Sudah menjadi hal yang wajar ketika remaja memiliki semangat ingin mencari suatu hal yang bersifat baru. Sifat remaja yang sedang mencari jati diri dan terlalu mengukur standar diri, membuat mereka membandingkan, lalu mengomentari satu sama lain.
Efek Body Shaming
Remaja yang sedang berusaha membangun body image atau citra tubuh, dapat menghasilkan dampak yang negatif, akibat komentar-komentar tidak baik dari rekan serta lingkungan mereka.
Tindakan menyinggung penampilan, baik fisik maupun citra tubuh disebut body shaming. Apa itu citra tubuh?
Mengutip dari pendapat Chaplin (2011: 63) mengenai citra tubuh, yaitu pemikiran seseorang tentang penampilan dirinya menarik di depan orang lain.
Efek dari body shaming dapat memengaruhi daya pikir para remaja, sehingga memaksakan mereka agar bisa mengikuti tren dan gambaran fisik ideal itu sendiri. Body shaming dapat memicu timbulnya eating disorder, depresi, hingga gangguan kesehatan, seperti diabetes dan penyakit jantung.
Selain dari gangguan fisik, korban dari body shaming juga dapat merasakan perasaan tidak percaya diri atau minder dalam lingkungannya. Hal ini sangat berbahaya jika remaja tumbuh dengan perasaan seperti ini.
Contoh kasus nyata dampak dari body shaming terjadi pada seorang publik figur yaitu, Tina Toon. Akibat komentar negatif yang dilontarkan teman sekolahnya, Tina Toon mengidap bulimia selama 3 tahun.
Media Sosial dan Lomba Postingan
Seiring perkembangan teknologi, banyak pengaruh dari media sosial, baik facebook, twitter, terutama instagram, yang menjadikan para perempuan maupun laki-laki tidak ketinggalan akan tren yang sedang berlangsung di dunia.
Media sosial sangat memengaruhi citra seorang perempuan atau laki-laki yang ditampilkan. Para remaja perempuan akan berlomba-lomba memposting sesuatu yang menarik dari kehidupannya. Hate speech atau ujaran kebencian pun banyak dilontarkan di sosial media, mulai dari twitter hingga tik-tok. Korban body shaming juga tidak pandang bulu, bisa dari publik figur sampai teman sendiri.
Banyak pula pengguna instagram yang tidak bisa memisahkan antara realita dan media sosial, terutama instagram. Sebetulnya, apa yang dipost di instagram adalah suatu citra yang ingin ditunjukkan, tidak selamanya apa yang diposting adalah 100% kebenaran. Tekanan seperti ini juga berasal dari majalah fesyen yang memamerkan citra tubuh yang ideal tetapi tidak realistis.
Terpaparnya media elektronik, seperti acara televisi dan media sosial yang menggambarkan model-model di ranah hiburan, mempunyai kriteria tersendiri untuk menjadi sebuah panutan bagi remaja. Sehingga, tanpa disadari, remaja ini melakukan apa pun agar terlihat seperti panutan mereka.
Efek dari body shaming sendiri bisa menyebabkan menurunnya kepercayaan diri, depresi, hingga gangguan makan. Banyak yang menyepelekan hal ini, dan menjadi hal wajar dalam lingkungan, padahal tanpa kita sadari efek yang dirasakan pun cukup besar.
Body Shaming dalam Islam
Dalam Islam sendiri, hukum body shaming adalah haram. Setiap makhluk ciptaan Allah itu mulia, tidak layak untuk dicela atau dihina. Nabi sendiri pernah menegur sahabatnya karena pernah melakukan body shaming.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegur para sahabat dan berkata:
مم تضحكون؟
“Apa yang membuat kalian tertawa?”
Mereka berkata, “Wahai Nabi Allah, Karena kedua betisnya yang kurus.”
Maka, Nabi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
والذي نفسي بيده لهما أثقل في الميزان من أحد
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betis itu lebih berat di timbangan daripada gunung Uhud.”
Hadis tersebut menunjukkan bahwa menghina fisik atau yang biasa disebut dengan body shaming adalah haram. Dalam berkata, juga kita harus sangat berhati-hati, sehingga tidak melukai perasaan orang tersebut. Terutama dalam mengomentari fisik seseorang. Kita tidak pernah tahu apakah orang tersebut merasa tersinggung atas komentar yang telah kita berikan. Perasaan tertekan juga dapat dirasakan oleh korban jika body shaming dilontarkan terus menerus.
Sebagai manusia, kita harus menghargai sesama umat manusia lainnya. Tidak boleh menyinggung perasaan, terutama bentuk fisiknya, karena Allah SWT menciptakan umatnya dengan bentuk sebaik-baiknya.
Contoh lainnya adalah Aisyah pernah membicarakan fisik orang lain dengan sedikit merendahkan. Rasulullah menegurnya dengan bersabda, yang maknanya kurang lebih, “Engkau telah mengucapkan kalimat yang jika kau masukkan ke samudera, niscaya keruhlah seluruh airnya” (Sunan Abu Daud Kitab Al-Adab No. 4875).
Akhlak sebagian besar berurusan dengan kebatinan. Oleh sebab itu, ada yang namanya adab dan tata krama sesama manusia. Hal ini yang harus diperhatikan, walaupun hanya dengan teman sebaya. Jika kita memahami ilmu agama dengan baik, maka kita lebih berhati-hati berucap dengan sesama, terutama mengenai fisik sehingga kita dapat menghindari perilaku body shaming.
“Wahai orang beriman, janganlah kalian mengolok-olok kaum lainnya… dan janganlah saling mencela dan janganlah memanggil dengan sebutan-sebutan yang buruk yang memuat ejekan.” (Q.S. Al-Hujurat: 11). Ayat tersebut menegaskan perilaku body shaming sendiri dilarang oleh Allah SWT. Jika terlanjur menyakiti hati tanpa haqq, maka disebut berdosa. Maka dari itu, jika terlanjur melakukan, ucapakanlah kata maaf dan berhenti dengan kebiasaan body shaming.
Editor: Lely N