Kaunia

UEA: Penjelajahan Antariksa dan Misi Suci Umat Islam

3 Mins read

Baru-baru ini, tepatnya pada selasa 9 Februari lalu misi pertama ke Mars yang diluncurkan oleh Uni Emirat Arab (UEA) telah berhasil memasuki orbit Mars. Misi ke Mars itu tiba setelah menempuh perjalanan selama tujuh bulan, sejauh 494 juta kilometer. Misi ini menjadikan UEA sebagai badan antariksa kelima di dunia, yang berhasil mencapai planet Mars dan menandai misi antarplanet pertama yang dilakukan oleh dunia Arab. Bagi dunia Islam pada umumnya, ini juga bisa dikatakan prestasi besar, karena belum ada negara-negara di dunia Islam yang secara serius menggarap proyek antariksa sebagaimana negara UEA.

Tidak cukup dengan menempatkan setelitnya di Mars, UEA bahkan berencana ambil bagian dalam proyek kolonisasi Mars pada 2117. Tapi sebelum ke situ, mereka berambisi memancangkan dulu tonggak penting dengan mendaratkan manusia di Bulan pada 2024.

Tentu sebuah pandangan visioner, terutama mengingat UEA adalah salah satu dari negara-negara di dunia Arab yang selalu terkena setereotip sebagai bangsa yang terbelakang dan suka berperang. Proyek yang dilakukan UEA bukan hanya menunjukkan betapa majunya UEA sebagai bangsa, namun sejatinya juga merupakan bukti pengimplementasian misi suci yang ada dalam Kitab Suci Al-Qur’an, terkait pengembangan sains dan penjelahan antariksa.

Penjelajahan Antariksa dalam Al-Qur’an

Jika kita ingin menyelami kembali satu persatu ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an maka kita menemukan begitu melimpahnya ayat-ayat yang memantik rasa keingintahuan kita terhadap semesta. Rasa ingin tahu yang bersumber dari ketakjuban atas ciptaan Allah yang begitu luar biasa, sebagai mana dalam salah satu firman-Nya dalam QS. Fushilat ayat 53, yang artinya “Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat-Ku (tanda-tanda kekuasaan-Ku) di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri…”

Baca Juga  Ragam Bentuk Redaksi Hadis (2): Jawami'ul Kalim, Tamsil, dan Simbolik

Ayat di atas dapat kita maknai sebagai anjuran Allah agar umat manusia menjelajahi muka bumi, bahkan hingga ke ufuknya sekalipun. Karena di berbagai penjuru muka bumi, Allah menaruh berbagai ayat-ayat-Nya, tanda-tanda keagungan, dan Kemahakuasaan-Nya. Tak terkecuali dalam dunia antariksa, di mana dalam QS. An-Nazi’at ayat 27-29 Allah berfirman yang artinya “Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya? Dia telah meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya…”

Tidak cukup menyuruh manusia merenungi penciptaan langit bahkan manusia pun diperintah untuk menjelajahi luasnya antariksa sebagaimana dalam QS Ar-Rahman ayat 33, yang artinya “Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah.”Bukankah ayat di atas merupakan tantangan Allah bagi umat manusia? Allah menantang umat manusia untuk mengeksplor segala kapasitas dirinya agar mampu menjelajahi penjuru bumi dan ruang angkasa sekalipun. Lalu ayat ditutup dengan kata-kata “kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”

Apakah yang dimaksudkan kata ”Sulthan” atau kekuatan dalam ayat tersebut? saya sependapat dengan perkataan Bacon “Knowledge is Power”, tak lain dan tak bukan yang dimaksudkan kekuatan di sana adalah sains. Dengan sains, manusia mampu menciptakan beragam teknologi canggih yang dengannya manusia mampu melakukan rekayasa atas alam semesta. Termasuk di dalamnya adalah menjelajah antariksa.

Pengembangan Sains dan Penjelajahan Antariksa adalah Misi Suci Umat Islam

Selama ini jika kita ditanya tentang apa misi suci umat Islam, atau tentang apa bentuk jihad umat Islam? Jawaban kita biasanya akan terbatas pada berdakwah, berperang melawan orang-orang kafir,  dan beribadah (mahdhah). Barangkali, akan sangat jarang kita temui orang-orang yang mengatakan bahwa pengembangan sains adalah misi suci umat Islam. Andaikan ada yang mengatakan thalabul ilmu, maka biasanya ilmu yang dimaksud hanya ilmu agama semata atau setidaknya ilmu praktis yang digunakan untuk bekerja sehari-hari.

Baca Juga  Betapa Tidak Pentingnya Reuni 212

Tapi pernahkah kita berpikir bahwa mengembangkan sains dan teknologi juga adalah sebuah misi suci dan salah satu bentuk jihad kita? Atau lebih ekstremnya lagi, pernahkah kita berpikir bahwasannya menjelajahi luasnya antariksa merupakan misi suci yang diembankan Allah kepada umat Islam? Dalam tulisan yang singkat ini saya ingin berkata bahwa “Iya”. Pengembangan sains dan menjelajah antariksa adalah misi suci umat Islam, tugas berat yang Allah embankan kepada umat Islam.

Terlalu banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang memberikan “clues”, memberikan pantikan semangat agar umat Islam mau meneliti alam semesta, meneliti luasnya antariksa, dan hasil dari penelitian itu digunakan untuk kemaslahatan umat manusia seluruhnya. Semua itu terpapar jelas misalnya dalam Ar-Rahman ayat 33 di atas, belum lagi dalam Ali Imran ayat 190-191, Al-A’raf ayat 54, Al-An’am ayat 73, At-Taubah ayat 36, Yunus ayat 3 dan 6, serta masih banyak ayat-ayat lainnya yang di sana Allah secara eksplisit membicarakan tentang langit yang dapat kita maknai sebagai antariksa.

***

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah Al-Amiri, orang yang memimpin proyek penjelajahan Mars UEA, bahwasannya penjelajahan ke antariksa bukanlah demi gengsi, melainkan tuntutan alamiah bagi bangsa yang dipaksa memikirkan alternatif dan skenario masa depan di mana minyak tak bisa lagi ditambang. Dengan mengeksplorasi sumber daya yang ada di planet lain, atau di objek angkasa yang lain, bisa menjadi jawaban atas krisis sumber daya yang mungkin di alami bumi puluhan tahun ke depan.

Sebagai negara dengan mayoritas muslim, sudah saatnya Indonesia meniru UEA dalam semangatnya memajukan dunia sains dan teknologi di dalam negeri. Tentu saja kita tidak bisa membiarkan bahwa citra negara-negara mayoritas muslim hanya sebagai negara dunia ketiga yang terbelakang dan tak peduli pada sains.

Baca Juga  Pemberian ASI dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Kedokteran

Hentikan pertikaian politik dan SARA, banyak problematika lain yang harus kita hadapi. Bukan hanya problematika kita sebagai bangsa Indonesia, tetapi juga problematika kita sebagai bagian dari umat manusia yang tinggal dan hidup di bumi-Nya.

Editor: Yahya FR

Related posts
Kaunia

Ru'yat Ta'abbudi dan Penyatuan Kalender Islam

2 Mins read
Perkembangan pemikiran tentang kalender Islam di kalangan ormas Islam mengalami kemajuan baik dari segi pemikiran maupun instrumentasi astronomi yang dimiliki. Hal ini…
Kaunia

Menaksir Berat Sapi Secara Cepat

1 Mins read
Kaunia

Moderasi dalam Sidang Isbat

3 Mins read
Di Indonesia kehadiran sidang Isbat sudah lama diperdebatkan keberadaannya. Di satu sisi dianggap sebagai jembatan untuk mempertemukan perbedaan pandangan antara pendukung hisab…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds