Perspektif

Menemukan dan Mengkaji Manuskrip

2 Mins read

Sebelum tradisi cetak mencetak muncul pada abad ke -19, para penulis masih menulis dengan menggunakan bahan-bahan seadanya. Kemudian para penulis menuliskannya diatas pelepah pisang, kulit binatang, daun, dan lain sebagainya. Waktu yang dibutuhkan para penulis pada waktu itu bisa di bilang cukup lama, yaitu antara sebulan, dua bulan, berbulan-bulan, bahkan  bertahun-tahun. Seiring dengan perkembangan zaman, hasil yang sudah ditulis oleh para penulis terdahulu kemudian menjadi sebuah teks naskah kuno yang biasa disebut dengan manuskrip.

Tulisan tersebut bisa dikatakan menjadi sebuah manuskrip kuno apabila umur tulisannya sudah mencapai 50 tahun. Tulisan manuskrip yang sudah mencapai umur 50 tahun biasanya tersimpan didalam museum seperti museum nasinonal, perpustakan nasional, dan tempat kebudayaan daerah.

Didalam tulisan manuskrip kuno biasanya teks berisi tentang nasihat-nasihat orang terdahulu, adat istiadat, kebudayaan, tradisi orang dahulu, hadist-hadist nabi, sejarah pada masa nabi, dan  lain sebagainya. Cara kita untuk mendapatkan manuskrip kuno bukanlah suatu hal yang sangat mudah seperti membalikan kedua telapak tangan melainkan suatu hal yang sangat rumit dan sulit untuk dikerjakan karena selain kita langsung terjun ke masyarakat kita juga perlu memahami isi teks manuskriop tersebut.

Filologi dan Kodikologi

Dalam mempelajari manuskrip kuno, terdapat dua cabang ilmu yang tidak dapat dipisahkan yaitu filologi dan kodikologi.  Secara umum dua cabang ilmu ini memiliki peran yang berbeda akan tetapi tujuannya sama yaitu menjaga dan melestarikan tulisan manuskrip kuno. Peran filologi dalam manuskrip ini yaitu menjaga teks yang ada di dalam manuskrip agar tetap utuh. Sedangkan peran kodikologi lebih kepada bahan, bentuk, dan keadaan (fisik) manuskrip tersebut.

Menurut ahli filolog, Oman Fathurahman, pada saat ini sudah banyak manuskrip kuno yang sudah ditemukan akan tetapi masih sangat sedikit yang mengkaji dan mempelajarinya. Bahkan jarang sekali orang tertarik dan memiliki minat dalam mempelajari manuskrip kuno. Sehingga masih banyak manuskrip kuno yang belum dikaji dan dipelajari secara mendalam. Bahkan manuskrip-manuskrip tersebut masih tersimpan baik di dalam museum.

Baca Juga  Bagaimana Hukum Memakai Baju yang Ada Tulisannya Saat Salat?

Contoh Manuskrip

Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca di situs daring www.lektur.kemenag.go.id tentang naskah kuno yang berisi beberapa teks berupa kumpulan kitab dengan berbagai tema. Naskah ini disusun oleh Abdullah bin Abdul Qohar Al-Bantani. Beliau adalah salah satu tokoh besar dalam tarekat syatariyah dan berpaham al-Maturidi dari Nusantara. Naskah ini adalah naskah asli yang berasal dari Pontang, Kabupaten Serang. Naskah ini memiliki ukuran 20,6 x 27,9 cm, dengan tebal naskah 2 cm. Ukuran teks naskah 14 x 23 cm, dengan ukuran huruf 0,9 cm. Margin Recto: kiri 2 cm, atas 3-3,5 cm, kanan 4,5 cm dan bawah 3-3,3 cm; sedangkan Margin Verso; kiri 4,5 cm, atas 3-3,5 cm, kanan 2 cm dan bawah 3-3,3 cm.

Isi naskah ini berbahasa Arab dan Jawa, ditulis dengan aksara Arab menggunakan khat Naskh. Tulisannya berwarna hitam dan merah, di tulis diatas bahan kertas Eropa berwarna coklat. Naskah ini terdiri dari 19 teks, dengan jumlah halaman 180, setiap halaman berjumlah 7 baris. Kemudian terdapat 9 kuras dengan 19 halaman per kurasnya. Naskah ini tidak terdapat kata Alihan, namun terdapat kolofon di halaman 138. Tahun penulisannya tidak disebutkan.

Keadaaan fisik naskah sudah sedikit rusak namun masih terbaca. Sampul sudah tidak ada, tapi  dijilid dengan benang. Didalam naskah ini terdapat watermark berupa perisai bunga tulip  yang terletak ditengahnya serta mahkota dan propatria. Kemudian terdapat juga countermark bertuliskan “JH ONIC & ZOONEN”. Secara ringkas, naskah ini terdiri dari 19 teks dengan berbagai tema pembahasaan.

Salah satu tema yang terdapat didalam manuskrip ini yaitu membahas tentang maqam yang sebelas. Adapun maqam yang sebelas antara lain yaitu:

  1. Maqam al-qalbu (Hati)
  2. Maqam al-ruh (maqam ruh)
  3. Maqam al-sirr (maqam rahasia)
  4. Maqam al-Khafi (maqam tersembunyi)
  5. Maqam al-anfs (maqam jiwa)
  6. Maqam al-‘aql (maqam akal)
  7. Maqam al-jabarut (maqam asma’ Allah dan sifat-sifatnya)
  8. Maqam al-malakut (maqam yang terdiri dari akal dan jiwa)
  9. Maqam al-lahut (maqam ketuhanan)
  10. Maqam al-nasut (maqam yang terdiri dari alam tubuh dan makhluk)
  11. Maqam al-mahmud (maqam terpuji) yaitu maqam al-muraqabah (maqam terdekat dengan tuhan) dan maqam al-musyahadah (maqam penyaksian)
Baca Juga  Menyemai Islam Humanis Bukan Islam Fanatis

Apabila sudah mencapai maqam-maqam tersebut dan berhasil kekal bersama Allah maka tercapailah apa yang dicari. Walllahu ‘alam bish-shawab.

editor: Yusuf R Y

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds