Perspektif

Kemalingan di Masjid dan Muslim yang Tidak Islami

3 Mins read

Beberapa waktu lalu terjadi tragedi yang sangat memilukan. Salah satu temannya teman saya kemalingan di masjid. Barang-barangnya berupa laptop, handphone, dan sejumlah buku yang ditaruh di dalam tas hilang ketika dia tengah melakukan salat di masjid. Kejadian yang tidak pernah terpikirkan sama sekali.

Bagaimana mungkin masjid yang menjadi tempat beribadah orang muslim lalu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di dalamnya? Di tempat ini orang-orang menunaikan kewajiban fardu, memohon doa untuk keinginan tertentu, meminta ampun dan seterusnya. Kemudian di antara sekian aktivitas bernilai positif seperti itu rupanya masih ada yang malah melakukan tindak kriminal yang jelas merugikan orang lain demi nafsunya belaka.

Kemalingan di Masjid dan Cerita Rasyid Ridha

Membahas cerita kemalingan di masjid ini, saya teringat sebuah kisah tentang muslim yang tak Islam. Cerita masyhur yang dialami oleh Syekh Rasyid Ridha (salah satu tokoh pembaru asal Mesir) ketika mengunjungi Paris beliau menyatakan raaytul islam waa lam ara al-muslim (aku melihat Islam (di sana) padahal tidak melihat orang muslim).

Pasalnya di tempat itu betapa beliau melihat keasrian negeri, teratur, disiplin, orang-orangnya yang tepat waktu dalam melakukan aktifitas(konsisten) dan lingkungan yang nyaman.

Kemudian beliau membandingkannya dengan Kairo yang berbanding terbalik. Di negeri di mana dia tinggal terdapat pemandangan yang mengganggu seperti sampah yang bertebaran di tempat-tempat, jorok, jam karet, mengganggu ketertiban dan keamanan. Selanjutnya beliau mengatakan raaytu al-muslim waa lam ara al-islam (aku melihat muslim (di sini) dan tidak melihat Islam pada diri mereka).

Dari dua perbandingan yang ditemukan oleh Syekh Rasyid Rida ini dapat dikatakan bahwa kejadian yang dimaksud bukanlah hal yang wajar. Pasalnya perilaku muslim yang seharusnya mencerminkan nilai-nilai islam dari ajaran di dalamnya malah sebaliknya yang terjadi.

Baca Juga  Muhammadiyah Mengharamkan Politik Kekuasaan: Analisa Dokumen PB Muhammadiyah 1937

Sebab Islam sendiri memberikan pedoman nilai bagi ummatnya (muslim) dalam tindak-tanduk keseharian melalui dua pusaka sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Dua pusaka inilah menjadi pedoman dalam tata hidup muslim dalam berislam.

Bukan Islamnya yang Salah

Isyarat ini menunjukkan betapa entitas islam sebagai rahmatan lil alamiin mengalami reduksi makna oleh orang yang mengaku muslim atau barangkali mengaku-ngaku. Yang namanya identitas tidak mutlak bisa mewakili esensi dalam entitas entah karena memang sengaja atau ketidak sengajaan atau ada maksud tertentu. Perilaku yang menyalahi norma yang seharusnya menjadi tatanan nilai berakibat tehadap penilaian buruk pada entitas itu.

Dalam syariat, perilaku mengambil milik orang lain seperti contoh dalam kejadian yang ditimpa oleh teman dari teman saya di atas adalah dilarang. Tetapi kenapa kemudian perkara yang dilarang ini malah dilanggar, di lingkungan tempat melakukan ibadah dan mendekatkan diri dengan tuhan lagi. Siapa yang salah?

Atau dalam contoh kejadian di dua negara yang berbeda dengan penganut agama yang berbeda dan berbanding terbalik itu. Padahal Islam dan muslim maklum dicirikan dengan agama yang rahmatan lil alamin. Sekali lagi rahmat untuk semua alam entah terhadap sesama manusia, binatang, dan semuanya di alam ini.

Ini bukan Islamnya yang salah. Jelas. Sebab Islam adalah benda mati yang tidak bisa bertindak apa-apa kecuali ada siapa. Yang keliru adalah muslimnya itu. Tanpa melihat latar belakang agama pun hal semacam ini jelas sesuatu yang menentang sebab merugikan orang lain. Apalagi jika oknumnya adalah si muslim sendiri.

Ini adalah ironi. Menurut Prof. Azyumardi Azra bahwa tantatangan bagi muslim di sejumlah negara adalah hidup secara Islami dengan sejati. Hal ini disampaikannya dalam diskusi buku “Dunia Barat dan Islam: Cahaya di Cakrawala” di Jakarat sebagaimana dimuat di harian Republika.co.id (29/10).

Baca Juga  Pancasila Bukan Musuh Agama!

Mewujudkan Rahmatan Lil ‘Alamin

Hal ini disampaikannya sebgai kritik untuk umat Islam sendiri bagaimana agar bisa semakin sadar tentang ajaran islam secara menyeluruh. Terdapat banyak perilaku mulai dari yang remeh-temeh sehingga ini menjadi kebiasaan mereka dalam pola perilaku kesehariannya bahkan dalam hal-hal yang tidak biasa.

Seperti buang sampah sembarangan padahal rajin ibadah, hingga tindak perilaku korupsi padahal ia muslim, atau mencuri padahal di tempat suci.

Islam sebagai agama yang bersih, baik, dan rahmatan lil alamin haruslah benar-benar kita visualisasikan dalam bentuk sikap dan pekerjaan. Bagaimana berperilaku dengan orang lain, bersikap dengan siapapun dia hingga hal sederhana misalnya menjaga lisan dari mengucapkan sesuatu yang menyakitkan orang lain.

Jika terhadap sesuatu yang remeh sudah bisa menerapkan sikap kehati-hatian besar kemungkinan untuk hal yang ebih berat akan bisa mengendalikannya dengan bijak. Sehingga cita-cita untuk bisa menjadi muslim yang hidup secara Islami dan sejati bisa terwujudkan.

Tidak hanya muslimin sendiri yang merasakan rahmat tetapi siapun itu dan semuanya. Sebagaimana masyhur bahwa islam adalah rahmatan lil alamiin. Lah dalam kejadian kehilangan barang di atas malah si muslim sendiri yang sedang melakukan ibadah malah barang-barang berhaganya hilang. Mari kita saling mengingatkan dan berbenah diri.

Editor: Nabhan

Avatar
3 posts

About author
Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Alumni PP. Darul Ulum Banyuanyar.
Articles
Related posts
Perspektif

Secara Historis, Petani itu Orang Kaya: Membaca Ulang Zakat Pertanian

3 Mins read
Ketika membaca penjelasan Profesor Yusuf Al-Qaradawi (rahimahullah) tentang zakat profesi, saya menemukan satu hal menarik dari argumen beliau tentang wajibnya zakat profesi….
Perspektif

Apa Saja Tantangan Mengajarkan Studi Islam di Kampus?

4 Mins read
Salah satu yang menjadi persoalan kampus Islam dalam pengembangan kapasitas akademik mahasiswa ialah pada mata kuliah Islamic Studies. Pasalnya baik dosen maupun…
Perspektif

Bank Syariah Tak Sama dengan Bank Konvensional

3 Mins read
Di masyarakat umum, masih banyak yang beranggapan bahwa Bank Syari’ah tidak memiliki perbedaan nyata dengan Bank Konvensional. Mereka percaya bahwa perbedaan hanya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *