Tajdida

Gen Humanis Muhammadiyah: Menapaki Jejak KH. Ahmad Dahlan

3 Mins read

Menurut KBBI, humanis artinya orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas-asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat manusia. Penulis teringat ketika aktif di salah satu organisasi otonom Muhammadiyah.

Di organisasi otonom tersebut ada istilah Tri Kompetensi Dasar, yaitu Intelektual, Religius, Humanis. Bagi yang pernah aktif di organisasi tersebut pasti tidak asing dengan istilah itu, minimal pernah baca ataupun mendengarnya. Untuk kali ini, penulis fokus ke humanis.

KH. Ahmad Dahlan dan Surah Al-Ma’un

Suatu ketika, KH. Ahmad Dahlan mengajar para muridnya tentang Surah Al-Ma’un secara berulang-ulang, kemudian muridnya ada yang protes, “Kenapa kyai selalu berulang-ulang dalam menjelaskan Surah Al-Ma’un?”, tanya muridnya. Kemudian KH. Ahmad Dahlan menjawab sekaligus bertanya, “Apakah kalian sudah mempraktikkan makna dari Surah Al-Ma’un tersebut?”

Di dalam Surah Al-Ma’un dijelaskan bahwa orang yang mendustakan agama yaitu orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Celakalah orang yang salat dalam keadaan lengah, tidak menyadari gerak dan bacaannya dalam salat. Termasuk golongan celaka juga orang yang ria dalam mengerjakan amal kebajikan dan orang-orang yang tidak mau meminjamkan atau memberikan barang yang tidak diperlukannya, tetapi orang lain sangat memerlukannya.

Ajaran tersebut sangat familiar di kalangan Muhammadiyah yang biasanya dikenal dengan istilah Teologi Al-Ma’un. Maka tidak heran jika KH. Ahmad Dahlan lebih dikenal dengan julukan Man Of Action dengan berbagai macam gerakan-gerakan sosialnya, baik itu di bidang pendidikan maupun kesehatan, sehingga melahirkan beberapa hal, seperti penolong kesengsaraan oemoem, panti asuhan, panti jompo, dan lain sebagainya. Jika diibaratkan tubuh manusia, maka Muhammadiyah memiliki Gen Sosial.

Nalar yang digunakan dan dirawat Mbah Dahlan dan Generasi Muhammadiyah al-awwalun adalah nalar altruisme. Nalar, di mana logika sehat digunakan untuk mendorong tindakan atau gerakan yang berorientasi pada kepentingan orang banyak (umat) dibandingkan kepentingan diri sendiri demi kepentingan orang banyak (umat).

Baca Juga  Menyoal Sikap Eksklusif dalam Beragama

Istilah altruisme pertama kali diperkenalkan oleh bapak sosiologi, Auguste Comte. Merujuk Walstern dan Piliavin (Deaux, 1976), perilaku altruistik adalah perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat sukarela dan tidak berdasarkan norma-norma tertentu. Tindakan tersebut juga merugikan penolong, karena meminta pengorbanan waktu, usaha, uang, dan tidak ada imbalan ataupun reward dari semua pengorbanan (Dahnil Anzar Simanjuntak: 2015, hal. 239).

Perilaku sosial KH. Ahmad Dahlan tersebut turun-temurun hingga saat ini. Gerakan-gerakan sosial Muhammadiyah yang berkontribusi untuk masyarakat sudah tidak terhitung jumlahnya, baik masa KH. Ahmad Dahlan maupun sepeninggal KH. Ahmad Dahlan. Walaupun ada perbedaan, itu karena dinamika perkembangan zaman.

Gerakan Trisula Muhammadiyah

Menurut Hajriyanto Y. Tohari, selama satu abad, Muhammadiyah memiliki gerakan trisula lama, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sudah dianggap bagus. Misalnya, Muhammadiyah kini sudah mempunyai banyak rumah sakit besar dan mendirikan 174 perguruan tinggi, yang 30 diantaranya adalah universitas besar. Pada perjalanan abad kedua ini, Muhammadiyah membuat trisula gerakan baru.

Trisula gerakan baru Muhammadiyah yaitu:

Sila pertama yaitu dengan menjalankan Lazismu. Dengan dana umat tersebut, Muhammadiyah bisa lebih mandiri dalam melakukan pemberdayaan masyarakat.

Sila kedua adalah gerakan volunterisme, dengan membentuk lembaga penanggulangan bencana. Dalam hal ini, Muhammadiyah mendirikan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Tugasnya adalah memberikan bantuan penanggulangan ketika terjadi bencana alam. Bukan hanya ketika darurat, tetapi juga sampai rekonstruksi pembangunan manusia setelah masyarakat mengalami bencana.

Sila ketiga Muhammadiyah yang baru yaitu pemberdayaan masyarakat dengan didanai oleh Lazismu. Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) akan bergerak di kalangan petani, nelayan, dan buruh. Muhammadiyah akan melakukan pendampingan pertanian dan lain-lain, terutama di daerah pelosok (Republika: 2017).

Baca Juga  Empat Alasan Muktamar Solo Ditunda

Gerakan Muhammadiyah dalam Menghadapi Pandemi

Sejak WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi dunia, banyak ormas maupun komunitas di Indonesia yang berlomba-lomba dalam melakukan gerakan-gerakan sosialnya untuk turut serta berkontribusi dalam membantu penanganan Covid-19. Gerakan-gerakan seperti itu sudah menyatu dengan napas Muhammadiyah, seperti yang saya sebutkan di atas jika diibaratkan tubuh maka Muhammadiyah memiliki Gen Sosial.

Dalam menyikapi pandemi Covid-19 di Indonesia, Muhammadiyah mendirikan tim khusus yang diberi nama Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), dengan Lazismu  sebagai penghimpun dan penyalur dana, serta mengoptimalkan ratusan rumah sakit dan mengerahkan kader-kadernya untuk menjadi relawan.

Melalui jaringan kantor layanan yang sudah mencapai tingkat Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), bahkan ada yang tingkat ranting (PRM), Lazismu mampu menghimpun kekuatan filantropi warga Muhammadiyah. Selain Lazismu, tidak ketinggalan pula peran serta amal usaha Muhammadiyah (AUM) juga memberi kontribusi signifikan dalam kerja-kerja penanganan Covid-19. Berkat dukungan dari kekuatan internal tersebut, hingga kini kerja-kerja penanganan Covid-19 masih terus berjalan.

“Berdasarkan update terbaru hingga tanggal 9 Juni pukul 16.00 WIB, telah mendistribusikan dana sebanyak Rp. 156.059.897.393, total penerima manfaat sebanyak 3.275.592 jiwa. Dalam bidang kesehatan yang menjadi domain utama penanganan wabah Covid-19, hingga kini tercatat 77 Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) yang merawat pasien Covid-19 dengan jumlah kasus yang ditangani yaitu ODP 3343, PDP 1960 dan positif 352.” (Muhammadiyah Covid-19 Command Center: 2020).

Selain dari internal Muhammadiyah, dari eksternal juga mempercayakan bermitra dengan Muhammadiyah, seperti perusahaan, lembaga keuangan, komunitas dan lain sebagainya. Salah satunya adalah musisi maestro jawa yaitu Didi Kempot (Alm). Di akhir hayatnya, ia sempat mengadakan konser amal peduli covid-19 yang bekerja sama dengan sobat ambyar dan ditayangkan di Kompas TV. Ia kemudian menyumbangkan ke Lazismu senilai Rp. 2.122.000.000. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, semoga segala amal kebajikannya diterima di sisi Allah SWT dan segala kesalahannya diampuni Allah SWT.

Baca Juga  Mengapa Saya Memilih Islam Progresif?

Semoga pandemi ini segera berakhir, dan kita bisa beraktivitas seperti sedia kala. Mari kita taati peraturan pemerintah sesuai protokol kesehatan.

Editor: Lely N

Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *