Riset

Mutiara Hikmah di Balik Perkawinan Lobster

3 Mins read

Tidak ada satu makhluk pun yang tercipta dengan kesia-siaan, semuanya diciptakan dengan tujuan tertentu. Tulisan ini mencoba mengintegrasikan dan menginterkoneksikan Al-Qur’an, As Sunnah, dan sains dalam perilaku perkawinan lobster. Semoga kita dapat mengambil mutiara hikmah yang terdapat dalam perilaku hewan tersebut. 

Landasan Berfikir

Dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 164 Allah berfirman yang artinya: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering), dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan.”

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa dalam setiap penciptaan langit, bumi, hewan, angin, dan awan terdapat bukti-bukti yang jelas untuk menunjukkan keesaan Allah bagi orang-orang yang berfikir. Dengan kata lain, hanya orang-orang yang berfikir yang mampu mengungkap tanda-tanda keesaan Allah.

Dalam ayat lain Allah berfirman: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (QS. 3:190). Yaitu, orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: ”Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka.” (QS. 3: 191).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, dalam setiap penciptaan terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal (Ulul Albaab). Yakni, orang-orang yang mempunyai akal yang sempurna lagi bersih, yang mengetahui hakikat banyak hal secara jelas dan nyata. Merekalah yang dapat mengetahui bahwa tidak ada penciptaan yang sia-sia, semuanya diciptakan dengan penuh kebenaran. Sungguh Allah mencela orang yang tidak mengambil pelajaran tentang makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan kepada dzat-Nya, sifat-Nya, syariat-Nya, kekuasaan-Nya, dan tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Baca Juga  Islam Agraris: Sebuah Dimensi Keislaman Jawa

Perilaku Perkawinan Lobster

Salah satu makhluk ciptaan Allah yang perlu diambil pelajaran darinya adalah lobster berduri (spiny lobster). Lobster berduri termasuk dalam filum Arthropoda subfilum Crustacea. Habitatnya di laut dangkal sampai laut dalam. Dalam siklus hidupnya, lobster dewasa yang sudah siap untuk kawin melakukan migrasi/perpindahan secara berkelompok dari laut dangkal menuju laut dalam (kedalaman 50-100 m).

Panjang lintasan migrasi dapat mencapai lebih dari 500 km. Sampai saat ini, peneliti belum mampu mengidentifikasi secara menyeluruh lokasi-lokasi yang menjadi tujuan migrasi lobster. Beberapa lokasi yang sudah teridentifikasi adalah perairan di Papua New Guinea, Australia, Filipina, dan Vietnam. Beberapa Teluk di Indonesia juga diduga menjadi lokasi tujuan migrasi lobster.    

Selama perjalanan, lobster jantan dan betina melakukan perkawinan serta saling melindungi satu dengan yang lain. Ketika terdapat predator/pemangsa, lobster akan berkumpul membentuk lingkaran dan menegakkan antena/sungut. Pergerakan sungut menghasilkan suara unik yang digunakan untuk memperkuat pertahanan dan menakuti pemangsa. Kerja sama yang kompak menghasilkan pertahanan dan pukulan sungut yang sangat kuat untuk mengusir pemangsa.

Pada kondisi sebelum melakukan migrasi, lobster lebih bersifat soliter/menyendiri, ingin menang sendiri, dan kanibal. Sifat soliter ditunjukkan dengan perilaku yang membawa makanan ke dalam tempat persembunyian masing-masing. Kompetisi lobster dalam mendapatkan makanan juga sangat tinggi, masing-masing individu ingin menang sendiri. Kompetisi yang tinggi memicu munculnya sifat kanibalisme, yaitu sifat yang memangsa sesama jenis lobster.

Selama proses migrasi, Allah mengubah sifat individualis, ingin menang sendiri, dan sifat kanibalisme lobster menjadi sifat kerja sama, persatuan, dan saling melindungi. Hal ini dilakukan untuk mencapai satu tujuan bersama, yaitu mencapai lokasi penetasan dan mengamankan lobster betina melepaskan telur-telurnya. Dengan cara seperti ini, larva-larva lobster dapat tersebar ke berbagai tempat di belahan bumi, termasuk di Indonesia.

Baca Juga  Ketika Semua Tidak Seperti Biasanya

Untaian Hikmah

Pelajaran hidup yang dapat diambil dari perkawinan lobster ini adalah perubahan akhlak, dari akhlak buruk (mazmumah) menjadi akhlak baik (mahmudah). Allah sudah banyak memberikan pelajaran tentang manfaat kerja sama dan persatuan dalam sejarah panjang penyebaran Islam di muka bumi.

Salah satu contohnya adalah perjalanan sejarah pembebasan Kota Konstantinopel, yang sekarang menjadi Kota Istanbul. Banyak para sahabat yang berjuang ingin membebaskan kota tersebut, namun semuanya gagal karena tidak adanya persatuan utuh umat Islam. Dengan merajut kerja sama dan mempersatukan umat Islam di bawah satu komando perang, Muhammad al-Fatih berhasil merebut kota tersebut

Umat Islam di Indonesia tidak dalam kondisi berperang dengan mengangkat senjata layaknya Muhammad al-Fatih. Akan tetapi, kita sedang berperang melawan Covid-19. Wabah ini telah mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa, sampai akhirnya sekarang kita berada dalam ambang resesi. Kerja sama dan persatuan dari seluruh elemen bangsa dibutuhkan dalam menerapkan protokol kesehatan di masa new normal. Dengan memutus mata rantai penyebarannya, maka kita akan bisa menang melawan Covid-19.

Sebagai umat islam, kita harus memaknai bahwa protokol kesehatan tersebut bukan hanya sekedar perintah dari pemerintah, namun di dalamnya ada perintah dari Allah dan Rasulullah Saw. Perintah tersebut adalah kewajiban menjaga jiwa (Hifzhun-Nafsi).

Dalam QS. al-Furqon: 68 Allah berfirman: ”Di antara sifat hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang, yaitu tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar.” Nabi Saw. juga bersabda tentang penjagaan jiwa, yaitu: ”Barangsiapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung lalu dia membunuh dirinya (mati). Maka dia akan berada dalam neraka jahanam dalam keadaan melemparkan diri selama-lamanya.” (HR. Imam Bukhari).

Baca Juga  Integrasi-Interkoneksi Ilmu dalam Menyikapi Wabah Corona

Editor: Nirwansyah

Avatar
1 posts

About author
Dosen Program Studi Tadris IPA Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Articles
Related posts
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…
Riset

Pengorbanan Ismail, Kelahiran Ishaq, dan Kisah Kaum Sodom-Gomoroh

4 Mins read
Nabi Ibrahim as. yang tinggal Hebron mendapat berusaha menjenguk putra satu-satunya. Sebab pada waktu itu, Sarah sudah uzur dan belum juga hamil….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds