Inspiring

KH Achmad Shiddiq dan Konsep Trilogi Ukhuwah

3 Mins read

Pemikiran Kiai Haji Achmad Shiddiq mengenai konsep trilogi sudah sepatutnya kita gaungkan kembali saat ini. Beliau merupakan seorang ulama kharismatik asal Jember. KH Achmad Shiddiq lahir di di Jember pada 24 Januari 1926. Beliau merupakan putera bungsu dari Kiai Haji Muhammad Shiddiq dan Nyai Hajjah Zaqiah.

KH Achmad Shiddiq

Kiai Achmad Shiddiq telah ditinggal wafat oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Maka tidak heran beliau sejak kecil dikenal dengan pribadi penyabar. Tidak hanya itu, pengetahuannya dalam ilmu agamanya pun sangat mumpuni sehingga beliau pernah diangkat menjadi sekretaris pribadi Kiai Wahid Hasyim.

Pada Muktamar NU ke-27, Kiai Achmad Shiddiq terpilih sebagai Ra’is Aam PBNU. Yang saat itu Kiai Abdurrahman Wahid (Gusdur) menjadi Ketua Umum Tanfidziyahnya. Menjelang diadakannya perhelatan Muktamar NU ke-28, KH. Achmad Shiddiq memperkenalkan konsep trilogi ukhuwahnya.

Konsep trilogi ukhuwah yang diusulkan merupakan upaya menyatukan antara ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan).

Ukhuwah Islamiyah

Hasyim Asy’ari pernah mengemukakan dalam muqoddimah qanun asasi NU tentang pentingnya menjaga ukhuwah di antara umat islam. Tradisi menjaga ukhuwah ini diambil dari ajaran islam dan tradisi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Tradisi ukhuwah didasarkan pada praktik Nabi Muhammad. Ketika sampai di Madinah pasca hijrah, Nabi mempersaudarakan sesama kaum muslimin dari kalangan Anshar dan Muhajirin. Di dalam hadits-haditsnya Nabi Muhammad juga banyak memerintah kaum muslimin agar kaum muslimin menjalin persaudaraan dan tidak terpecah belah.

Dalam al Qur’an sendiri di surah Al-Hujurat ayat 10 dijelaskan bahwa seorang mukmin itu bersaudara.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ -١٣

Baca Juga  Abdullah Ahmed An-Naim: Hukuman Murtad Dibunuh itu Tidak Relevan

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al Hujurat: 10)

Pada konsep ukhuwah Islamiyah seseorang merasa saling bersaudara dengan sesama umat islam. Tidak hanya merasa bersaudara dengan umat Islam di Indonesia, tapi di belahan bumi mana pun. Maka dari itu kadang kala kita juga suka merasakan ikatan batin yang cukup kuat apabila ada saudara muslim kita yang sedang merasakan kesusahan.

Ukhuwah Wathaniyah

Ukhuwah wathaniyah merupakan pondasi awal dalam melakukan pergaulan sosial yang erat kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat.

Ukhuwah wathaniyah juga merupakan sebuah komitmen merasa saling bersaudara satu sama lain, tanpa dibatasi oleh sekat-sekat agama, suku, jenis kelamin, warna kulit, dan sebagainya.

Ukhuwah Basyariyah

Tidak jauhh berbeda dengan ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah pun tidak dibatasi oleh sekat-sekat agama, suku, jenis kelamin, dan sebagainya. Ukhuwah ini dilandasi oleh prinsip yang dilandasi bahwa semua umat manusia sama-sama ciptaan Tuhan. Ukhuwah ini merupakan kunci dari semua persaudaraan terlepas dari sekat agama, suku bangsa, jenis kelamin, atau pun warna kulit.

Penulis jadi teringat dengan perkataan Sahabat Ali bin Abi Thalib yang mengatakan begini “dia yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudara dalam kemanusiaan.”

Selain Ali bin Abi Thalib, Ketua umum PBNU KH Aqil Siradj pernah menyampaikan hal yang selaras “Dia yang bukan saudaramu seagama adalah saudaramu sebangsa. Dia yang bukan saudaramu seagama dan sebangsa adalah saudaramu sesama anak manusia.”

Maksud dari kedua pernyataan diatas adalah kemanusiaan merupakan struktur tertinggi dalam ikatan hubungan persaudaraan. Terlebih di situasi pandemi kita harus lebih tergerak untuk membantu sesama tanpa melihat latar belakang agama, suku, atau warna kulit.

Baca Juga  Kuatkan Kapasitas Think Tank, Maarif Institute & P3M Gelar Pelatihan

Semua konsep ukhuwah ini sudah tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 dan surat Al-Isra’ ayat 70

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ -١٣

 Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا -٧٠

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra’: 70)

Hambatan

Akan tetapi dalam penyampaian konsep ukhuwah ini Kiai Achmad Shiddiq mendapat banyak hambatan dan rintangan. Abdul Muchith Muzadi yang merupakan sekretaris pribadi Kiai Achmad Shiddiq pernah menuliskan dalam bukunya yang berjudul NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran (Refleksi 65 Th. Ikut NU).

Beliau menuliskan mengenai pertama kali Kiai Achmad Shiddiq mencanangkan hal ini. Bahwa banyak kritik bernada sinis. Gagasannya ini dianggap terlalu mengada-ngada. Bahkan ada juga yang menuduh beliau berlebih-lebihan “mendekati” kaum non-muslim. kalangan yang mengatakan demikian menyatakan bahwa gagasan tersebut “mengurangi” kadar persaudaraan sesama muslim.

Meski demikan, Kiai Achmad Shiddiq telah berhasil membuat para Kiai NU untuk menyepakati dan menerima konsep trilogi ukhuwah yang beliau gaungkan.

Baca Juga  Muhammad Abduh: Salafisme Progresif dan Gagasan Pembaruan Islam

Kepulangan

Kia Achmad Shiddiq wafat pada Tanggal 23 Januari 1991 di RS. Dr. Sutomo, Surabaya. Beliau dimakamkan di komplek makam Auliya, Tambak Mojo, Kediri.

Selain meninggalkan istri dan anak-anaknya, beliau juga meninggalkan Majlis Dzikrul Ghofilin yang beliau gagas Bersama tiga kiai kharismatik lainnya, yaitu Kiai Hamim Djazuli (Gus Miek) dan Kiai Hamid Pasuruan.

Editor: Sri/Nabhan

Avatar
5 posts

About author
Mahasiswa Ushuludin di UIN Jakarta
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *