Keadaan segi budaya, adat istiadat, sosial maupun segi ekonomi bangsa Barat sebelum Islam masuk ke Jazirah Arab penting diketahui. Masyarakat Arab adalah mereka yang pertama menerima ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan kultur masyarakat yang saat itu penuh dengan perbedaan.
Perbatasan Jazirah Arab dari Seluruh Pelosok
Jazirah secara bahasa berarti pulau, sebagian ahli sejarah menyebut Jazirah dengan sebutan semenanjung, padang pasir, gurun, atau tanah gersang yang tiada air dan tumbuhannya. Jazirah Arab merupakan semenanjung yang penuh padang pasir dan tandus, istilah ini telah ada semenjak Arab kuno dan termansyur di Semenanjung Arab.
Secara geografis, Semenanjung Arab berbatasan dengan Laut Merah dan Semenanjung Sinai, sebuah semenanjung berbentuk segitiga yang terletak di Asia Barat hingga bagian Mesir di Afrika di wilayah Barat. Di wilayah Timur, ia berbatasan dengan Teluk Arab yang dahulu bernama Teluk Persia.
Sementara di wilayah Selatan, Semenanjung Arab berbatasan dengan Laut Arab yang merupakan perpanjangan dari Laut India, dan berbatasan dengan Gurun Syam atau Suriah dan Gurun Iran. Meski demikian, terdapat beberapa perbedaan dari sejarawan dalam batasan-batasan ini.
Asal-Usul Masyarakat Arab
Penduduk bangsa Arab di Jazirah Arab sebelum Islam datang, menurut kitab Sirah Nabawiyah karya Muhammad Ridha, adalah mereka yang hidup setelah banjir Nabi Nuh as. Mereka berasal dari keturunan Yaqzan, atau Qathan yang disebut sebagai peradaban manusia pertama yang menempati Jazirah Arab. Peradaban manusia di Jazirah Arab muncul sebelum datangnya Islam, atau sering disebut pada masa jahiliyah.
Kehidupan Arab sebelum datangnya Islam disebut sebagai kehidupan jahiliyah, atau masa kebodohan. Mereka disebut jahiliyah bukan karena tidak berilmu, namun akibat penduduknya suka berbuat kejahatan, berperang, melecehkan wanita, hingga menyembah berhala. Ketika itu, wilayah tersebut dihuni salah satu rumpun bangsa Arab yang dinamakan bangsa Semit.
Masyarakat Arab Badui yang hidup nomaden di gurun pasir seringkali mendapatkan ancaman dan ketakutan yang pada akhirnya menyebabkan celaka. Dari latar belakang hidup masyarakat jahiliyah inilah mereka memuja hantu-hantu untuk membujuk pembawa bencana agar tidak mencelakai mereka. Sementara itu, obyek-obyek alam, seperti pohon, mata air, gua hingga batu tetap menjadi tempat suci. Pada aspek-aspek yang demikian lah tempat kediaman roh-roh yang dijadikan perantaraan untuk menyampaikan sesembahan dan permintaan kepada dewa-dewa.
Peradaban manusia di masa jahiliyah yang sebagian besar pola hidupnya nomaden mengembara dan berpindah-pindah tempat disebut Arab Badui. Ketika itu, masyarakat Arab Badui dibentuk berdasar kabilah-kabilah. Kabilah dibentuk oleh klan atau kelompok keluarga atas dasar pertalian darah (nasab), perkawinan, dan sumpah setia. Mereka dikenal memiliki ikatan kesukuan yang sangat kuat di masa pra-Islam.
Golongan Masyarakat Arab Terdahulu
Sisi lain dari kehidupan masyarakat Arab di masa itu adalah seringnya konflik antar kabilah, mengakibatkan permusuhan dan peperangan yang berlangsung cukup lama. Mereka rata-rata bekerja, sebagai petani, peternak, hingga pengembala. Ditinjau dari sudut sejarah perkembangannya, menurut Nourauzzaman Shiddieqie dalam bukunya, Pengantar Sejarah Muslim, bangsa Arab dibagi menjadi 3 golongan:
- Arab Ba’idah. Mereka adalah kelompok yang telah punah. Sejarah mereka telah berhenti bersama punahnya mereka dari muka bumi. Beberapa kelompok Arab Ba’idah yaitu kaum Ad, Tsamud, Ainun, Amiel, Thasur, Jadis, Imbeq, Jurhum Ula, hingga Wabar. Dari sembilan kaum ini, hanya Ad dan Tsamud yang dapat diketahui sejarahnya sedikit, karena keduanya ada dalam Al-Quran, Surat Al-Fajr ayat 6-7.
Sementara ketujuh kaum yang tersisa sampai sekarang belum terungkap asal-usul sejarahnya. Kaum Ad diduga berdiam di Hadlramut, suatu tempat yang terletak di tepi gurun yang bernama Ahqaf Al-Rasul. Ibu negeri mereka bernama Iramu Dzat Al-Imad, yang dibangun oleh seorang raja bernama Syaddad. Sementara kaum Tsamud diduga tinggal di Babylonia yang dikenal dengan nama Tamadari. - Arab Aribah adalah mereka yang berdarah murni Arab. Mereka adalah orang Yaman anak keturunan Qathan, atau dinamakan sebagai orang-orang Arab Selatan, atau terkenal dengan sebutan Qahthaniyah.
Di antara keturunan Qahthan yang mansyur adalah Ya’rub, Hadhramaut, ‘Amman, dan Jurhum Ats-Tsaniyah. Ya’rub menetap di Yaman, Hadhramaut tinggal di tempat yang sekarang bernama Hadhramaut, Amman tinggal di wilayah yang sekarang dinamakan Amman, serta Jurhum Ats-Tsaniyah menetap di Hijaz. - Arab Musta’rabah adalah kaum Arab yang berasal dari keturunan Ismail yang disebut pula Adnaniyah, atau dinamakan orang-orang Arab Utara. Mereka adalah bangsa keturunan ‘Adnan, Nazar, dan Ma’add. Mereka juga disebut dengan Musta’rabah, karena mereka berafiliasi dengan Arab Al-Aribah melalui cara pernikahan.
Orang Musta’rabah adalah orang-orang Hijaz, Najd, Nabatinah, dan Palmyra. Bangsa Arab itu terbagi atas Arab Selatan yang terdiri Bani Qahthan, dan Arab Utara terdiri atas Bani Adnan.
***
Banu Khuza’ah yang sementara waktu menjadi penguasa di Mekah sebelum Bani Quraish adalah orang-orang Arab Selatan yang berdiam di bagian utara, Semenanjung Arab. Mereka dikenal memiliki fisik yang kekar, kuat, dan mempunyai daya tahan tubuh yang tangguh.
Selain ciri khas masyarakat Arab fisik tubuh yang kekar dan kuat, mereka juga mempunyai watak, atau karakter khas baik watak positif maupun negatif. Hal ini terjadi sebagai dampak dari kondisi alam, geografis Jazirah Arab di masa itu.