Tajdida

Melawan Hegemoni Kelompok Salafi-Wahabi

3 Mins read

Mengidentifikasi Gerakan Wahabi

“Ajaran Wahabi bukan terorisme, tapi pintu masuk. Kalau udah wahabi ini musyrik, ini bid’ah ini sesat, ini nggak boleh, ini kafir, itu langsung satu langkah lagi, satu step lagi sudah halal darahnya boleh dibunuh. Jadi benih masuk terorisme adalah Wahabi dan Salafi”.  Ujar Ketua PBNU, Said Aqil Siradj.

Pernyataan Kiai Said Aqil Siradj menyebut memberantas jaringan terorisme dilakukan dari benihnya atau pintu masuknya ajaran ekstremisme, yaitu ajaran Wahabi. Tanggapan ini memberikan gambaran bahwa pesatnya ajaran  ini sudah menjamur di Indonesia. Gerakannya sudah terstruktur, sistematis, dan masif.

Menurut Nadirsyah Hosen, identifikasi sebagai kelompok radikal itu; pertama, kaum takfiri yang menganggap kelompok selainnya sebagai kafir. Berbeda pandangan sedikit saja langsung dikafirkan. Ini radikal dalam keyakinan.

Kedua, kelompok jihadis yang membunuh orang lain atas nama Islam. Mereka melakukan tindakan di luar hukum tanpa alasan yang dibenarkan secara syar’i. Ini radikal dalam tindakan.

Ketiga, kelompok yang hendak mengganti ideologi negara dengan menegakkan negara Islam dan/atau khilafah. Tindakan mereka merusak kesepakatan pendiri bangsa. Ini radikal dalam politik.

Kelompok Wahabi dapat dikatakan karakter radikal yakni mengkafirkan orang, walaupun belum sampai membunuh dan mau mengganti ideologi. Tetapi stigma untuk mengkafirkan orang ini menjadi berbahaya untuk persatuan dan keutuhan bangsa.

Sebuah Gerakan Keagamaan

Wahabi atau Salafi adalah sebuah aliran reformasi keagamaan dalam Islam. Aliran ini dirintis pada abad ke-18. Pelopornya bernama Muhammad bin Abd al-Wahhab yang berasal dari Najd, Arab Saudi.

Aliran ini digambarkan sebagai sebuah aliran Islam yang ultrakonservatif, keras, dan puritan. Pendukung aliran ini percaya bahwa gerakan reformasi Islam harus kembali kepada ajaran monoteisme murni yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan hadis.

Baca Juga  Gerakan Salafi: Sejarah, Tipologi, dan Ajaran

Praktiknya, aliran Wahabi menggangap bahwa bersih dari segala ketidakmurnian seperti praktik-praktik yang dianggap bid’ah, syirik, dan khufarat. Sementara, penetang ajaran ini menyebut Wahabi sebagai gerakan sekterian yang menyimpang, sekte keji, dan sebuah distorsi ajaran Islam.

Contohnya, kelompok Wahabisme memperlakukan perempuan sebagai warga kelas tiga, membatasi hak-hak mereka, seperti; menyetir mobil bahkan membatasi pendidikan mereka.

Wahabisme melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, melarang kebabasan politik, dan secara kostan mewajibkan rakyat untuk patuh kepada pemimpin mereka, menerapkan hukum Islam.

Terkait berdirinya kerajaan Saudi Arabia dan paham Wahabi, Dr. Abdullah Mohammad Sindi, di dalam sebuah artikelnya yang berjudul Britain and the Rise of Wahhabism and the House of Saud, menyajikan tinjauan ulang tentang sejarah Wahabisme serta pemerintah Inggris di dalam perkembangan dan hubungannya dengan peran keluarga kerajaan Saudi.

Wahabi merupakan salah satu sekte Islam yang paling kaku dan reaksioner saat ini. Dan kita tahu bahwa, Wahabi adalah ajaran resmi kerajaan Saudi, tambahnya.

Doktrin Salafi-Wahabi

Di antara doktrin-doktrin Salafi-Wahabi ini; pertama, doktrin tasyrik atau menilai amaliyah tertentu sebagai bagian dari syrik atau menyekutukan Allah. Doktrin tasyrik ini misalkan memuat larangan agar umat Islam tidak boleh mengakat manusia, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Untuk dijadikan perantara dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian, tidak meminta pertolongan atau tawassul kepada para wali begitu juga tidak boleh ziarah dan mesakralkan semua itu.

Kedua, konsep Wahabi yang disebut bid’ah. Menurut kelompok ini, praktik-praktik keagamaan yang tidak dasarkan atau tidak ada dalam Al-Qur’an dan sunah serta otoritas sahabat Nabi.

Konsep bid’ah versi Wahabi ini biasanya dipasangkan sebagai lawan negatif dari sunah. Dengan demikian, mengamalkan sunnah melibatkan tindakan meninggalkan bid’ah.

Selain bi’dah yang dipandang telah mencengkram kaum muslim dalam berbagai praktik yang lebih berbahaya. Di antara praktik-praktik keagamaan yang dikategorikan sebagai bid’ah oleh Wahabi adalah memperingati hari kelahiran nabi Muhammad atau Bid’ah. Selain itu, praktik-praktik memperingati kematian seseorang haul atau tahlilan dalam rangka kematian seseorang termasuk bid’ah menurut Wahabi.

Baca Juga  Apapun Kamu Sekarang, Kembalilah ke Muhammadiyah!

Kafir-mengkafirkan seringkali menghantui masyarakat. Kelompok Wahabi ini sering menggunakan retorika di dalam ajang dakwahnya. Mereka gemar mengkafirkan orang dianggap syirik, karena melakukan praktik keagamaan yang menyesatkan, seperti ziarah kubur, tawassul, dan Maulid Nabi. Kafir- mengkafirkan mendorong mereka berbuat kekerasan di luar sehat, seperti perusakan kuburan yang terjadi di Arab Saudi.

Hegemoni Kelompok Wahabi

Dalam perkembangan Wahabi sebagai pintu masuk terorisme, dapat kita jelaskan melalui istilah Hegemoni. Ini merupakan upaya yang dilakukan agar membuat suatu kelompok terpengaruh atau mengikuti cara-cara berpikir kelompok tertentu dengan cara memberikan pemahaman yang dianggap benar. Feedback-nya, kelompok yang terhegemoni menggangap bahwa pemahaman yang diberikan kelompok itu benar dan sah saja.

Kelompok Wahabi melakukan perjuangan hegemoni itu. Mereka melakukan dakwah di Indonesia dari mimbar pengajian hingga mimbar media sosial. Praktik-praktiknya merekrut banyak simpatisan yang terdokrin melalui pengajian-pengajiannya.

Efeknya, terjadi perubahan sosial. Mulai fashion, ideologi berfikir hinggga interaksi sosial. Mereka pelan-pelan menjadikan kelompok Wahabi sebagai perjuangan kelas, karena mereka yakini sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunah.

Counter Hegemoni menurut Gramsci dalam teorinya, ia memberi solusi untuk melawan hegemoni (counter hegemoni) yaitu menitikberatkan pada sektor pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pengajaran keagamaan yang berdasarkan Islam Wassathiyah

Selama ini, pemerintah terkesan mengabaikan aspek pendidikan keagamaan itu. Seharusnya, langkah pemerintah untuk meredam gerakan Wahabi itu menitik beratkan fokus kepada pendidikan. Memperkuat sistem pendidikan keagamaan hingga perhatian kepada kajian keagamaan yang strategis, misalnya sekolah, universitas hingga perkantoran. Monitoring terus dilakukan sebagai upaya deradikalisasi counter-hegomoni terhadap kelompok Wahabi.

Konkritnya, adanya sistem perencanaan pendidikan agama yang inklusif yang terencana dan teringtegrasikan. Me-monitoring setiap kajian-kajian yang eksklusif yang terjadi di kampus dan di perkantoran. Pemerintah menyiapkan tenaga pendidik agama yang satu nafas antara keislamaan dan keindonesia.  Jika, itu dilakukan maka  gerakan Wahabi ini akan mengencil sendirinya.

Baca Juga  Salafisme Kontemporer: Diskursus dan Wacana Keislaman di Indonesia

Editor: Yahya FR

1 posts

About author
Seorang lulusan UIN Sunan Kalijaga Prodi Sosiologi Agama. Aktif menulis kajian-kajian Islam aktual.
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds