Perspektif

Mempertahankan Benteng Terakhir dari Serangan Covid19

2 Mins read

Perang melawan penyebaran wabah covid19 ini belum berakhir, beberapa ahli bahkan menyebutkan bahwa perang ini baru dimulai, belum mencapai puncaknya apalagi turun, tapi yang jelas korban akibat wabah covid19 ini mulai berjatuhan, baik yang terpapar covid19 maupun yang akhirnya meninggal dunia, semoga yang terpapar sakit akibat terinfeksi covid19 diberi ketabahan dan kuat agar segera lekas sembuh, dan yang meninggal dunia insyaallah syahid dan mendapatkan sorgaNya, amin.

Dalam perang melawan wabah covid19 ini tentaranya adalah kita semua, kita berperang melawati situasi wabah, dengan senjata utama masker, handsanitaizer, sabun cuci tangan, dengan strategi yang dilakukan  menjaga jarak, selalu mencuci tangan, berada di rumah, isolasi mandiri, tidak melaksanakan ibadah secara berjamaah di rumah ibadah dan berbagai protokol kesehatan lainnya.

Benteng pertahanan terakhir kita dalam peperangan ini adalah rumah sakit dengan tentaranya adalah para tenaga medis. Benteng pertahanan ini harus kita perkuat agar tidak ambruk, bisa dibayangkan jika benteng pertahanan terakhir kita ambruk karena banyaknya pasien yang dirawat maka korban akan semakin banyak yang meninggal dunia. Pertanyaannya adalah apa yang perlu kita lakukan untuk mempertahankan benteng terakhir kita?

Dalam group Whatsapp MCCC pusat ibu dokter Eko Rini memberikan rumusan sederhana tentang probabilitas petugas medis terpapar covid19 sebagai berikut

Rumus ini sangat penting, sekali lagi karena petugas medis adalah tentara kita dibenteng pertahanan terakhir dalam peperangan dengan waba covid19 ini, jika banyak tenaga medis yang terpaparan bisa jadi korban meninggal dunia akan semakin banyak.

Rumus tersebut dalam matematika hanya pembagian sederhana tidak terlalu rumit, nilai kemungkinan terpapar akan semakin besar jika pembilang (nilai yang diatas/yang dibagi) besar dan penyebut (nilai yang dibawah/pembagi) kecil, sebaliknya nilai akan semakin kecil jika pembilang kecil dan penyebut besar, sehingga rumus tersebut memberikan kita gambaran semakin besar atau semakin sering tenaga medis kontak dengan pasien dikalikan dengan lamanya kontak dengan pasien covid19 maka semakin besar tenaga medis tertular covid19.

Baca Juga  Malangnya Nasib Ustadz dan Khotib Setelah Masjid Di-Lockdown
***

Apalagi jika imunitas tenaga medis menurun dan tidak ditunjang dengan APD yang baik. Dengan menggunakan logika matematika sederhana, maka kemungkinan tenaga medis tertular covid19 kecil jika kita menurunkan nilai frekuensi kontak dan durasi kontak dengan pasien disisi lain meningkatkan imunitas tenaga medis dan memperbanyak APD yang berkualitas.

Semakin besar nilai imunitas dan kualitas APD maka kemungkinan terpapar semakin kecil. Dengan membaca dan memahami rumus tersebut maka strategi perang kita melawan wabah covid19 ini bisa kita rancang dengan baik terutama bagi kita yang bukan tenaga medis, pertama salah satu cara adalah memperkecil jumlah pasien di rumah sakit agar frekuensi dan durasi kontak dengan pasien kecil, dengan cara menjaga kebersihan hidup kita dan mengikuti protocol kesehatan dengan ketat, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, jangan beropini sendiri apalagi melakukan sesuatu seakan – akan tidak ada masalah padahal bukan ahlinya.

Jika Muhammadiyah sudah memutuskan tidak perlu dulu sholat tarawih berjamaah di masjid selama ada wabah karena ada potensi tertular atau menularkan maka jalankan saja karena keputusan ini tentu sudah mempertimbangkan aspek hukum agama maupun aspek ilmu pengetahuan, kengeyelan kita atas protocol kesehatan baik untuk kegiatan keseharian maupun kegiatan peribadatan adalah pintu awal robohnya benteng terakhir kita menghadapi covid19 ini.

***

Semakin kita taat dengan protocol kesehatan akan semakin kecil nilai pembilang pada rumus diatas. Kedua agar penyebut dalam rumus tersebut bernilai besar yang dapat kita lakukan adalah menyumbang APD (Alat Pelindung Diri) yang baik dan berkualitas kepada rumah sakit.

Saya bersyukur sebagai masyarakat bahu membahu saling membantu untuk menyediakan dan menyumbang APD dan peralatan medis yang lainnya kepada Rumah Sakit ditengah pemerintah kewalahan menyediakan APD. Upaya mensuport rumah sakit adalah bagian untuk membesar bilangan penyebut dan itu artinya bagian dari mempertahankan benteng terakhir kita.

Baca Juga  SD Muhammadiyah Mimika, Sekolah yang Didirikan dengan Penuh Perjuangan dan Keikhlasan

Semua yang saya sebutkan tersebut tentu sebagian besar sudah kita laksanakan akan tetapi perlu usaha yang lebih besar agar laju yang terpapar virus covid19 ini semakin kecil, dan benteng terakhir kita rumah sakit dengan tentaranya para tenaga medis semakin kokoh, dan itu modal besar untuk kita memenangkan peperangan ini.

Editor: Yahya FR
Avatar
6 posts

About author
Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds