Pentingnya Risalah Kenabian dalam Islam—Karen Amstrong dalam bukunya History of God mengatakan bahwa sejak 4000 SM, manusia telah melakukan pencarian tentang Tuhan.
Tuhan yang dikenal oleh manusia awalnya adalah monoteisme, yang kemudian berkembang menjadi politeisme, dan kembali menjadi monoteisme kembali.
Memang Tuhan sudah dikenal oleh manusia semenjak ia terlahir di dunia ini. Tanpa risalah kewahyuan pun, pada hakikatnya manusia mengetahui secara persis ada kekuatan adi kodrati di luar dirinya, yang mengendalikan seluruh alam semesta ini.
Kemudian muncul pertanyaan, jika hanya dengan rasionalitas saja manusia dapat mengenali Tuhan, lalu kenapa dibutuhkan risalah kenabian?
Akal Dapat Menemukan Tuhan
Seorang filsuf Muslim bernama Abu Bakar Ar-Razi—berbeda dengan Fakhrudin Ar-Razi, penulis tafsir Ar-Razi—mengatakan, sebenarnya risalah kenabian itu tidak diperlukan.
Karena hanya dengan akalnya saja, manusia dapat menemukan hakikat ketuhanan. Contohnya apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Beliau menemukan Allah dengan daya nalar yang dimilikinya, dengan memikirkan semua penciptaan Tuhan—argumen ini biasa disebut dengan argumen kausalitas ketuhanan—-.
Bahkan di Al-Qur’an berkali-kali menantang kaum kafir untuk mematahkan argumen ketiadaan Tuhan dengan akalnya; yang pada akhirnya justru argumennya memperkuat keberadaan Allah.
Pernyataan Abu Bakar Ar-Razi di atas memang ada benarnya. Memang secara fitrahnya, manusia terlahir di dunia langsung mengenal siapa Tuhannya. Tetapi, pengenalan terhadap Tuhannya menggunakan “akal” tersebut hanya dimiliki oleh beberapa orang saja.
Tidak semua manusia memiliki kemampuan nalar seperti Ar-Razi dan para filsuf yang lain. Apalagi nalar seperti yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim. Untuk itu, risalah kenabian tetap diperlukan oleh umat manusia untuk mengenal siapa Tuhannya, lebih tepatnya Allah.
Thomas Aquinas, seorang filsuf agama Katolik abad Pertengahan, mengatakan bahwa seandainya Tuhan tidak mewahyukan diriNya kepada manusia, niscaya maka akan sedikit sekali orang yang mengetahui akan kebenaran tentang Tuhan.
Hal ini karena di antara manusia-manusia tersebut terlalu disibukkan oleh urusan mereka masing-masing. Sehingga, mereka tidak punya banyak waktu untuk memikirkan Tuhan secara spekulatif. Sedangkan yang lainnya terlalu malas untuk memikirkan cara untuk mengetahui hakikat Tuhan.
Risalah Kenabian yang Tersambung
Umat Islam mempercayai bahwa agama yang dirisalahkan oleh para nabi dan rasulNya, dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, merupakan agama Islam. Jadi, agama Islam bersifat universal, bukan hanya untuk suatu umat saja. Sedangkan, Islam bukan hanya agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad saja, namun yang diajarkan oleh nabi-nabi Allah yang lain.
Pertanyaannya, jika agama Islam tersebut bersifat universal, mengapa terdapat banyak agama di dunia ini?
Hal ini terjadi karena dua sebab. Pertama, karena kehendak Allah. Kedua, sebab dari manusia sendiri yang menyekutukan Allah dengan mengingkari ajaran-ajaran nabi Allah.
Islam adalah satunya-satunya agama yang diberikan namanya oleh Allah secara langsung. Seperti dalam Al-Quran surat 3:19,
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Ali Imron: 19)
Penisbahan Nama Agama
Sedangkan agama lain, yang memberikan namanya adalah manusia. Seperti Nasrani dinisbatkan para orang-orang yang mengakui Paulus sebagai Rasul mereka, yang menisbahkan ajaran Nabi Isa AS yang berasal dari Nazaret.
Yahudi dinisbahkan kepada keturunan Yahuda, putra Yakub. Buddha dinisbahkan kepada para pengikut ajaran Buddha Gautama. Konghucu berasal dari nama nabinya Kong Hu Cu, dan Hindu berasal dari tempat kelahiran agama ini, Hindustan (baca: India), serta masih banyak lagi.
Sedangkan istilah “Muhammadisme” merupakan istilah yang digunakan orientalis Barat, untuk menunjukkan bahwa ajaran agama Islam merupakan ajaran agama Nasrani yang menyimpang. Serta menganggap bahwa Nabi Muhammad sebagai pendiri agama Islam.
Padahal, tidak ada satu pun ayat di Al-Qur’an dan hadis yang menunjukkan hal tersebut. Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan, karena Islam maupun sebutan Muslim dinisbahkan langsung oleh Allah bagi orang-orang yang mengikuti agama Allah. Seperti dalam Al-Qur’an surat 22:78,
وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗهُوَ مَوْلٰىكُمْۚ فَنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ ࣖ ۔
Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan berpegangteguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. (QS. Al-Hajj: 78)
Hikmah Islam Diturunkan Secara Evolutif
Agama Islam diturunkan Allah secara evolutif atau secara berkala kepada manusia. Sesuai dengan kemampuan manusia pada zamannya, dan memiliki ketersambungan risalahnya.
Contohnya agama yang dibawa Musa kepada bani Israel. Allah mengutus Musa dengan memberinya Taurat yang berisi petunjuk dan cahaya bagi bani Israel. Dengan Taurat pula, para nabi Israel memutuskan suatu hukum bagi umat Israel.
Akan tetapi, agama yang dibawa kurang sempurna, maka Allah mengutus Isa Al-Masih dengan membekali Injil sebagai petunjuknya. Injil berfungsi untuk membenarkan, mengoreksi, menggenapi dan menyempurnakan Taurat.
Diutusnya Isa Al-Masih juga belum sempurna untuk menjadi agama Allah yang hakiki. Karena nabi Isa masih menjanjikan seorang Mesias (penghibur atau penolong) yang lain.
Mesias tersebut yakni seorang nabi yang baru, dan kitab suci bernama Al-Qur’an yang berfungsi mengoreksi, membenarkan dan melanjutkan risalah kitab Taurat, Zabur dan Injil, membawa risalah Islam dari nabi-nabi terdahulu.
Nabi yang dijanjikan itu adalah Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad adalah penutup para nabi, dan di tangan beliaulah agama Allah menjadi sempurna dengan nama Islam. hal ini selaras dengan Al-Quran dalam surat 5:3,
……اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
….Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al-Maidah: 5)
***
Maka dari itu, kita sebagai umat Islam harus yakin dengan segala kebenaran yang ada di agama Islam. Karena agama Islam adalah agama yang berasal dari Allah, dan satu-satunya agama yang benar di sisi Allah.
Meski demikian, kita tidak berhak menghukum mereka yang berbeda keyakinan dengan kita. Hal ini merupakan bagian dari risalah kenabian yang diturunkan oleh Allah kepada para nabiNya.
Editor: Zahra