Perspektif

Forgiveness Therapy dalam Manajemen Konflik Batin

3 Mins read

Manajemen merujuk kepada kata management yang berarti mengelola, mengurus, mengendalikan, mengusahakan, dan juga memimpin. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata manajemen berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.

Secara garis besar dapat diteruskan bahwasannya manajemen termasuk dalam upaya proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Tidak hanya sebuah organisasi bahkan seorang individu harus memiliki skill dalam manajemen.

Pengelolaan manajemen seorang individu dapat dilihat dari berbagai sisi. Di antara sisi-sisi itu adalah kondisi kejiwaan atau kondisi batin seseorang yang tak nampak secara eksplisit, melainkan ditampakan secara implisit. Salah satu yang menarik dalam pembahasan sebuah manajemen adalah pengelolaan batin atau dalam hal ini adalah kejiwaan (psikologi) seorang manusia. Misalnya seseorang dalam memahami dan mengelola hatinya atau manajemen konflik yang seringkali muncul pada diri manusia.

Pengaturan yang dilakukan oleh hati kemudian diteruskan oleh perintah otak. Perintah oak inilah yang kemudian mengggerakan neuron-neuron serta kemudian menjadikan kita tergerak untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan tindakan sesuai dengan keadaan perasaan kita atau yang kita inginkan. Pengaturan ini sebenarnya merupakan penerimaan dari sebagian anggota tubuh. Maka, sebaik apapun perintah otak apabila tubuh dalam keadaan yang tak mendukung maka disini akan terjadi kesalahpahaman.

Sebagian besar manusia di dunia ini adalah manusia yang tak bisa lepas dari berbagai macam konflik. Salah satunya adalah ketidaksinkronan antara perintah otak dan penerimaan dari anggota badan, ini merupakan salah satu dari konflik yang dialami dalam diri manusia secara intern. Konflik merupakan sesuatu yang wajar dan selalu hadir di dalam setiapsendi-sendi kehidupan.

Apabila sebuah konflik kemudian berujung kearah kerusakan (destruktif) maka ada yang salah dari penanganan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Mungkin belum dapat mengantisipasi keadaan yang akan terjadi kedepannya, atau mungkin belum dapat menemukan dinamika yang cocok diterapkan oleh perasaan.

Baca Juga  Panic-gogy, Belajarlah dari Fabel Kancil Vs Siput!
***

Sebagian besar orang menyatakan bahwasannya konflik adalah hal yang harus dihindari, akan tetapi sebenarnya konflik yang kemudian di-manage lalu di kelola dengan baik disertai dengan ide-ide cemerlang dan gemilang, maka sebuah konflik justru akan menjadi sebuah keberuntungan yang sangat baik.

Menurut Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin memakai konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan (preceived divergence of interest) atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara stimulan. Konflik serupa ini juga bisa terjadi oleh siapa saja, dikarenakan manusia sendiri juga memiliki konflik batin yang tentunya setiap satu orang dengan orang lainnya berbeda beda, tergantung dari keadaan tersebut dan tingkat kompleksitas dari konflik itu sendiri.

Manajemen Konflik Batin

Pengelolaan sebuah perasaan seseorang terhadap sebuah peristiwa yang menimpa atau yang akan dihadapi sehingga menjadi peristiwa dari sebagian diri manusia. Bagi setiap individu, tentu saja mempunyai banyak problematika dalam hidup, sehingga sebagian besar keadaan itu memunculkan konflik-konflik yang datang, baik itu konflik sederhana sampai konflik yang sangan kompleks.

Pertama, konflik batin yang dialami secara intern, artinya pengelolaannya terletak pada diri si individu itu sendiri. Karena selain hanya diri sendiri yang mengerti, juga hanyalah manusia itu sendiri yang mampu memahami keadaan psikologis dan apa yang biasanya dilakukan apabila tengah mengalami konflik batin.

Konflik batin yang dialami individu bermacam macam. Ada tipe manusia yang tidak suka dengan sebuah makanan, atau tidak suka dengan sebuah bau, atau tidak suka dengan warna dan bunyi bunyian. Maka, inilah yang dapat dikategorikn dengan konflik batin atau lebih khususnya secara intern. Konflik batin semacam ini hanyalah diri individu itu sendiri yang mampu untuk mengendalikan.

Baca Juga  Menakar Saintisme dan Keterbukaan Pemerintah dalam Penanganan COVID-19

Jika tidak mampu untuk mengendalikan, maka, nantinya juga akan berdampak pada gejala-gejala konflik ekstern. Kenapa begitu? dikarenakan, setiap diri akan memancarkan frekuensi juga terhadap orang lain. Maka dari itulah, setiap diri harus mampu mengelola diri terutama batinnya.

Kedua, Konflik batin yang dialami secara ekstern, artinya ketika ada seseorang yang menyakiti kita atau kita sendiri merasa tersakiti oleh orang itu belum tentu kita yang salah, atau belum tentu pula kita yang benar.

Dikarenakan, ada faktor lain yang mempengaruhi orang tersebut sehingga berdampak pada diri kita dan menjadikan diri kita sebagai objek dalam konflik batin, karena kita pula merasakan sebuah hal yang mungkin dirasakan pula oleh orang itu. Inilah yang disebut sebaai eksternal, artinya faktor faktor yang mempengarui ini berasal dari luar atau orang lain.

***

Konflik batin eksternal ini seringkali menjatuhakan salah satu dari mental individu sehingga menjadikan seseorang rendah diri dihadapan yang lain ataupun menimbulkan rasa lain yang sejenis. Konflik yang terjadi diluar diri (konflik dengan orang lain), dapat menjadi akar masalah bagi terjadinya konflik batin didalam diri, besar pula pengaruhnya terhadap kondisi kejiwaan kita atau batin atau secara general disebut sebagai keadaan psikologis dari seorang individu. Konflik semacam ini dapat kita handle dengan berkaca, muhasabah, serta crosscheck semua hal yang sudah kita lakukan terhadap orang lain juga.

Forgiveness Upaya Menetralisir Konflik Batin

Manajemen konflik batin mengukuhkan konflik tidak selamanya harus dihindari. Adakalanya kita harus bisa membawa diri pada setiap medan yang akan dihadapi, sehingga kita memiliki kemampuan dalam mengatasinya.

Misalnya kita tengah memiliki masalah pribadi, seperti masalah dengan teman satu organisasi atau satu tempat tinggal, berupayalah untuk memecahkan masalah itu sendiri dengan melakukan forgiveness therapy (terapi dengan cara memaafkan) memaafkan diri sendiri dan memaafkan orang lain yang mungkin sudah berbuat tidak sesuai dengan kita, sehingga menimbulkan konflik batin.

Baca Juga  Psychologists Use This Painting To Determine Personality

Bentuk dari forgiveness therapy dapat di terapkan dalam kehidupan sehari hari. Karena hidup dalam masyarakat tak akan lepas dari segala bentuk konflik baik itu konflik batin secara intern ataupun ekstern. Ketika kita sudah menerapkannya dalam kehidupan sehari hari, maka akan kita dapatkan feedback-nya dalam kehidupan kita pula.

Banyak hal yang dapat merubah nasib seseorang, salah satunya dengan manajemen konflik batin ini. Namun, apabila belum didapati suksesnya pengelolaan konflik ini, maka, belum bisa dipastikan dapat merubah nasib kearah yang baik . Apabila dalam pengelolaan konflik ini berhasil, maka akan didapatkan pula feedback yang berhasil.

Editor: Yahya FR
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds