Report

Percaya Kepada Allah, tapi Allah Yang Mana?

1 Mins read

IBTimes.ID – Akar kata Allah adalah aliha yang berarti Yang Mengherankan, Yang Menakjubkan, Yang Dipatuhi. Allah dinamai “Allah” karena Dia dipatuhi, semua ciptaan dan perbuatan-Nya menakjubkan.

Dalam surat Maryam ayat 65 Allah berfirman:

هَلْ تَعْلَمُ لَهُۥ سَمِيًّا

Artinya : “Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?”

“Apa kamu tahu sesuatu yang lain yang dinamai Allah? Tidak ada,” tanya Quraish Shihab dalam Kanal Youtube Quraish Shihab.

Rukun iman yang pertama adalah percaya pada Allah. Padahal, menurut Quraish Shihab, orang Kristen juga mengakui adanya Allah. Orang musyrik Quraisy juga mengakui adanya Allah.

“Kalau saya mengundang Pak Andi untuk makan siang di hari Minggu. Apa semua yang bernama Andi saya undang? Tidak. Apa setiap hari Minggu saya undang? Tidak. Harus diperjelas, Andi siapa, dan minggu kapan,” imbuh Quraish Shihab.

Maka, imbuh Quraish Shihab, perintah untuk percaya kepada Allah harus diiringi dengan pertanyaan Allah yang mana. Itu sebabnya dalam wahyu-wahyu pertama yang diterima oleh Nabi, kata Allah tidak digunakan.

Wahyu pertama, surat Al-‘Alaq berbunyi:

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.”

Wahyu kedua berbunyi:

نٓ ۚ وَٱلْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ. مَآ أَنتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُون

Artinya : “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.”

Ada ulama yang berpendapat bahwa wahyu kedua adalah Al-Mudatsir yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّر. قُمْ فَأَنذر. وَرَبَّكَ فَكَبِّر

Artinya : “Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah!”

Orang-orang musyrik yang mendengar seruan Nabi kemudian meminta penjelasan kepada nabi tentang siapa itu Robb. Apakah terbuat dari emas? Dan seterusnya. Kemudian turun surat Al-Ikhlas.

Baca Juga  Iman dan Ilmu (1): Benang Ariadne dalam Labirin Kehidupan

Jadi, menurut Quraish Shihab, percaya kepada Allah adalah Allah yang Maha Esa. Allah yang dikagumi ciptaan-Nya, sekaligus tidak bisa diketahui Dzatnya.

Sesuatu yang tidak bisa dilihat bisa jadi karena diliputi oleh kegelapan, bisa jadi karena terlalu terang. Sesuatu yang wujud, walaupun terang, baru bisa dilihat dengan benar ketika ada cahaya yang lebih terang darinya.

“Tuhan itu puncak cahaya. Bagaimana kita mau mengetahui hakikat-Nya? Tapi kita percaya. Kita tidak perlu melihat singa kalau kita sudah mendengar suaranya. Kita harus segera berlari ketika sudah mendengar auman singa, tanpa perlu melihatnya langsung,” tegas Quraish Shihab.

Manusia tidak perlu melihat sesuatu ketika sudah ada tanda-tandanya. Ini adalah aksioma. Menurutnya, manusia bisa percaya kepada Allah karena adanya alam raya.

Reporter : Yusuf

Avatar
1346 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

UAH: Musik Tidak Selalu Haram

1 Mins read
IBTimes.ID – Ustadz Adi Hidayat (UAH), Wakil Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyebutkan bahwa musik tidak selalu haram. Islam itu tidak…
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *