Report

Riset: Pelajar Merasa Belajar di Rumah Tidak Efektif

3 Mins read

Sejak pertama kali kasus positif Covid-19 di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020, tren kasus positif terus meningkat. Hingga kemudian pada 16 Maret 2020 sebagian besar sekolah dan kampus di Pulau Jawa ditutup, termasuk D.I Yogyakarta, disusul dengan kebijakan serupa seantero Indonesia. Pembelajaran pun dipindah dari pembelajaran di kelas menjadi belajar di rumah dengan kegiatan belajar mengajar lewat media daring (online) dan pelajar merasakan dampak belajar di rumah.

Fenomena ini menjadi pendorong Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah D.I Yogyakarta (PW IPM DIY) melakukan riset melalui Google Form terhadap pelajar dan mahasiswa di sekitar DI Yogyakarta. Hasil riset lalu dipublikasikan dengan judul Persepsi Belajar di Rumah Menurut Pelajar dan Mahasiswa DIY.

Pengumpulan data melibatkan basis massa IPM, yaitu pelajar-mahasiswa yang diasumsikan berada pada rentang usia 12-24 tahun. Pengumpulan data ini dilakukan pada 1-16 April 2020 dengan jumlah responden 154 pelajar dan mahasiswa se-DI Yogyakarta dengan tingkat kepercayaan 95%.

Pelajar dan Belajar di Rumah

Berdasarkan riset ini, mayoritas responden merasa bahwa belajar dari rumah belum terlalu efektif. Hanya 7,8% merasa belajar dari rumah efektif, sementara itu 57,1% responden merasa cukup efektif, dan sebanyak 35,1% merasa tidak efektif.

Hasil ini disebabkan berbagai faktor, mulai dari minimnya interaksi antara pengajar dan siswa/mahasiswa hingga penjelasan yang tidak memadai saat pembelajaran via daring. Selain itu, persoalan paket data menjadi daftar selanjutnya yang membuat efektivitas belajar dari rumah tidak terlalu memadai.

Selanjutnya, mayoritas responden (63%) merasa bahwa mereka tidak dapat memahami materi pelajaran atau mata kuliah melalui pembelajaran daring dibandingkan dengan pertemuan tatap muka di sekolah atau kampus. Terhitung hanya 22% responden yang merasa bisa memahami materi lebih baik saat pembelajaran daring.

Baca Juga  Syamsi Ali Mendirikan Pesantren Pertama di Amerika

Responden merasa bahwa guru/dosen dalam pembelajaran daring tidak dapat menjelaskan materi secara memadai. Selain itu, akses internet juga menjadi persoalan setelah kurang memadainya penjelasan oleh guru/dosen.

Belajar di Rumah Tidak Efektif

Riset ini secar garis besar menyajikan sudut pandang pelajar akan kebijakan belajar dari rumah. Pelajar merasa bahwa belajar di rumah tidak atau sekurang-kurangnya belum efektif diterapkan. Ketidakefektifan belajar dari rumah dianggap muncul dari guru/dosen yang belum sepenuhnya menguasai pembelajaran jarak jauh. Tentu ini dapat dipahami karena guru/dosen kebanyakan merupakan generasi X atau lebih dari itu, hanya sebagian kecil yang tergolong generasi Y/milenial.

Namun, tentunya dalam keadaan serba terbatas keadaan ini tidak dapat diterima begitu saja karena pendidikan harus terus berjalan. Jika dibedah, pelajar pun membeberkan celah-celah yang dapat disempurnakan ke depan. Terutama karena belajar dari rumah harus terus dilakukan setidaknya hingga akhir 2020.

Diskusi

Pembelajaran yang dilakukan perlu menambah frekuensi dan kualitas diskusi. Hal ini dilakukan untuk menjaga interaksi guru/dosen dengan para pelajar dan mahasiswa juga meningkatkan kemungkinan pelajar/mahasiswa memahami materi. Berdasarkan hasil riset ini, rata-rata pelajar merasa ruang diskusi dan tanya jawab sangat minim sehingga membuat pelajar/mahasiswa tidak dapat memahami materi dengan baik.

Penugasan

Cukup banyak pelajar yang merasa penugasan terlalu banyak dan memberatkan. Hal ini pun secara umum sama dengan fakta di lapangan, rata-rata pelajar dan mahasiswa mengeluhkan penjelasan yang kurang namun penugasan terlalu berat. Jamak menjadi keluhan bahwa pemadatan pembelajaran diterapkan sehingga ujian dan penugasan sangat menyita waktu para pelajar dan mahasiswa. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian khusus.

Akses dan Jaringan

Pembelajaran jarak jauh secara umum dapat berjalan di banyak wilayah se-Indonesia, terkhusus DIY. Namun, masih ada sebagian insan pendidikan yang kesulitan menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh karena kesulitan akses pada teknologi maupun jaringan yang tidak cukup kuat. Hal ini lazim terjadi di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan. Selain itu, faktor ekonomi pun menjadi penghalang.

Baca Juga  Perempuan Haid Boleh Puasa

Sebagian kampus/sekolah telah mengatasi halangan terkait faktor ekonomi terutama dalam hal kuota dan pulsa. Skema-skema tersebut pun dapat ditiru oleh sekolah-kampus yang belum menerapkan. Namun, faktor minimnya teknologi dan jaringan seluler serta internet menjadi PR bersama di dunia pendidikan yang perlu dicarikan solusi demi keberlangsungan pembelajaran jarak jauh.

***

Belajar dari rumah merupakan pilihan yang mau tidak mau harus kita ambil. Siap tidak siap, belajar di rumah harus diterapkan demi keselamatan pelajar, mahasiswa, maupun para pendidik dan penyelenggara pendidikan. Karena itu, belajar dari rumah meskipun saat ini masih banyak kekurangan perlu terus-menerus dibenahi.

Pada akhirnya, riset ini tidak dilakukan untuk menyudutkan pihak-pihak tertentu, terlebih lagi saling menyalahkan. Riset ini dilakukan untuk memberikan perspektif pelajar dan mahasiswa yang juga merasakan dampak dari perubahan karena pandemi. Sehingga, diharapkan belajar dapat diperbaiki seiring berjalannya waktu dengan memperhatikan seluruh pihak yang merasakan dampak pandemi.

Reporter: Nabhan

Avatar
20 posts

About author
Mahasiswa UGM. CEO IBTimes.ID
Articles
Related posts
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *