua itu untuk mencapai kemaslahatan hidup.

Iman kepada alam, artinya meyakini dengan sepenuh hati bahwa adalah suatu ciptaan yang luhur tempat manusia hidup dan menggantungkan kehidupan, sehingga apabila tidak menjaga dan merawatnya akan mendapatkan ganjaran berbentuk bencana alam yang dapat merusak tata kehidupan manusia.

Baca Juga  Corona Makin Menyebar, Inilah Seruan Din Syamsudin

Mungkin seperti itulah definisi iman kepada alam yang penulis mengerti. Islam sebagai agama yang kaffah dan mengatur secara universal telah menyuarakan segala bentuk pelarangan terhadap alam, baik secara langsung maupun tidak langsung, terstruktur maupun kulural. Seyognya orang muslim menjadi pelopor sekaligus garda terdepan yang mengkampanyekan hal ini. Sebab melestarikan lingkungan hidup menjadi tanggung jawab sosial dengan memahami kembali landasan-landasan yang mengatur hal itu. Manusia hadir di bumi sebagai penjaga buka perusak, apalagi pemusnah.

Alangkah lebih indahnya kita memahami ajaran ini dengan membentuk pola kerja sama sosial mengadakan bakti sosial, melakukan reboisasi guna menanggulangi hutan gundul, mengupayakan pengawasan yang ketat terhadap hutan mencegah kegiatan pembabatan liar, dan lebih penting lagi berhubung sebagian besar penduduk kita berprofesi sebagai petani maka perlu diaturnya batas-batas lahan yang bisa dibuka untuk pertanian. Memprihatinkan sekali apabila kita telah menyaksikan secara langsung berbagai macam bentuk kerusakan namun enggan turut serta menanggulanginya.

Prinsip-prinsip Dasar Iman kepada Allah

Iman kepada alam haruslah diselaraskan dengan sikap menghormati alam. Motto islam sebagai rahmatan lil ‘alamin hendaknya tidak boleh sampai disitu. Sudah menjadi kEharusan bahwa motto tersebut diusahakan, begitu pula dalam hal mencintai alam. Jadi, sudah sewajarnya islam kemudian menjadi pelopor pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup.

Menjaga kelangsungan ekosistem adalah manifestasinya, mencakup berbagai hal termasuk tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lainya. Mencintai alam adalah dengan mengerahkan sepenuhnya tenaga dan perhatian untuk merawatnya. Setidaknya untuk mengokohkan keimanan kepada alam, harus memenuhi prinsip-prinsip dasarnya, antara lain :

1. Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip tanggung jawab menjadi keharusan dan tanggung jawab moral seorang manusia sebagai khalifah di bumi.  Seorang khalifah tidak berhenti pada tataran kepemimpinan, namun sekaligus menjadi penanggung jawab bumi berserta isinya. Menjaga keberadaan dan kelestarianya adalah salah satu bentuk tanggung jawab uama manusia terhadap alamm mengingat terciptanya alam untuk sebesar-besarnya kepentingan manusia. Oleh karena itu, manusia sebagai satu kesatuan dengan alam wajib pula untuk menjaganya.

Baca Juga  Kenapa Kedatangan Timnas Israel di Indonesia Perlu Ditolak?

2. Prinsip Harmoni

Berkaitan dengan prinsip yang kadua ini, karena mengingat manusia adalah bagian integral yang kedudukanya sama dan sederajat dengan makhluk hidup lain. Hal ini juga berlaku pada alam. Karena saling ketergantungan antara manusia dan alam, maka sudah sepatutnya harus berkolaborasi membentuk satu hubungan harmonis yakni saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).

***

3. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian

Apabila prinsip ini sudah tertanam kuat dalam hati, maka pastilah manusia akan mencintai, menyayangi alam dan seluruh isninya tanpa diskrimanasi dan dominas satu sama lain. Kenyataan ini juga dari satu paradigm bahwa semua makhluk hidup memiliki hak untuk hidup dan dilindungi.

Demikianlah kita berbicara cinta yang tiada hentinya. Hendaklah kita semua saling menjaga demi keutuhan yang lainya. Jikalau manusia yang sempurna adalah yang bermanfaat bagi manusia lainya, maka sudah seharusnya manusia bijak yakni yang mengungkapkan sepenuh kepedulianya kepada sesama makhluk hidup di dunia. Keutuhan cinta bukan dipandang dari keindahan semata, namun merawat keindahan yang sebelumnya ada itulah hakikatnya.

Editor: Azaki Kh
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds