Tarikh

Khalifah Ali (12): Perang Jamal (1), Aisyah Menyusun Strategi

2 Mins read

Pidato Aisyah atas Pembunuhan Utsman

Disebutkan bahwa Aisyah tiba di Makkah ketika mendengar berita kematian Utsman. Saat mencapai wilayah dekat Makkah, beliau juga diberi tahu bahwa penduduk Madinah telah menyatakan baiat sumpah setia kepada Khalifah yang baru, Khalifah Ali bin Abi Thalib. Aisyah kembali ke Makkah disertai orang-orang mengelilingi tunggangannya. Perang Jamal belum bermula, namun nampaknya mulai terlihat awal mulanya.

Aisyah mengatakan kepada mereka, “Demi Allah, Utsman telah terbunuh dengan zhalim dan aku harus menuntut darahnya. Sayangnya orang-orang yang berasal dari daerah lain, dan juga para budak penduduk Madinah menentangnya hanya karena Utsman menunjuk orang muda di antaranya menjadi gubernur, meskipun padahal para pendahulunya telah melakukannya juga.

Mereka menumpahkan darah yang telah dilarang oleh Allah, mereka menumpahkan darah di dalam kota yang oleh Rasulullah hijrah kepadanya, dan melakukannya di bulan suci. Sungguh demi Allah, bahkan satu jari Utsman lebih baik dari seluruh dunia. Utsman sesungguhnya telah terlepas dari seluruh tuduhan yang mereka alamatkan kepadanya.”

Abdullah bin Amir Hadrami ditunjuk oleh Utsman bin Affan untuk menjabat sebagai gubernur wilayah Makkah. Ketika dia mendengar Aisyah, dia orang pertama yang merespon pidato Aisyah dan mengatakan dengan tegas, “Aku akan menjadi yang pertama untuk menuntut balas atas darah Utsman.”

Mendengar hal ini, semua anggota Bani Umayyah yang telah tiba di Makkah setelah terbunuhnya Utsman, bangkit mendukung untuk mengambil tindakan melawan para pembunuh. Said bin al Asyi dan Walid bin Uqbah berada di antara mereka. Abdullah bin Amir, mantan gubernur Basrah telah sampai di Makkah, bersamaan dengan Yala bin Umayyah yang juga lari dari Yaman bersama dengan 600 unta dan 600 000 dirham. Mereka berunding bersama untuk menemukan cara untuk membalas dendam darah Utsman. Semangat ini yang kemudian akan mengarahkan pasukan Makkah menuju Perang Jamal.

Baca Juga  Bagaimana Sejarah Sosial Puasa Ramadan?

Thalhah dan az-Zubair Bergabung Dalam Pasukan Perang Jamal

Ketika Thalhah dan az-Zubair tiba di Makkah dari Madinah, Aisyah bertanya kepada mereka tentang alasan kedatangan mereka. Keduanya memberikan alasan bahwa para perusuh sudah memegang kendali dan menguasai Madinah. Aisyah mengatakan kepada mereka berdua, “Kalian harus bangkit melawan mereka bersama kami.” Keduanya lantas menunjukkan simpati dan dukungan kepada Aisyah. Maka empat orang tadi, Thalhah, Zubair, Abdullah bin Amir dan Yala bin Umayyah menjadi pemimpin pasukan Aisyah dan menjadi penentu keputusan.

Mencari Sumber Dukungan Pasukan Aisyah

Awalnya, seseorang mengusulkan agar mereka menuju Syam untuk mengumpulkan kekuatan dan menghindari Madinah. Akan tetapi hal ini tidak diambil karena mempertimbangkan bahwa Muawiyah telah memilki kekuatan yang kokoh di Syam. Kemudian Abdullah bin Amir memberi usulan agar pasukan maju ke Basrah, karena mempertimbangkan Abdullah memilki teman dan pendukung setia di sana. Ditambah juga, Thalhah memilki pengaruh kuat kepada penduduk Basrah. Jadi mereka mendapatkan harapan akan dukungan yang lebih baik di sana agar dapat menghadapi Perang Jamal nantinya dengan kuat.

Seseorang juga mengusulkan untuk mengambil kekuatan dari Makkah tapi Abdullah bin Amir menyatakan bahwa masayarakat Makkah tidak akan mampu melawan kekuatan pasukan Madinah. Terlebih mungkin gabungan kekuatan antara Makkah dan Basrah akan cukup untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

Singkat cerita, usulan agar mengumpulkan dukungan dan persiapan dari Basrah disetujui. Disebutkan Ummul Mukminin bahwa yang lain juga menunjukkan dukungannya kepada Aisyah. Ketika Abdullah bin Umar dihubungi, dia menyatakan bahwa dukungannya adalah bersama masyarakat Madinah. Ibn Umar juga melarang saudarinya, Ummul Mukminin Hafsah binti Umar untuk ikut bersama Aisyah pergi ke Basrah. Tetapi Hafsah mengirim surat kepada Aisyah, “Abdullah mencegahku untuk keluar.” Aisyah membalas, “Semoga Allah mengampuninya.” Mughirah bin Syubah yang telah tiba di Makkah, juga bergabung bersama pasukan.

Baca Juga  Gerakan Revolusi adalah Titik Awal Sistem Demokrasi Mesir

***

Disebutkan bahwa Yala bin Umayyah menyumbang kepada az-Zubair dengan 400.000 dirham dan menyediakan tunggangan untuk tujuh puluh lelaki Quraisy. Dia juga menyiapkan unta Aisyah, berharga 80 dinar. Ketika tengah memeriksa pasukan Perang Jamal, Thalhah, Zubair, dan Aisyah, menemukan Urwah bin Zubair dan Abu Bakar bin Abdur Rahman bin Harits terlalu muda untuk ikut berperang maka mereka mengirmkan keduanya kembali ke Makkah.

Ummu Fadhl binti al Harits (Istri al-Abbas, saudari Maimunah) mengirim seorang dari Juhainah bernama Zafr dan membayarnya untuk menghantarkan suratnya secara rahasia kepada Khalifah Ali. Maka lelaki itu pun menjumpai Khalifah Ali bersama surat Ummu Fadhl dan berita dari Mekkah.

Editor: Shidqi Mukhtasor

Avatar
35 posts

About author
Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Hadits Fakultas Ushuluddin Adab & Dakwah, UIN Sayyid Ali Rahmatullah. Dapat disapa melalui akun Instagram @lhu_pin
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *