Metode ilmu atau metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh ilmu atau pengetahuan baru. Prosedur keilmuan yang merupakan metode ilmu atau metode ilmiah dimaksud tidak hanya mencakup aspek pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen), namun terkait dengan aspek; analisis, pemerian (uraian), penggolongan (klasifikasi), pengukuran, perbandingan, pengujian, pengamalan, dan survei.
Metode dalam Ilmu
Metode ilmu Islam yang wajib dikembangkan di antaranya adalah :
- Metode Iqra’ (membaca). Surat pertama yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah SAW adalah Surat al-‘Alaq ayat 1-5 yang bermakna bahwa niat dasar (aksiologi) pengembangan ilmu adalah karena Iqra’ bismirobbikal a’la (proses membaca yang diniatkan karena Allah yang Maha tinggi).
- Metode al-hikmah. Pembelajaran, diskusi/berbantah, seperti termaktup dalam surat An-Nahl ayat 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An-Nahl ayat 125)
Metode hikmah: ialah menggunakan perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
- Metode laduni yaitu langsung pemberian dari Allah tanpa perantara dan tanpa proses belajar, Ilmu ladunni biasanya disebut wahyu yang ditujukan kepada seorang nabi/rasul, atau ilham kepada selain nabi-Nya/rasul-Nya
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65)
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (Qs. Alkahfi: 65)
Dalam ayat di atas, ilmu laduni diberikan oleh Allah langsung kepada nabi Qidir.
Aksiologi: Bentuk Pengamalan Ilmu
Kegunaan ilmu itu mutlak bagi kehidupan manusia, sebab ilmu itu merupakan kunci sukses.
مَنْ اَرَدَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِعِلْمِهِ وَمَنْ ارَدَ الْاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِعِلْمِهِ وِمَنْ اَرَدَهُمَّافَعَلَيْهِمَا بِعِلْمِهِمَا
Barangsiapa ingin sukses hidup di dunia maka wajib memiliki ilmunya, barangsiapa ingin sukses di akhirat maka wajib memiliki ilmunya. Barangsiapa ingin sukses kedua-duanya maka wajib bagi punya ilmunya.(Al Hadis)
Ilmu yang bermanfaat pun harus diwariskan kepada generasi anak-cucu kita. Ilmu yang seperti ini akan memberi kita pahala amal jariyah di akhirat kelak.
Ilmu itu harus membawa manfaat bagi manusia sehingga menjadi amal jariyah. Ilmu yang bermanfaat pun harus diwariskan kepada generasi anak-cucu kita. Ilmu yang seperti ini akan memberi kita pahala amal jariyah di akhirat kelak.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, bersabda:
اذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يدْعُوْ لَهُ
“Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang selalu mendoakannya.” (HR.Muslim)
Ilmu Berbuah Shadaqah Jariyah
Shadaqah jariyah adalah amal yang memberikan kekayaan harta benda yang pahalanya di akhirat nanti terus mengalir tanpa henti. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang apabila diberikan kepada orang lain, orang tersebut bisa menyelamatkan diri, bisa memfasilitasi hidupnya sendiri, dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya tanpa bergantung kepada orang lain. Misalnya ilmu agama, ilmu bercocok tanam, dan pertukangan. Anak yang shalih antara lain adalah anak berakhlaqul karimah, rajin ibadah, suka bersedekah, dan suka mendoakan kedua orang tuanya.
Dalam kaitannya dengan manfaat ilmu, doa yang diajarkan Allah dan Rasulnya antara lain:
للهُمَّ اِنِّىْ اَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً وَرِزْقًا وَاسِعًا وَاِلَى الْخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ بَعِّدْنَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, amal perbuatan yang diterima, rezeki yang lapang, dan dekatkanlah aku ke perilaku yang baik serta jauhkanlah aku dari perbuatan yang jelek.
رَبَّنَا انْفَعْنَا بِمَاعَلَمْتَنَا الَّذِيْ يَنْفَعُنَا وَزِدْنَا عِلْمًا وَالْحَمْدُلِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
“Ya Tuhan kami, jadikanlah ilmu kami ilmu yang bermanfaat, ajarkan kami apa-apa yang bermanfaat bagi kami serta tambahkan ilmu bagi kami, segala puji hanya bagi Allah dalam setiap keadaan.“
Ilmu akan Dimintai Pertanggungjawaban
Ilmu yang kita miliki pun kelak akan dimintai pertanggungjawaban bagaimana ilmu itu kita manfaatkan. Semestinya ilmu itu adalah yang memberi manfaat kepada orang lain fid-dunya wal akhirah.
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا (36)
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya (Qs/ Al-Isra’: 36)
Kita dilarang mengikuti apa-apa yang kita tidak mempunyai pengetahuan. Hal ini berarti bahwa sebelum menirukan/ mengikuti perbuatan seseorang, kita harus mempelajari terlebih dahulu dalam bentuk tabayyun, check and recheck.
Rasulullah bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ.
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).
Pada hari kiamat nanti saat Yaumul Hisab, kita pasti akan dimintai pertanggung jawab terhadap empat hal tersebut, khususnya tentang ilmu yang kita miliki, termasuk profesi kita. Adakah kesesuaian antara ilmu dan amal? Apakah manfaat dari ilmu dan amal itu bagi kemanusiaan? dan lain-lainya.
تَعْلَموْا الْعِلْمَ فَأِنَّ تَعَلَّمَهُ قَرْبَةٌ اِلَئ اللَهِ عَزَوَجَلَّ وَتَعْلِيْمَهُ لِمَنْ لَا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ وَاَنَّ الْعِلْمَ لَيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِيْ مَوْضِعِ التَّرَفِ وَ الرِّفْعَةِ والْعِلمٌ زَيْنٌ لِاَهْلِهِ فِيْ الدُّنْيَاو وَالْاَخِرَةِ
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan kepada Allah Azza wa jalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orang dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat (HR Ar-Rabu‘)
Fungsi Ilmu
Inilah fungsi ilmu. Benarkah bahwa dengan ilmu itu kita jadi lebih dekat dengan Allah, atau justu sebaliknya? Bagaimana shadaqah kita dengan ilmu, jangan-jangan kita jadi kikir karena ilmu kita, kita sembunyikan saja?
Sungguh, ilmu itu akan memposisikan kita pada posisi terhormat. Ilmu itupun keindahan kita, syurga akan nampak jelas, fid-dun-ya wal akhirah.