Ketika penduduk Madinah mengetahui bagaimana ketegangan hubungan antara Khalifah Ali dengan Gubernur Muawiyah, mereka takut akan terjadi pertumpahan darah lebih lanjut. Muncul pertanyaan dari penduduk Madinah, apakah khalifah akan melawannya atau memilih untuk mendiamkan Gubernur Muawiyah? Permasalahan Khalifah Ali yang kini ada adalah bagaimana ia akan menagih baiat Muawiyah bin Abu Sufyan agar bisa koordinatif dengannya.
Masyarakat Madinah Berusaha Menenangkan Khalifah Ali
Kemudian masyarakat Madinah mengirim Ziyad bin Hanzalah at-Tamimi kepada Khalifah Ali untuk menyelidiki Muawiyah bin Abu Sufyan. Ketika menjumpai Khalifah, setelah duduk bersama selama sejam, Ali justru menyuruh Ziyad untuk bersiap. “Bersiap untuk apa?” tanya Ziyad. Khalifah Ali menjawab untuk berangkat ke Syam (menyerang).
Ziyad memberi saran agar Khalifah Ali menunda niatannya dan menggunakan cara negosiasi dan politik untuk menagih baiat Muawiyah bin Abu Sufyan. Tapi Ali menolak sembari mengatakan bahwa pemberontak harus dihukum.Thalhah dan az-Zubair yang memahami situasi yang genting ini, bertanya kepada Ali apakah mereka diizinkan untuk pergi menjalankan ibadah umrah. Maka Ali mengizinkan mereka untuk pergi tanpa pertimbangan seperti sebelumnya, dan mereka berangkat ke Mekkah.
Sebelumnya, Ali tidak mengizinkan Thalhah dan az Zubair untuk keluar meninggalkan Madinah. Mengingat situasi yang belum kondusif dan juga keduanya adalah tokoh berpengaruh yang mungkin saja menimbulkan faksi baru dalam pemerintah. Maka kemudian Khalifah Ali membuat pengumuman kepada seluruh penduduk Madinah untuk bersiap-siap menyerang Syam. Terlebih, Ali juga menulis surat kepada Utsman bin Hunaif di Basrah, Abu Musa di Kufah dan Qais bin Saad di Mesir untuk membuat persiapan militer dan suplai dari masing-masing provinsi kemudian mengirimkannya ke Madinah.
Ancaman Baru, Batal Menyerang Syam
Ketika sebagian besar masyarakat Madinah telah bersiap, Ali menunjuk Qutham bin Abbas untuk memegang kendali selama ditinggal berperang. Ali memanggil anaknya Muhammad bin al-Hanafiyyah dan menunjuknya untuk menjadi pembawa panji pasukan.
Abdullah bin Abbas ditunjuk untuk memimpin pasukan pada sayap kanan, Amr bin Salamah memimpin sayap kiri, dan Abu Laila bin al Jarrah memimpin garda depan. Khalifah juga meminta para gubernurnya tadi untuk mengirim personil tambahan. Kemudian Khalifah Ali mempersiapkan diri dan memakai baju perang.
Ketika tengah menyampaikan pidato singkat sebelum berangkat menyerang Syam, dia mendapatkan berita bahwa pasukan dari Mekkah (yang di antaranya Thalhah, az-Zubair, dan Ummul Mukminin Aisyah) tengah membuat persiapan militer untuk berseberangan dengan Khalifah. Berkaitan dengan berita ini, maka Ali bin Abi Thalib menunda invasi ke Syam.
Imam Thabari menyebutkan, kemudian datang berita lagi bahwa pasukan Mekkah akan bertolak ke Basrah untuk melihat masyarakat Basrah dan mengatur islah. Maka kemudian Khalifah Ali membuat persiapan untuk menangani mereka.
Penduduk Madinah yang sebelumnya akan menyerang Syam menjadi tertegun dengan kepelikan masalah yang terjadi. Muncul keributan di Madinah secara perlahan. Maka Ali mengirimkan Kumail al-Nakhai untuk menjumpai Abdullah bin Umar. Ketika Kumail al Nakhai membawa Abdallah bin Umar, Ali mengatakan, “Bergabunglah bersamaku!”
Abdallah bin Umar menjawab, “Aku adalah bagian dari masyarakat Madinah.” Abdallah bin Umar ketika diminta bergabung dengan Ali, menolak dan mengatakan akan mengambil sikap dan tindakan sesuai dengan apa yang akan dilakukan oleh masyarakat Madinah. Maka kemudian Khalifah Ali meminta dia berjanji bahwa dia tidak akan keluar dari Madinah atau berseberangan dengan Khalifah, tapi Abdallah bin Umar menolak untuk berjanji.
Madinah Memanas
Maka kemudian Abdallah bin Umar kembali ke Madinah, dan mendapati terjadinya keributan di Madinah. Masyarakat kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka memilih untuk tidak mengambil tindakan hingga permasalahan menjadi jelas. Maka kemudian di malam yang sama sebelum meninggalkan Madinah, dia memberi tahu Ummu Kultsum, saudara perempuan Ali, bahwa dia akan pergi dari Madinah untuk menjalankan umrah. Tetapi dia meyakinkan kepadanya bahwa Abdallah bin Umar tetap mempertahankan baiatnya dan patuh kepada Khalifah Ali, kecuali pada tindakannya untuk memobilisasi pasukan militer.
Dengan mengagetkan, di pagi hari seseorang menjumpai Ali dan mengatakan kepadanya, “Ada yang jauh lebih lebih buruk dari (permasalahan) Thalhah, Zubair, dan Ummul Mukminin Aisyah, bahkan Muawiyah sekalipun.” Ali bertanya, “Apa itu?” Pria tadi menjawab, “Ibn Umar telah berangkat ke Syam.”
Maka Khalifah Ali langsung pergi ke pasar, mengelompokkan orang-orang, dan menempatkan setiap pengintai untuk setiap jalan. Karena kebijakan Ali, terjadi keributan di Madinah. Ketika Ummu Kultsum mendengar apa yang dilakukan Ali, beliau langsung berangkat mengendarai bagal dengan beberapa orang. Dia mendapati Ali berdiri di tengah pasar, sedang memisahkan manusia dalam kelompok-kelompok untuk mencari Ibn Umar.
Ummu Kultsum bertanya, “Ada apa dengan kamu ini! Jangan mengambil pusing terhadap Ibnu Umar, apa yang kamu dengar tentang dia adalah salah dan bertentangan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Percayalah padaku!” Khalifah Ali menjadi lega dan melepaskan orang orang tadi.
Editor: Shidqi Mukhtasor