Feature

Tuduhan IBTimes.ID sebagai Mazhab Baru

4 Mins read

Ada yang bilang bahwa IBTimes.ID adalah website siluman. Selalu membawa bendera Muhammadiyah, tetapi tidak bertujuan baik dalam mengembangkan wawasan kemuhammadiyahan.

IBTimes Website Siluman?

Kalau disebut sebagai website siluman, IBTimes.ID mempunyai susunan redaksi yang jelas. Berikut adalah tim redaksinya: Chief Executive Officer (CEO): Azaki Khoirudin, Editor in Chief: Mu’arif, Executive Editor: Nabhan Mudrik Alyaum & Yahya Fathur Rozy, Editorial Board: Hasnan Bachtiar, Wahyudi Akmaliah, & Fauzan Anwar Sandiah, Graphic Designer: Galih Qoobid Mulqi, Web Master: Ahmad Basyiruddin.

Jadi bukan media siluman. Karena jelas punya tokoh penanggung jawab di balik IBTimes.ID. Media siluman itu, media yang tidak ada penanggung jawabnya secara jelas alias yang tidak mencantumkan pengelola atau redaksinya siapa saja di website tersebut.

IBTimes Membawa Bendera Muhammadiyah?

Soal IBTimes.ID yang membawa bendera Muhammadiyah kayaknya yang menuduh kurang paham tentang media ini. Sebab dari namanya saja, IBTimes.ID, jelas-jelas tidak ada Muhammadiyahnya sama sekali. Jadi hanya memuat beberapa tulisan tentang Muhammadiyah, saya kira wajar seperti media lain juga memuat tema-tema Muhammadiyah.

Malah saya sendiri heran, si penuduh ini menggunakan nama akun pribadinya secara eksplisit menggunakan nama “Syarah Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah” padahal dia sendiri bukan pengurus Majelis Tarjih. Apa otoritas dia membuat syarah? Sudahkah dapat izin resmi dari Muhammadiyah khususnya Majelis Tarjih?

Jadi, paham kan, siapa sebenarnya yang membawa-bawa bendera Muhammadiyah untuk kepentingan pribadinya?

Kemudian dibilang IBTimes.ID tidak memiliki komitmen, tetapi justru melanggengkan tujuan misi secepatnya menggunakan kendaraan Muhammadiyah. Hanya memakai kebesaran Muhammadiyah, tetapi tidak komitmen terhadap Muhammadiyah. Sekali lagi, IBTimes.ID tidak menggunakan nama atau identitas Muhammadiyah sama sekali.

Nah, di sini saya jadi tambah heran, apakah orang ini betul-betul sudah membaca konten-konten IBTimes.ID secara keseluruhan? Sungguh, saya ragu dengan orang ini. Karena menurut saya, banyak artikel di media ini berisi tentang komitmen terhadap Muhammadiyah, lebih membawa dakwah yang moderat diterima oleh kalangan sebagai umat pertengahan.

Baca Juga  Da'i Agama yang Nir Adab

Artikel IBTimes: Suara Islam Sumbang?

Selanjutnya dibilang bahwa artikel yang diposting di IBTimes.ID adalah suara Islam dan Muhammadiyah yang sumbang. Bukan suara Islam dan Muhammadiyah yang sebenarnya. Tulisannya justru mengkritik Muhammadiyah sendiri dan tajam ke salafi.

Mengkritik Muhammadiyah bukan berarti menjelekkan. Bisa jadi memang ada beberapa pengalaman para penulis yang aktif di lapangan, sehingga merasa perlu memberikan saran dan masukan untuk dakwah Muhammadiyah agar lebih berinovasi, selangkah lebih maju dari pada gerakan Islam lain. Itulah gerakan tajdid, selalu melakukan refleksi kritis untuk pembaruan dan perbaikan?

Ada lagi tuduhan, IBTimes.ID dikendarai orang banyak, memperjuangkan paham IBTimes.ID yang merasa paling benar. Padahal, paham IBTimes.ID adalah pemikiran yang punya “radikalisme tulisan.” Sesuai definisinya, radikalisme tulisan adalah mencurahkan hasil pemikiran sentimen yang ditujukan kepada kelompok tertentu, artikelnya rasa sentimen bukan intelektual.

Sependek pengetahuan saya, sekritis-kritisnya warga Muhammadiyah itu tidak pernah menghina paham Islam lain. Kalau pun harus mengkritik, itu pun agar bisa saling terbuka. Makanya, saran saya, kalau hendak memberi kritikan baiknya melalui tulisan. Seandainya dibalas dengan tulisan, ya monggo, agar literasi menjadi lebih hidup. Kalau cuma mengritik lewat omongan ya tidak sebanding lah.

IBTimes Anti-Salafi?

Dikatakan para penulis IBTimes.ID referensi berfikirnya dari pemikiran anti Salafi. Radikalisme tulisan tersebut menggiring umat Islam untuk lebih menyesatkan, menghalalkan imam shalat wanita seolah-olah agar kelihatan peduli dengan wanita. Menjadi corong tapi tidak berkontribusi terhadap Islam.

Menurut saya, mungkin lebih tepatnya bukan anti salafi, tetapi ingin membedakan bahwa gerakan Muhammadiyah itu beda dengan Salafi. Kita tentu tahu banyak kader Muhammadiyah justru tidak paham dengan Ustadznya sendiri, justru mendengarkan Ustadz dari salafi. Bahkan referensi pendapat bukan dari HPT justru Ustadz-ustad salafi. Ini jelas bermasalah.

Baca Juga  Makna Sebenarnya Diinul Qayyim

Kemudian, si penuduh menyebut rata-rata artikel yang berisi tentang Wahabi tidak ada referensinya. Ini disebut “Mazhab IBTimes” seperti menggiring opini yang menghalalkan pemikiran Syiah. Mazhab radikalis tulisan ala IBTimes, tulisannya ditujukan kepada kelompok tertentu, isinya hanya sentimen bukan nilai intelektual. Merasa seneng kalau mengobok-obok umat Islam yang pada akhirnya jadi panutan orang liberal.

Menurut saya, mungkin bukan tidak ada referensinya, lebih tepatnya kita memang beda konsep apa itu Wahabi. Jelas saja menuduh bahwa media ini sering sentimen terhadap Wahabi. Definisi tentang Wahabi antara penulis-penulis IBTimes.ID dengan yang lain mungkin beda, atau jangan-jangan di kamu apa dan di IBTimes.ID apa definisi soal Wahabi.

IBTimes Mazhab Baru?

Tuduhan masih berlanjut. Menurut dia, menggunakan media-media untuk menyebarkan “Mazhab IBTimes,” mazhab tersebut tidak menunjukkan komitmen terhadap Islam. Entah mau membawa umat Islam ke arah mana. Banyak yang gusar dengan adanya IBTimes, selalu puas dan senang mengobok-obok umat Islam.

Saya tegaskan, media online memang untuk menyebarkan tulisan dari beberapa dan berbagai penulis. Di Muhammadiyah kan jelas tidak memilih salah satu mazhab. Semua diambil pendapatnya dan ditarjihkan. Kok bisa-bisanya menuduh media ini menjadi sebuah mazhab? Kalau pun jadi mazhab, asalkan ada pendiri mazhab, ada yang mengikuti, ada manfaat untuk umat Islam, itu bisa disebut mazhab baru.

Selanjutnya, Mazhab IBTimes.ID dituduh membenci salafi dari beberapa artikelnya, padahal Muhammadiyah tidak membenci salafi. Tulisannya hanya ingin sesuai Mazhab IBTimes saja dan merasa itu paling benar. Yang diinginkan tulisan yang kontroversi di Muhammadiyah. Sekarang sudah ada kelompok yang membendung Mazhab IBTimes tersebut.

Sekali lagi saya tegaskan, bukan membenci salafi, jangan-jangan konsep di kamu apa dan konsep para penulis IBTimes.ID apa soal Salafi atau beda definisi. Jelas saja ada pro dan kontra karena kita memang beda konsep. Harap dipahami betul-betul ya.

Tuduhan yang sangat sarkas, tokoh-tokoh di belakang Mazhab IBtimes itu dianggap corong ke liberalisasi Islam. Ingin melepas Islam dari para ulama, hanya Mazhab IBTimes yang benar. Tarjih dikutip hanya yang sesuai dengan tujuan media ini.

Baca Juga  Buya Hamka: Ruh Penyemangat Perjalanan Intelektual

Haduh! Mungkin kita memang beda konsep soal Muhammadiyah sebagai umat tengahan. Yang Muhammadiyah kiri menuduh konsep kanan sebagai salafi. Sementara Muhammadiyah kanan menuduh yang kiri itu Liberal.

Hal ini, menurut saya, karena posisi Muhammadiyah yang memang bersikap tengahan, karena khair al-umur awsatuha (sebaik-baik urusan ialah yang bersifat tengahan). Prof. Haedar Nashir dalam bukunya, Memahami Ideologi Muhammadiyah (2016: 48), menulis, “Mungkin bagi yang terbiasa di kanan atau di kiri, posisi di tengah itu dinilai tidak jelas, padahal jelas yakni berposisi di tengah.”

Editor: Arif

13 posts

About author
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nusantara Bekasi | Warga Muhammadiyah
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds