Kaunia

Tiga Bidang Garapan untuk Mewujudkan Laboratorium Islam

2 Mins read

Hingga hari, ini fungsi masjid selalu saja berkisar pada aspek ritual, belum pada upaya menjadikannya sebagai pusat pengembangan intelektual. Masjid hanya menjadi tempat berzikir, belum menjadi tempat berfikir. Masjid hanya menjadi tempat beribadah, belum menjadi tempat bermusyawarah dan bermuzakarah. Persepsi umum juga mengatakan bahwa masjid hanya sebatas tempat sujud dan shalat. Meski benar bila merujuk pada etimologisnya, tetapi sama sekali salah bila ditinjau dari sudut kesejarahan dan pemanfaatannya.

Pada awal-awal sejarah Islam, Masjid Nabawi di Madinah telah difungsikan sebagai pusat keilmuan dan peradaan Islam. Hingga akhirnya, dikenal dengan julukan kota yang madani. Para sahabat merupakan alumni-alumni masjid yang berhasil dikaderisasi melebihi istilah “masjid” itu sendiri, layaknya telah digodok oleh sebuah Laboratorium Islam yang maha lengkap.

Berkat masjid yang telah berfungsi sebagai Laboratorium itu, sahabat-sahabat Nabi berhasil menjadi pakar tafsir ulung sekaliber Abdullah bin Abbas, perawi hadis semisal Abu Hurairah, ulama semisal Muadz bin Jabal, pemimpin bijak seperti Umar bin Khattab, dan pengusaha dermawan seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf.

Tiga Bidang untuk Mewujudkan Laboratorium Islam

Untuk menggapai cita-cita pendirian Laboratorium Islam yang output-nya mencetak manusia-manusia sukses dan berkualitas seperti di atas, sangat tidak mudah. Perlu keyakinan dan kerja keras terus menerus untuk mewujudkannya. Setidaknya, ada tiga bidang yang harus diperhatikan dalam pengelolaan Laboratorium Islam agar harapan itu tercapai.

Pertama, bidang Idarah (manajemen). Laboratorium Islam harus dikelola oleh sosok professional yang berani bergerak maju serta mampu beradaptasi dengan perkembangan dunia global yang semakin cepat. Tugasnya untuk membangun pengorganisasian kerja yang terstuktur dan program kerja yang terukur. Administrasi dan pengarsipan yang rapi, suplai pendanaan yang teratur, dan penggunaan dana anggaran yang transparan sehingga tepat sasaran dan mampu dipertanggungjawabkan.

Baca Juga  Aktif dalam Pemberdayaan Desa, UMY Raih Dua Penghargaan dalam Abdidaya 2021
***

Kedua, bidang Imarah (pemakmuran). Pada bidang, ini perlu memperhatikan beberapa aspek seperti peribadahan, penyeleksian, dan penunjukan muadzin, imam, khatib, dan da’i yang telah memenuhi kriteria tertentu, serta melaksanakan momentum hari besar keislaman sebagai event wisata religi. Pada aspek pendidikan, pengajaran, dan pengajian, perlu memperhatikan kurikulum keislaman yang komprehensif dengan memadukan pemikiran klasik dan modern, terutama di bidang Al-Qur’an, hadis, aqidah, fikih, tasawuf, dan sejarah Islam.

Pada aspek pengkajian dan penelitian, perlu mengarusutamakan sikap keilmiahan, respon dengan masalah kontemporer, tanpa melupakan khazanah lokal yang perlu diangkat dan dilesatarikan.

Pada aspek sosial-ekonomi, perlu pengelolaan dan pendistribusian zakat, wakaf, infaq, sedekah, dan santunan anak yatim yang berdasarkan kesadaran insani, bukan keterpaksaan. Laboratorum Islam juga harus mampu menawarkan produk kreatif yang bernuansa Islam serta mencerdaskan dan meningkatkan ekonomi umat. Misalnya, mendirikan usaha penerbitan dan percetakan secara mandiri untuk mempublikasikan hasil penelitian dan pengkajian Islam. Selain memanfaatkan media cetak, Laboratorium Islam mesti memanfaatkan media internet berupa website, Youtube, dan media sosial lain sebagai sarana publikasi dan promosi di dunia maya.

Di bagian ini penting pula menjadikan Laboratorium Islam sebagai museum yang menyimpan peninggalan dan pusaka warisan Islam. Memajang dan memamerkan gambar, lukisan, foto, film yang memiliki relevansi dengan sejarah Islam. Berupaya pengoleksian manuskrip, kitab-kitab, dan buku-buku bersejarah yang kemudian didigitalkan. Semuanya itu dijadikan sebagai sumber dan sarana Pendidikan, penelitian, pengkajian Islam yang dapat diakses oleh anggota dan pengunjung Laboratorium Islam.

***

Ketiga, bidang Riayah (pemeliharaan). Pemeliharaan dan perawatan aset laboratorium Islam menjadi amat penting untuk kenyamanan dan keindahan. Fasilitas ibadah, aula, perpustakaan, museum, tempat pameran, tempat bersuci, klinik kesehatan, taman, dan seluruh sarana dan prasarana lainnya, harus mendapat perhatian serius. Sedangkan, fasilitas yang belum ada menjadi prioritas utama untuk digesa pembangunannya, begitu pula dengan perawatan untuk fasilitas yang telah ada, dan renovasi untuk bangunan yang telah mengalami kerusakan.

Baca Juga  Wakaf Muhammadiyah untuk Indonesia

Bila ketiga bidang ini berhasil dimiliki dan diterapkan oleh Laboratorium Islam maka hasilnya akan mencetak manusia-manusia sukses spiritual dan sukses intelektual, bahkan sukses secara finansial. Pergantian nama menjadi Laboratorium Islam bukan sekedar ikonik dan simbol belaka, tetapi fungsi masjid yang tergambar dalam sejarah Islam itu benar-benar teraplikasikan dalam wujud nyata.

Editor: Yahya FR

Avatar
2 posts

About author
Lulusan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Akademisi dan peneliti Tafsir Nusantara.
Articles
Related posts
Kaunia

Ru'yat Ta'abbudi dan Penyatuan Kalender Islam

2 Mins read
Perkembangan pemikiran tentang kalender Islam di kalangan ormas Islam mengalami kemajuan baik dari segi pemikiran maupun instrumentasi astronomi yang dimiliki. Hal ini…
Kaunia

Menaksir Berat Sapi Secara Cepat

1 Mins read
Kaunia

Moderasi dalam Sidang Isbat

3 Mins read
Di Indonesia kehadiran sidang Isbat sudah lama diperdebatkan keberadaannya. Di satu sisi dianggap sebagai jembatan untuk mempertemukan perbedaan pandangan antara pendukung hisab…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds