Perspektif

Lockdown Pribadi: Momen Perenungan dan Upgrade Diri

2 Mins read

20 Maret 2020 menjadi tanggal spesial bagi penulis sebagai anak di perantauan. Karena di tanggal tersebut penulis bisa pulang kampung karena kuliah jarak jauh diberlakukan, tentunya pulang kampung saat ini tidak setenang pulang kampung sebelumnya. Apalagi sampai harus lockdown.

Covid-19 sudah menyebar di berbagai daerah se-Indonesia dan sampai saat ini pasien positif sudah memasuki angka 1000-an (27/03). Menjadi sebuah alasan untuk kita semua untuk waspada terhadap virus yang satu ini karena efek yang ditimbulkan akan sangat serius ketika pertahanan diri kita tidak siap bertemu dengan si Covid-19 ini.

Setibanya dikampung halaman, penulis segera melapor ke puskesmas dan dinyatakan ODP. Konsekuensinya adalah karantina selama 14 hari dirumah. Lockdown pribadi, begitulah bahasa kerennya. Bagi sebagaian orang menganggap hal ini adalah kegiatan yang membosankan dan membuat kehidupan tidak produktif. Tapi nyatanya lockdown pribadi adalah ajang bagi peningkatan kapasitas diri juga perenungan. Karena ketika lockdown kita dapat melakukan hal hal berikut.

Beribadah Lebih Maksimal

Mungkin yang sebelumnya sebagai mahasiswa sering tidak melaksanakan salat dhuha dengan alasan bertabrakan dengan jadwal kuliah (sering menemukan alasan ini) ketika lockdown pribadi dapat memaksimalkan ibadah ibadah sunah yang ada.

Sebelumnya amalan yaumiyah yang ditargetkan mungkin ada yang tidak dijalankan. Sekarang ketika posisi lockdown di rumah menjadi prioritas utama dan menjadi sebuah kebiasaan selama lockdown pribadi.

Baca Lebih Banyak Buku

Bagi mahasiswa dengan rutinitas yang padat, yaitu kuliah dan mungkin kegiatan keorganisasian yang menuntut untuk lebih fokus sering melupakan atau lebih radikalnya adalah tidak punya waktu untuk membaca buku lebih banyak dan intens.

Momen lockdown pribadi bagi mahasiswa perantauan merupakan momen yang tepat buat mencintai membaca dan menemukan pacar literasinya yaitu satu buku yang membuat cinta terhadap membaca seperti quotes terkenal Najwa Shihab tentang buku.

Baca Juga  Talisker Bay on the Isle of Skye in Scotland

Akanmenjadi sebuah kebiasaan baik ketika 14 hari dibudayakan membaca buku setiap harinya selama lockdown. Hari ini dengan rebahan kita bisa menyelamatkan Indonesia, besoknya kita selamatkan Indonesia dengan investasi budaya literasi yang kita tanam dari sekarang.

Upgrade Ketahanan Fisik

Bagi mahasiswa yang dengan berbagai macam kesibukan jarang melakukan olahraga. Hari ini di momen lockdown pribadi dapat dimanfaatkan untuk melakukan latihan ketahanan tubuh seperti push up, sit up, jumping jack. Bisa juga melakukan variasi gerakan seven minutes workout di dalam rumah.

Berbagai macam latihan tersebut tentunya dapat menguatkan fisik kita. Setelah masa lockdown kebiasaan tersebut dapat menjadi budaya dalam diri kita untuk membudayakan olahraga. Karena menulis laporan pun butuh kesiapan fisik yang kuat dan hal tersebut sangat dibutuhkan di saat kembali merantau menjadi mahasiswa. Berbagai literatur pun sudah membuktikan manfaat dari berbagai olahraga ketahanan diatas.

Soliditas Berupa Lockdown Pribadi

Tidak semua warga negara Indonesia melakukan lockdown pribadi. Mulai dari yang terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (bukan pekerja kantoran) dan tenaga kesehatan yang saat ini menjadi pahlawan bagi kita semua. Untuk yang masih berkeliaran menuruti nafsu yang tidak dapat dilockdown tidak usah kita bahas. Cukup kita doakan semoga dibukakan hatinya sehingga tidak pencilan dan membuat Indonesia hancur karena korona. Bentuk kesolidan terhadp saudara sebangsa yang saat ini yang masih berjuang sudah banyak dilakukan mulai dari penggalangan dana online maupun bantuan secara fisik lainnya.

Pandemi Covid-19 menjadi sebuah momen yang tepat bagi kita sebagai anak bangsa yang lahir dari DNA kesolidan, sehingga dapat merdeka seperti saat sekarang. Momen yang seharusnya membuat kita merenung apakah ini pertanda kita sebagai bangsa kurang belajar dari sejarah perjuangan Indonesia sehingga makin banyak mafia-mafia yang menumpuk alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan.

Baca Juga  Gus Ulil: Al-Ghazali Tidak Membunuh Filsafat!

Merenunglah bangsaku, DNA kita bukan kapitalis tetapi DNA kita adalah Pancasila. Satu badan, satu rasa, satu Indonesia.

Editor: Nabhan

Avatar
3 posts

About author
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
Articles
Related posts
Perspektif

Tunisia dan Indonesia: Jauh Secara Jarak tapi Dekat Secara Kebudayaan

2 Mins read
“Tunisia dan Indonesia Jauh secara Jarak tetapi dekat secara Kebudayaan”, tetapi sebaliknya “Tunisia dan Eropa itu jaraknya dekat, tapi jauh secara Kebudayaan”…
Perspektif

Gelombang Protes dari Dunia Kampus Menguat, Akankah Terjadi 'American Spring'?

4 Mins read
Pada tahun 2010-2011 terjadi demonstrasi besar-besaran di sejumlah negara Arab. Protes tersebut menuntut pemerintahan segera diganti karena dianggap tidak lagi ‘pro-rakyat’. Protes…
Perspektif

Buat Akademisi, Stop Nyinyir Terhadap Artis!

3 Mins read
Sebagai seorang akademisi, saya cukup miris, heran, dan sekaligus terusik dengan sebagian rekan akademisi lain yang memandang rendah profesi artis. Ungkapan-ungkapan sinis…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *