Inspiring

M. Natsir: Perjalanan Seorang Negarawan

3 Mins read

Muhammad Natsir lahir pada 17 Juli 1908 di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat. Putra dari pasangan Mohammad Indris Sutan Saripado dan Khadijah. Ketika masih kecil, beliau dan keluarga hidup di rumah Sutan rajo Ameh, seorang saudagar kopi yang terkenal di sana. Natsir memiliki tiga saudara kandung bernama Yukinan, Rubiah, dan Yohanusun.

Jabatan akhir ayah beliau adalah sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakek beliau adalah seorang ulama. Kelak Natsir menjadi pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datok Sinaro nan Panjang.

Pendidikan Muhammad Natsir

Muhammad Natsir Mulai mengenyam pendidikan selama dua tahun di sekolah rakyat Minanjau. Kemudian melanjutkan sekolah ke Hollandsch-Indandasche-School (HIS) adabiyah di Padang. Setelah beberapa bulan sekolah disana, Natsir kemudian pindah ke madrasah Diniyah di Solok tahun 1916 dan dititipkan di rumah saudagar yang bernama Haji Musa.

Ketika siang hari, Natsir belajar di HIS dan malamnya di madrasah Diniyah. Tiga tahun kemudian, beliau kembali ke HIS bersama kakak-kakaknya. Pada tahun 1923, melanjutkan pendidikan di Meer Uitgedried Leger Onderwijs (MULO). Kemudian bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Pandu Nationale Islamietiche Pavinderij dan Jong Islamieten Bond.

Setelah lulus dari MULO, Muhammad Natsir pindah ke Bandung untuk belajar di Algemeene Middlebare School (AMS) dan tamat pada tahun 1930. Dari tahun 1928-1932, Natsir menjadi ketua Jong Islamieten Bond (JIB) Bandung. Beliau juga menjadi pengajar setelah memperoleh pelatihan guru selama dua tahun. Lalu, memperdalam ilmu agamanya di Bandung, yang pernah beliau dapatkan di Sumatera Barat sebelumnya.

Ilmu yang dipelajarinya, yakni ilmu tafsir, hukum Islam, dan dialektika. Kemudian pada tahun 1932, Muhammad Natsir berguru pada Ahmad Hassan, yang kelak menjadi tokoh organisasi Islam “Persatuan Islam”.

Baca Juga  Tan Malaka: Sosok Pahlawan yang Terlupakan

Muhammad Natsir dan Mosi Integral

Selama pertengahan tahun 1930-an, Muhammad Natsir dan Agus Salim saling bertukar pikiran tentang hubungan Islam dengan Negara demi masa depan pemerintahan Indonesia. Pada tanggal 20 oktober 1934, beliau menikah dengan Nurnahar di Bandung. Dari pernikahan itu beliau di karuniai enam orang anak.

Muhammad Natsir juga diketahui banyak menguasai bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, Prancis, Arab, dan Spanyol. Di tahun 1938, beliau bergabung dengan partai Islam Indonesia, serta diangkat menjadi pimpinan untuk cabang Bandung dari tahun 1940-1942. Beliau juga bekerja dengan posisi kepala biro pendidikan Bandung hingga tahun 1945.

Ketika pendudukan Jepang, Natsir bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (yang kemudian menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi). Dan pada tahun 1945 diangkat menjadi ketua umum sampai dengan tahun 1960.

Natsir kemudian menjadi anggota KNIP pasca kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 3 April 1950, beliau mengajukan “Mosi Integral” dalam sidang pleno parlemen. Moehammad Hatta yang menjabat sebagai Wakil Presiden kala itu mendorong keseluruhan untuk berjuang dengan tertib dan merasa sangat terbantu dengan adanya mosi ini.

Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam format negara kesatuan, yang sebelumnya berbentuk sarekat. Kemudian Natsir diangkat menjadi perdana menteri pada 17 agustus 1950.

Pada tanggal 26 April 1951 beliu mengundurkan diri. Hal ini dikarenakan terjadi perselisihan paham dengan Soekarno. Natsir juga mengkritik Soekarno karena kurang memperhatikan kesejahteraan masyarakat di luar Jawa. Menurut Moehammad Hatta, sebelum beliau mengundurkan diri, Soekerno terus mendesak manai sophiaan dan beberapa menteri untuk menjatuhkan kabinet Natsir. Selain itu, ia juga tidak mendukung kebijakan-kebijakan yang diusung oleh kedua tokoh tersebut.

Baca Juga  Sukiman Wirjosandjojo (2): Karir Politik dan Kabinet Sukiman

Dunia Juranalistik Natsir

Selama di AMS, Natsir telah terlibat dalam dunia jurnalistik. Pada tahun 1929 dua artikel beliau dimuat dalam majalah Algemeen Indische Dagblad, yaitu berjudul Qur’an en Avengelie (Al-Qur’an dan Injil) dan Muhammad Als Profeet (Muhammad sebagai Nabi). Kemudian beliau mendirikan surat kabar “Pembela Islam” yang terbit dari tahun 1929-1935.

Beliau banyak menulis tentang agama yang dimuat oleh berbagai majalah. Menurut Muhammad Natsir, Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Setidaknya ada sekitar 45 buku dan ratusan artikel yang ditulis Natsir  tentang Islam. Karya dan pemikiran Natsir telah menjadi catatan sejarah dan dapat menjadi panduan bagi umat Islam.

Berbagai Penghargaan

Pemerintah Indonesia saat itu, menuding Muhammad Natsir sebagai pemberontak dan pembangkang. Karean tudingan tersebut Natsir sampai dipenjarakan. Sedangkan di negara-negara lain, Muhammad Natsir sangat dihargai, dihormati, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepada beliau.

Dunia Islam mengakui Muhammad Natsir adalah pahlawan yang melintasi bangsa dan negara. Bruce Lawrence menyebutkan bahwa Muhammad Natsir merupakan politisi yang paling menonjol yang mendukung pembaharuan Islam. Pada tahun 1957, beliau menerima bintang nichan istikhar (Grand Gordond) dari Raja Tunisia, lamine bey atas jasa beliau membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara.

Penghargaan Internasional lainnya, yaitu Jaa-izatul Malik Faisal al-alamiyah pada tahun 1980. Dan juga penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali al-Nadwi dan Abul A’la Maududi.

Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi Faisal Award dari Raja Fahd arab Saudi lewat yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Beliau memperoleh gelar doktor kehormatan dalam bidang politik Islam dari salah satu Universitas di Lebanon pada tahun 1967. Pada tahun 1991, beliau memperoleh dua gelar kehormatan yakni dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia.

Baca Juga  Pak AR Fachruddin: Sejarah Pancasila di Muhammadiyah dan Peran Pak AR

Editor: Nirwansyah

Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds